Sabtu, 11 April 2015

Dikejar Naga di Bali

Seekor naga sedang mengejar dua orang anak. Caca & Aisya. Lihat Caca & Aisya sampai jungkir balik menghindari kejaran sang naga. 
Naga terlihat sangat marah. Matanya merah, lidahnya menjulur panjang. Ditabraknya dinding-dinding ruangan sampai bongkahan batu-batuan beterbangan dihajar kaki raksasanya.
Caca dan dan Aisya berteriak-teriak, "Ampun! Jangan dikejar!"
"Ibu, naganya disuruh pergi!" teriak Aisya.
"Awas De, mulut naganya berapi!" teriak Caca pada adiknya.
"Ca, naganya mendekat! Pegangan yang kuat!" teriak Ayah menambahkan.
museum 3D bali
Adegannya ini hanya dialog bohong-bohongan Caca & Aisya saat di Museum Trick Art 3D, Seminyak, Bali. Tepatnya terletak di Sunset Road No. 789, Seminyak, Bali. 
Berbekal GPS di smartphone, kami sampai di museum ini. Sempat ragu-ragu karena tampak depan kelihatannya hanya berupa bangunan rumah toko. Pak supir taxi berbaik hati menanyakan terlebih dahulu kepada penjaga yang bertugas di situ.
Sebanyak lebih dari 80 lukisan 3D ada di museum ini. Mulai dari lukisan tema modern, tema roman klasik, tema Bali, tema dinosaurus dan binatang, dan banyak lagi. Buat yang senang selfie, di sini bisa jadi salah satu surga.
Untuk mendapat hasil 3D yang bagus, kita harus mencoba berbagai macam posisi. Sudut pengambilan fotonya harus pas, baru bisa kelihatan efek 3D nya.
Kalau buat anak berdua ini, selain menghabiskan keinginan buat selfie, di sini malah jadi ajang buat main peran. Nah ini beberapa hasil foto di museum trick art 3D dan dialog mereka.
"Beruang kutub, sini deh aku mau ngomong," bisik Aisya, "kamu kedinginan ngga sih di kutub?"
museum 3D bali
"Aduh! kenapa ada buaya di bawahku? Bagaimana aku bisa turun?" teriak Caca ketakutan dari atas pohon kelapa. 
Hebat ya Caca bisa naik pohon kelapa setinggi itu. Ekspresi tidak mendukung, malah ketawa. Haha.
museum 3D bali
Yang di bawah ini mirip di Science Centre Singapura. Beda dekorasi sekelilingnya saja. Kisah kepala di atas meja. Eh, sebetulnya bukan lukisannya sih maksudnya. Tapi trik yang digunakan supaya kepala terletak di atas meja, dengan kaki hilang. Nah, harusnya kepalanya saja yang nongol, jadi efeknya kayak hidangan kepala di meja, kakinya pun hilang kan? Hanya tinggal kepala . . .
"Ku sihir jadi apel!" teriak penyihir. "Aaarrgghh!", teriak Caca. Dia memainkan double peran sebagai nenek sihir dan dirinya sendiri.
museum 3D bali
"Cape keliling-keliling Ca. Makan sate dulu yuk," ajak Aisya, ketika melihat warung sate di pinggir jalan. Tukang sate sedang membakar sate. Asap putihnya terbang ke sekelilingnya.
"Satenya besar-besar ya De," kata Caca, "bikin kenyang." Itu anak berdua berlarian dari lukisan yang satu ke lukisan yang lain. Setiap lukisan minta difoto. Hmmm, kayaknya cuma anak saya aja deh yang norak kayak gini, ngga tahan tiap lihat yang bagus buat foto. Mirip Emaknya. 
museum 3D bali
"Iya, tapi sekarang aku haus," jawab Aisya, "kita minta beliin minuman yuk sama Ibu. Tapi minuman beneran," ajaknya kemudian. Setelah membeli minum, kedua anak itu meneruskan berlarian melihat lukisan.
"Lihat Ca! Ayah dibawa terbang burung!"
"Tolongin De, Ayahnya! Cepat kejar!"
"Pegang kakinya De! Ayah tangannya dilepas! Kakinya sudah kita pegang!"
museum 3D bali
Nah, sekarang waktunya ke Venesia. Naik gondola keliling-keliling kota. Banyak bangunan di kanan dan di kiri. Ayo terus kita mendayung. Indah banget ya, kayak di Venesia. Orang tuannya pun ngga mau kalah, ikutan berpose di sini. Soalnya kayak beneran lagi mendayung yak.
museum 3D bali
museum 3D bali
Puas mendayung, anak berdua masih melanjutkan bermain peran dan meminta di foto di setiap lukisan. Emaknya gempor, jungkir balik jadi photographer amatiran deh setengah harian. Jika ke Bali, jangan lupa mampir di sini. 

Suatu Sore di Amfiteater Yunani

Bersemi dan entah kapan kembali
Mewangi dan tetap akan mewangi
Bersama rinduku walau kita jauh
Kasih, suatu saat di Kuta Bali
(Kuta Bali, Andre Hehanusa)

Judulnya suatu sore di amfiteater Yunani, kenapa malah yang keluar lagu Kuta Bali-nya Andre Hehanusa ya? Lho kok?
Apa hubungannya dengan Yunani?
Ya sudahlah, saya buka duluan, bahwa di daerah Bali, ada tempat menarik yang tersembunyi di balik satu mall besar. Ini adalah salah satu sudut di daerah Kuta, yang awalnya aku hindari selama liburan kami di Bali. Cukup puas hanya dengan nangkring ber-selfie ria di depannya sebagai latar belakang.
Kenapa saya hindari? Karena awalnya saya pikir ini hanya mall. Yah, jauh-jauh ke Bali cuma mau nge-mall kan ngga lucu. Dan saya yakin mall di daerah Jakarta dan sekitarnya tidak kalah besar dan menarik.
Ini mall ya saudara! Bukan warteg. Namanya Discovery Shopping Mall. Terletak di Jalan Kartika, Kuta, Bali. Mall ini terletak di antara hotel tempat kami menginap dan Pantai Kuta. Nah, kalau kami jalan kaki ke Pantai Kuta, kami selalu melewati tempat perbelanjaan ini.
Apa menariknya? Mall Jakarta lebih oke keles!
Haha. Yup, betul lagi. Dengan hanya melihat penampilan luarnya, saya bisa menebak, tidak lebih bagus dari mall-mall di Jakarta. Saya tidak tertarik untuk sekedar masuk melihat-lihat ke dalamnya. Apalagi setelah mendengar perkataan supir hotel yang menjemput kami di bandara Ngurah Rai, di awal kedatangan kami di Bali.
"Di sekitar hotel banyak tempat belanja. Yang paling terkenal adalah Discovery Mall", kata Pak Supir menjelaskan. "Tapi jarang wisatawan lokal ke sana. Harganya khusus bule,” lanjutnya lagi.
"Yang datang ke sana bule semua donk?" Tanyaku.
"Iya,” jawabnya singkat sambil tetap menyetir dengan pandangan mata ke depan, menatap jalanan.
"Berarti ibu boleh masuk donk? Kan ibu juga bule", potong Caca.
"Kok bule, Ca?" tanya eninnya bingung.
"Iya Nin, ibu kan bule,",timpal Aisya. Hahaha, saya jadi ngakak sendiri mendengar omongannya Aisya. Mungkin karena selama ini mendengar yang mengasuhnya selama saya tinggal kerja sering memanggil saya dengan sebutan bule alias Bu Levina (disingkat-red).
Back to the story! Nah, berhubung katanya ini standar bule, jadi saya sama sekali tidak berminat untuk masuk ke sini. Mau berlibur apa mau belanja, pikir saya. Lagi pula pasti mahal-mahal kalau standar bule (bule beneran lho ya, bukan Bu Levina). Jiper duluan dah sebelum masuk.
kuta bali
Mall Discovey Shopping Center Arah Depan
Beberapa kali lewat, tapi kok penasaran juga. Ada apa sih di dalamnya. Akhirnya suatu sore, kita mencari makan di Discovery Shopping Mall ini. Hehe, ngga ada salahnya ngintip mall standar bule, sekalian cari oleh-oleh sebelum pulang ke Serang. Kebetulan teman juga minta dibeliin kacang koro khas Bali, dan saya pun suka kacang ini. Siapa tahu ada di mall ini dengan harga yang wajar lah. Lagian seberapa mahal sih standar bule yak?
“Katanya di sini standard bule,” Enin mencolek saya sebelum memasuki mall. Saya pun nyengir.
"Ga apa-apa Nin. Sekali-kali beli barang bule,” jawab saya asal, sambil meringis. Kami berendengan memasuki bangunan mall.
Menuju pintu masuk mall, kita melewati undakan-undakan tangga. Banyak wisatawan mancanegara maupun lokal yang sekedar hanya numpang duduk di undak-undakan sambil menikmati segelas kopi dan menikmati jalanan Kuta yang padat. Kuta tidak pernah sepi. Setiap hari orang berlalu-lalang, tidak peduli itu hari libur atau hari biasa.  
Hampir sama dengan pusat perbelanjaan di Serang, Banten. Di dalam bangunan terlihat lorong lurus memanjang, di tengah mall terdapat stand-stand jualan. Di pinggir-pinggirnya toko-toko ataupun supermarket. Kami mampir di stand yang menjual oleh-oleh makanan khas Bali. Owh, ada kacang koro! Langsung deh kami mendekat dan borong oleh-oleh.
Mataku tertumbuk pada stand yang menjual souvernir khas Bali. Magnet Kulkas! Saya paling hobi memang mengumpulkan magnet kulkas dari tempat-tempat yang saya kunjungi. Entah kenapa, mungkin terinspirasi film 99 Cahaya di Langit Eropa. It could be!
Langsung deh kalap lihat magnet kulkas Bali yang lucu-lucu. Harganya lumayan mahal sekitar 60 ribu per buah. Mahal setelah akhirnya tahu di Tanah Lot, tempat yang saya kunjungi besoknya, ternyata harganya bisa lebih dari separuhnya, dengan barang yang sama. Menangis darah tidak sih, padahal saya lumayan beli banyak tuh magnet kulkasnya. Habis cakep-cakep.
Kami pun meneruskan jelong-jelong. Lah, ternyata bangunan gedung ini terbuka dibagian depan dan belakang. Di ujung gedung bagian belakang terlihat seperti pintu keluar. Dari arah pintu luar tersebut terlihat tempat-tempat duduk. Ah, sepertinya ada tempat makan di belakang. Kebetulan perut sudah keroncongan. “Coba yuk, Mam, ke belakang sana,” tunjuk saya pada mama saya atau enin-nya anak-anak. “Cari makan dulu nih, laper.”
Daaan, WOW!!! Melihat pemandangan di belakang, saya jadi lupa bahwa perut sudah keroncongan, saya lupa niat saya untuk mencari makan. Ternyata di belakang ada amfiteater setengah lingkaran yang menghadap ke arah pantai. Suasananya mirip-mirip daerah Yunani atau Roma gitu. Kebanyakan ngayal ya saya. Hahaha.
Banyak orang yang duduk dan berfoto disini. Apa asyiknya, cuma Amfiteater doang?
Ehem, ntar dulu, sabaaar. Jadi, setelah amfiteater, sebelum menyentuh pantai, ada tebing berbatu-batu. Menurut saya sih keren banget. Kita bisa duduk-duduk sambil menanti matahari tenggelam. Anak-anak berlarian kian kemari sepanjang jalur pantai, demikian pula dengan orang dewasa yang turun menuju bibir pantai untuk sekedar berjalan-jalan, menyentuhkan kakinya ke pasir pantai.
kuta bali
Belakang Discovery Shopping Mall, Bali
kuta bali
Bergaya di tebing-tebing batu 
Sungguh asyik melihat pemandangan dari sini. Sunset pun akan menjelang. Matahari kemerahan mulai akan beranjak ke peraduannya. Suasananya terasa penuh magis yang menyihir mata. Serabut orange mulai memenuhi ujung langit. Siluet senja mulai terlihat.
Dan saya pun tak tahan untuk tidak menuruni tebing batu-batu menuju pantai. Caca dan Aisya mengikuti. Mereka exciting menuruni tebing batu-batu itu. Sampai di tepi pantai, mereka pun berlarian dengan penuh gembira. Membuat gundukan pasir pantai, menulis di atas pasir pantai, dengan bermacam-macam kata. Terakhir, mereka menulis "I Love Bali". Mungkin saking senangnya karena akhirnya mereka bisa bersama-sama berada di Bali di waktu yang bersamaan.
kuta bali
Menunggu sunset di pantai Discovery Shopping Mall, Bali

Di sini, di salah satu sudut Kuta, Bali, persepsi saya berubah mengenai Bali. Jika sebelumnya saya tidak ingin menginjakkan kaki lagi di Bali, karena trauma masa lalu. Setelah melihat ini, saya mulai melihat Bali dari sisi lain. Kelak, jika ada kesempatan, saya ingin kembali mengunjungi pulau yang dikenal orang sebagai Pulau Dewata ini.
Oya, saat mengunjungi Bali, khususnya Kuta, jangan lupa mampir di sini. Ngga rugi kok, apalagi masuk ke dalam mall maupun ke pantainya juga gretong alias free alias ngga bayar. Selamat menikmati senja yang spektakuler ya.