Senin, 21 Desember 2015

Terdampar di Female Daily Network Gara-Gara Nurul Noe

let adventure begin in queensland

Mbak, add wasap aku dong.
Pengen ngomongin sesuatu nih.
Begitu isi message Nurul Noe, siang-siang di hari Sabtu, tanpa angin tanpa hujan, datang tiba-tiba. Saya yang sedang duduk manis menunggu Azka keluar dari les Inggrisnya, tentu saja kaget setengah mati. Duh, ada apa ini? Jangan-jangan ada masalah serius? Apa saya ada hutang yang belum saya bayar? Buru-buru saja saya jawab OK, dengan hati sedikit degdegan. Mudah-mudahan bukan masalah berat atau ada utang yang lupa saya bayar, hihi.

Kamis, 17 Desember 2015

7 Cara Asyik Belajar Bahasa Jepang

Cara Asyik Belajar Bahasa Jepang
Lagi bersih-bersih file di komputer, nemu file dari sekitar 4 tahun lalu, saat disuruh membuat naskah pidato dan presentasi dalam bahasa Jepang. Tepatnya tugas akhir sebagai bukti kelulusan telah menuntaskan belajar bahasa Jepang. Tidak tanggung-tanggung, sebagai tugas akhir, kita diharuskan presentasi dalam bahasa Jepang di depan para penggede pabrik yang notabene orang Jepang asli.
Membaca kembali isi materi speech yang saya buat waktu itu, membawa kembali kenangan 4 tahun lalu. Serasa baru kemarin saya berdiri, melsayakan presentasi dalam bahasa Jepang, gemetar dan takut ditanya macam-macam tidak bisa jawab. Duh, kalau ingat stressnya waktu itu, jadi pengen ketawa sendiri. Ada yang duduk dipojokan sambil komat kamit menghafal. Ada yang tidak selera makan. Ada yang bolak-balik kamar mandi. Semua menunggu para bos selesai meeting sore itu, dengan hati berdebar-debar. Waktu serasa berjalan lambat. Detik jarum jam terdengar begitu nyaring di telinga, menambah keresahan.

Rabu, 16 Desember 2015

Mural, Art Street, Daya Pikat Kota Wisata

mural malaka
Satu hal yang saya amati saat traveling jalur sutra bersama rombongan Gong Traveling adalah keindahan mural street yang banyak bertebaran di kota-kota yang kami singgahi, sepanjang Singapura - Malaka - Kuala Lumpur. 
Tidak hanya mural dua dimensi, tetapi juga murah tiga dimensi memanjakan para wisatawan yang gemar ber-selfie ria. Terus terang saya mengagumi kreatifitas-kreatifitas street art di kota-kota yang saya singgahi ini. Saya merasa mural atau lukisan dinding ini dapat dijadikan sebagai daya tarik wisata.

Selasa, 15 Desember 2015

Please, Jangan Curigai Saya

AIR ASIA QZ TO SINGAPORE

changi airport singapura
Pesawat Air Asia yang membawa kami dari Jakarta mendarat di Bandar Udara Changi. Setelah perjalanan kurang lebih 1,5 jam dari Soekarno Hatta. Hmmm...akhirnya setelah perjalanan dari Cilegon, jam 12 malam dan bermalam di bandara, kami dapat menghirup udara Singapura. Ini perjalanan luar negeri pertama buat Azka. Air Traffic Controller Changi Airport terlihat menjulang. Dari sini kami, rombongan Gong Traveling, akan melanjutkan perjalanan menuju tempat menginap di Adamson inn yang terletak di daerah Bugis, Singapura. Tentu saja, untuk mencapai Bugis, terlebih dahulu kami harus melewati pemeriksaan imigrasi juga membeli tiket MRT di Terminal-3.

Kamis, 10 Desember 2015

Belajar Komik Strip Bersama Beng Rahadian Dan Akademi Samali


Awalnya ngga sengaja melihat wall post facebooknya Mas Gol A Gong mengenai rencana kedatangan komikus yang terkenal Beng Rahadian di Rumah Dunia, untuk memberikan workshop pembuatan komik strip untuk pelajar SMA dan sederajat. Nah, tiba-tiba teringat Azka yang suka menggambar adegan sehari-hari, yang kadang suka bikin ngakak sendiri pas saya ngintip sketch book-nya dia. Gimana saya tidak tersenyum-senyum, anak kelas 5 SD ini ternyata pandai juga melakukan observasi, ayahnya digambarkan sebagia sosok laki-laki berkopiah dan berjenggot. Lucunya, jenggotnya itu dilukiskan dengan garis pendek 3 biji berjejer. Artinya janggutnya jarang. Yah, memang masih gambar anak-anak, tapi buat saya, Azka bisa menggambarkan dengan detail saja saya sudah merasa senang. Karena ingat kesenangannya menggambar, akhirnya tanpa pikir panjang, saya reply postingannya Mas Gong, untuk mendaftarkan Azka, mengikuti workshop yang dilaksanakan tanggal 6 Desember 2015 di Rumah Dunia. "Boleh daftar untuk Azka ya Mas Gong," komen saya di facebook Mas Gong, "anggap anak bawang saja."

Sabtu, 05 Desember 2015

9 Hal Asyik Yang Bisa Kamu Lakukan Di Rumah Dunia

Hari gini orang Banten belum pernah ke Rumah Dunia? Duuuh, ngga kekinian banget deh.
Nih, buat kalian yang bosan ngemall lagi ngemall lagi di kawasan Cilegon Serang & Sekitarnya, saya kasih tahu ya, 9 hal asyik yang bisa kamu lakukan di Rumah Dunia.

9 hal asyik menghabiskan weekend

1. Mengikuti Kelas Menulis, Sastra dan Puisi

Warga Serang, Cilegon dan sekitarnya, jika ingin mengasah bakat dan meningkatkan kemampuan menulis, sastra dan puisi, bisa bergabung di kelas menulis Rumah Dunia. Kelas menulis Rumah Dunia, saat ini telah mencapai angkatan ke 38. Lama berlangsungnya kelas menulis setiap angkatan kira-kira 6 bulan, yang dilangsungkan 1 kali per minggu. Berapa biayanya? Sebetulnya kelas menulisnya gratis, hanya dikenakan biaya administrasi sebesar Rp. 100.000, itupun kita mendapatkan buku terbitan Gong Publishing, seperti buku Pasukan Matahari, karya terbaru Mas Gola Gong. Murah sekali kan? Hanya tinggal mempunyai tekad dan kemauan yang kuat untuk senantiasa datang ke Rumah Dunia dengan konsisten.
Pelatihan yang diberikan di kelas menulis Rumah Dunia meliputi pelatihan jurnalistik dan pelatihan menulis fiksi. Pada pelatihan jurnalistik diajarkan mengenai teknik-teknik dalam jurnalistik, termasuk praktek wawancara di lapangan. Pada akhir sesi pelatihan jurnalistik, biasanya ada tugas kelompok untuk membuat artikel dan juga majalah. Sedangkan untuk pelatihan menulis fiksi, kita diajarkan mengenai teknik menulis fiksi dan unsur-unsurnya, seperti ide, judul, tema, sinopsis, tokoh/karakter, latar, konflik, plot, dan lainnya. Serunya lagi pelatihan menulis di Rumah Dunia ini, tidak hanya melulu di dalam kelas. Tetapi juga observasi lapangan dan wawancara dengan narasumber.
Di kelas menulis Rumah Dunia, Mas Gong juga berbagi pengalaman seputar proses kreatif pembuatan novel beliau ataupun novel istrinya, seperti saat pembuatan “Mimpi Sauni”, “Hari-Hari Angga”, “Balada Si Roy”, “Pasukan Matahari”, “Honeymoon Backpaker”, “Traveler Wife” dan lainnya.
Selain kelas menulis offline, alias datang langsung ke Rumah Dunia, Gol A Gong juga membuka kelas menulis online. Hanya saja untuk yang kelas menulis online ada biayanya. Tuh kan, beruntung sekali orang-orang Serang dan sekitarnya. Memang kecintaannya Mas Gong terhadap Banten ini tidak perlu dipertanyakan. Beliau sangat ingin melihat literasi Banten maju. Dan ini diwujudkan dengan Rumah Dunia.

2. Menonton Panggung Kampung Yang Ngga Kampungan

Setiap sabtu malam, biasanya suka ada yang namanya Panggung Kampung di Rumah Dunia.
panggung kampung Rumah Dunia Golagong
Panggung Kampung RD (Sumber: FB Golagong)
Panggung Kampung ini biasanya diisi dengan pertunjukkan seni di teater terbuka Tasik Kardi. Jangan salah, Teater Tasik Kardi ini adalah nama panggung terbuka yang berada di kawasan Rumah Dunia. Sepertinya Gol A Gong dan Tias Tatanka sengaja memberi nama fasilitas yang ada di Rumah Dunia dengan nama-nama yang berbau Banten Lama, seperti contohnya Teater Terbuka Tasik Kardi, Auditorium Surosowan.
Pertunjukan di Panggung Kampung ini bermacam-macam jenisnya. Terkadang pertunjukan musik, terkadang pementasan drama atau nobar alias nonton film bareng. Yang suasana malam minggu berbeda, bisa datang ke Rumah Dunia, dan tentunya saat ada Panggung Kampung dong ya.

3. Nyenyore, Acara Rutin di Rumah Dunia Sambil Menunggu Waktu Berbuka Puasa

Pada bulan puasa, di Rumah Dunia ada kegiatan rutin yang selalu diadakan, namanya nyenyore. Nyenyore ini, kalau istilah orang Sunda lebih dikenal dengan nama ngabuburit. Bermacam-macam kegiatan dilakukan untuk mengisi waktu, sambil menunggu adzan magrib, pertanda berakhirnya puasa, berkumandang. Ada acara bedah buku, ada pementasan puisi, ada lomba gambar & mewarnai untuk anak-anak. Dan yang paling menarik adalah di ujung acara Nyenyore, ada tajil gratis. Walaupun sederhana, tapi enak sekali tajilnya.
Acara Nyenyore Rumah Dunia ini bisa dijadikan kegiatan alternatif menunggu waktu berbuka puasa. Tentunya akan banyak ilmu yang kita dapatkan dengan kegiatan ini.

4. Berselfie Di Landmark Rumah Dunia

Jika datang ke Rumah Dunia, jangan sampai ketinggalan untuk berselfie di landmark Rumah Dunia. Ada prasasti Gol A Gong, dinding yang bertuliskan : “Rumahku Rumah Dunia. Kubangun dengan kata-kata (Gol A Gong Prasasti 1996 – 2001)”. Belum dikatakan sudah datang ke Rumah Dunia, jika belum berselfi di depan prasasti ini.
rumahku rumah dunia
Selfie di depan Gol A Gong Prasasti
Selain prasasti, di Rumah Dunia ada Pohon Elektronik. Pohon yang berbuah alat-alat elektronik. Ajaib kan? Yang pasti pohon ini hanya ada satu-satunya di Rumah Dunia. Pohonnya berbuah magic jar, keyboard, komputer, dispenser, dan part-part elektronik lainnya. Duuh, sayang ngga ada kulkas ya.
Oya, Rumah Dunia juga memiliki Auditorium Surosowan. Keren juga dalamnya, seperti layaknya kita mau menonton di bioskop, terdapat kursi-kursi berjenjang. Azka dan Aisya saja pertama kali datang ke sini sempat bertanya, “Bu, ini kita mau nonton film?” Saking kerennya di mata mereka. Eh, saya pun merasa demikian sih. Duh, norak banget yak, orang ndeso baru tahu yang namanya auditorium. Haha.

5. Gonjlengan, Tradisi Banten Yang Hanya Ada Di Rumah Dunia

Jangan tanya asal muasal kata gonjleng atau gonjlengan pada saya, karena dapat dipastikan 100% saya tidak tahu. Tapi yang pasti gonjlengan yang sering dilakukan di Rumah Dunia adalah tradisi makan bersama beralaskan daun pisang. Hmmm...apa anehnya makan beralaskan daun pisang?
Menurut saya sih unik. Daun pisang disusun memanjang, makanan ditaruh di atas daun pisan tersebut dan dimakan bersama-sama dalam satu group besar. Jadi sekaligus mengisi perut yang keroncongan, suasana kebersamaan terpancar saat gonjlengan ini. Saya sendiri belum pernah berkesempatan makan gonjlengan seperti ini, tapi kelihatannya sangat unik, menarik dan hangat. Saya sendiri sangat ingin mencobanya, merasakan kekhasan tradisi Banten.

6. Kalau Beruntung, Bisa Menyaksikan Event-Event Yang Digelar Di Rumah Dunia, & Jajanan Khas Banten Gratis

kegiatan wisata di rumah dunia
Salah satu acara RD (sumber: FB Golagong)
Di Rumah Dunia juga sering diadakan kegiatan-kegiatan yang melibatkan komunitas-komunitas. Seperti contoh, beberapa minggu lalu, Komunitas Bahasa Jawa Serang, mengadakan kegiatan dalam rangka miladnya yang ke 5 tahun. Di siang hari kita dimanjakan dengan festival makanan khas Banten yang dibagikan secara gratis kepada pengunjung yang datang. Saya saja, selama hampir 15 tahun tinggal di Serang, baru kali ini mengetahui nama-nama makanan khasnya selain cuwer dan ketan bintul. Saking banyaknya jenis makanan yang dipajang, membuat kalap, ingin mencicipi semuanya, karena belum tentu jenis makanan ini keluar di hari-hari biasa. Namanya pun lucu-lucu. Ada kolak radio, gensot, jejongkong, jejorong, mantang, dan banyak lagi nama-nama kue yang baru saya tahu setelah sekian lama tinggal di Banten.
Banyak acara yang dilaksanakan di Rumah Dunia. Beberapa waktu lalu juga sempat diadakan pertunjukan teater Urat Jagat, yang berkolaborasi dengan para seniman luar negeri, seperti Australia, melakukan performance art di Auditorium Surowosan. Keren ya!

7. Manjakan Lidah Anda Dengan Spaghetti Aing & Secangkir Kopi Nusantara Yang Bisa Diseduh Sendiri.

Sejak tahun 2015 ini, di Rumah Dunia ada Cafe Solidarnos, di mana kita bisa merasakan sensasi kuliner khas Rumah Dunia. Cafe Solidarnos ini didirikan dalam rangka menyokong operasional Rumah Dunia. Di cafe ini, kita bisa menikmati secangkir kopi nusantara yang bisa kita seduh sendiri dengan harga miring. Begitu pula dengan menu lain, seperti Spaghetti Aing, Jus Move On, dan lainnya.
Selain makanan dan minuman, di Cafe Solidarnos ini juga disiapkan pojok baca. Menyantap makanan dan minuman ditengah buku-buku, merupakan sensasi tersendiri.

8. Wisata Literasi, Dapatkan Kiat-Kiat Menulis Secara Langsung Dari Gol A Gong Balada Si Roy Yang Melegenda.

Kita juga dapat merasakan wisata literasi jika datang ke Rumah Dunia. Rumah Dunia menawarkan paket belajar literasi seperti kiat menulis, puisi, atau teater. Harganya sih menurut saya sangat terjangkau, hanya Rp. 25,000/orang. Harga itu sudah termasuk paket makan dari Solidarnos Cafe. Asyik kan, Asyik?
Telah banyak rombongan anak sekolah yang datang ke Rumah Dunia untuk wisata literasi, dari mulai anak sekolah dasar, menengah, dan menengah atas berwisata literasi di sini. Bahkan rombongan mahasiswa pun juga ada. Ngga ada ruginya sih, apalagi berkesempatan mendapat kiat-kiat menulis secara langsung dari Gol A Gong, yang melegenda dengan Balada Si Roy-nya.
Nah, yang berminat mengikuti wisata literasi pelatihan menulis cerpen - jurnalistik - puisi untuk SD, SMP dan SMA bisa menghubungi Tias Tatangka. Pelatihan dilaksanakan setiap Senin s/d Kamis, untuk waktunya ditentukan sendiri. Jumlah peserta minimum 25 orang, maksimum 200 orang.

9. Ingin merasakan sensasi Backpacker Bersama Gol A Gong Sekaligus Berperan Dalam Membantu Operasional Rumah Dunia?

Ikutlah Gong Traveling Menjelajah Singapura, Thailand & Jalur Sutra. Nah, selain wisata literasi, Rumah Dunia juga mempunyai Gong Traveling yang siap mengatar para peserta tour untuk merasakan sensasi backpacker ke luar negeri. Gol A Gong sendiri menyebutkan bahwa traveling pembuka jalan bagi para traveler pemula untuk belajar tips menjelajah negeri orang dengan cara backpacking, dan diharapkan selanjutnya para traveler bisa mandiri untuk menjelajah ke berbagai negeri. Selain berwisata, tentunya Gol A Gong juga berbagi tips menulis pada saat perjalanan. Harga paket wisatanya sendiri berkisar antara Rp. 2,5 juta – Rp. 5 juta, tergantung dari destinasi yang dipilih. Saya sendiri pernah mengikuti wisata Jalur Sutra, meliputi Singapura, Malaka dan Kuala Lumpur. Banyak pengalaman yang diperoleh dari wisata ini.
traveling rumah dunia
Gong Traveling Jalur Sutra
Nah, tunggu apa lagi, bagi warga Serang, Pandeglang, Cilegon dan sekitarnya, jika pusing mencari tempat wisata edukatif yang murah meriah, datang saja ke Rumah Dunia. Biasanya sih selalu ada acara, terutama di hari Sabtu dan Minggu. Tapi, jika ragu ada acara atau tidak, bisa di cek di facebooknya Golagong New, biasanya Mas Gong selalu mengupdate berita terkini Rumah Dunia beserta event-event yang akan berlangsung.

Kamis, 03 Desember 2015

Tanjung Lesung Legend - Traveler Folklore

Last time we travel to Tanjung Lesung. One of area in Pandeglang which offering the beauty of beach, white sand, coral, and other nice scenery. At first we wanted to saw the Tanjung Lesung Festival which held to increase tourism in this west area of Banten Province. 

It was said that Bagan Racing would be also held. We curiously went there and joined with Serang Backpacker Group. Not only could explore this place, but also we've heard one of Indonesia folklore, the Tanjung Lesung legend, the local story of Tanjung Lesung name. Want to know the legend? Here it is:

travel to tanjung lesung.

Once upon a time, there lived a girl named Sri Poh Haci in this beautiful area. She liked to see the beauty of blue wide ocean, walk along the beach, left the footprints on the white sand. She loved to watch how the wave coming, erase her footfrints and how the sand touch her skin soon. She also liked to watched beautiful coral came to the beach. She loved the colors. 


travel to tanjung lesung.

She really loved the beach and the sand. But still when rice harvest time come, she took the pestle and started to pound rice. She likes the repeated sound comes from the pestle.


traveling tanjung lesung

One day, there was a young handsome guy arrived at the village. He was looking for a girl of his dream. When he saw Sri Poh Haci, he immediatelly fell in love. She was the girl in his dream. He traveled from far away just to find her. He approached her and asked her name.

"Who are you?" asked Sri Poh Haci, little bit afraid with this young handsome guy.
"I'm Prince Budog," replied him, "I've traveled along way to arrive here. I don't have family," he continue explaining his condition and tried to find a reason just to be with her.


traveling tanjung lesung

Sri Poh Haci was little bit worry, but she also attracted by his charming. She also touched by his politeness and got pity on him, since he didn't have any family here. She asked him to come with her.  

Her mother didn't like him and didn't allowed him to spend the night at their home. Her mother said, "in this house just the two of us, so if you want to stay, I just can offer you my terrace."
Prince Budog agreed to her offer, his heart just filled with happiness with the thinking of he could close to Sri Poh Haci everyday. Soon, Sri Poh Haci fell in love with Prince Budog, and Prince Budog proposed her. They got married after that.

traveling tanjung lesung

The  village is not only beautiful due to of her natural and clean beach and river, but also green, full of rice field along the way. Sri Poh Haci & her husband, Prince Budog, liked to walk along the road, walked side by side while talking about everything they loved. The green of rice field day by day turned yellow. It was time for harvesting. Sri Poh Haci and all the woman village came out from their home with the pestles and ready to pound the rice in the mortars which local people called it as "lesung".  It was the first time for Prince Budog to hear the sound resulted from pestle crushing the rice in the mortar (lesung). He wanted to try crushing it, and he become addicted to the sound as the pestle hit the mortar (lesung). 


traveling tanjung lesung

He didn't care about the time, he forgot everything when he started to pounding rice. He just couldn't stop, even her wife tried to stop him and warned him. 
"Husband, it's Friday! It's prohibited to pound the rice during Friday," warned her, tried to stop him. He ignored her wife and continued pounding. The sun started to climb up, and as time went on the the rhythm become more faster.



traveling tanjung lesung

 Prince Budog, was not only pounding the rice but also he was dancing continuously.  Jumped to the left, jumped to the right, jumped to the left again while he was pounding. People tried to stop him also, since it was not allowed to pound the rice on Friday and people also worried looking to Prince Budog who continuously dancing without stop although for a moment. 

Then something magic came up. People astonished, looked at Prince Budog.
"Look! There is monkey!" people yelled.
"Oh, monkey pound the rice!"

travel to tanjung lesung.

Prince Budog wondered why people yelled at him, called him as monkey. But as he looked at himself, he was surprised that his body covered with hair and he even had a long tail. He realized that he had turn into a monkey. Prince Budog was so ashamed, he violated the rule.  He run away to the jungle nearby. 

After that day, the village is called as Tanjung Lesung. "Lesung" means mortar, and due to the village is located on the cape which in Indonesia is called "Tanjung", they name it as Tanjung Lesung. And, believe it or not, but we can still found monkey along the way near Tanjung Lesung Beach. There is caution: be careful, there's monkey.

travel to tanjung lesung.