Minggu, 31 Juli 2016

Aplikasi Haji Pintar Solusi Mempermudah Perjalanan Haji Mandiri

aplikasi haji pintar untuk mempermudah jemaah haji mandiri
“Bu, kata Uwa berangkat hajinya tanggal 20 Agustus,” Suara Aisya terdengar mendekati saya yang sedang berkutat dengan deadline artikel.
“Hmmm,” saya hanya menggumam.
“Ibu, denger ngga sih, Uwa berangkat hajinya tanggal 20 Agustus,” diapun menjadi kesal. Saya menengadah dan muka kesal Aisya sudah berada tepat di depan saya.
“Hehe, iya, Ibu dengar. Uwa sudah bilang kok tanggal 20 Agustus berangkatnya. Terima kasih ya sudah mengingatkan Ibu. Nanti kita antar bareng-bareng yak ke Kantor Kabupaten.”

Sabtu, 30 Juli 2016

Cerita Lebaran Asyik dari Kota Kuda

Cerita Lebaran Asyik bersama diary hijaber
Jika ditanya mengenai Cerita Lebaran Asyik, terus terang saya bingung. Buat saya setiap Lebaran adalah istimewa dan selalu ada cerita dan drama di balik Lebaran. Ada yang penuh derai air mata, ada yang penuh derai tawa, ada yang penuh amarah, dan semuanya pernah saya jalani.
Tapi, kembali ke masa-masa itu, membuat saya berpikir apa sebetulnya Lebaran Asyik itu? Mudik setiap tahun dan terjebak kemacetan panjang tak berujung? Silaturahmi ketemu dengan orang tua dan saudara? Mempercantik rumah menjelang Lebaran? Membeli gamis dan hijab baru menyambut hari nan fitri? Hidangan istimewa khas yang hanya tersedia saat Lebaran?
Setelah kesekian kalinya, saya baru menyadari bahwa Lebaran Asyik itu adalah ketika kita menikmati setiap momen yang ada dengan santai dan penuh rasa syukur apapun keadaan Lebaran kita saat itu. Tidak perlu memaksakan untuk sebuah kondisi Lebaran yang spesial di luar kemampuan kita yang malah mungkin akan membuat Lebaran kita menjadi tidak asyik karena kita terlalu sibuk dengan segala tetek benget persiapan yang sebetulnya tidak perlu.

Selasa, 26 Juli 2016

Penting Ngga Sih Gabung Dengan Komunitas?

manfaat gabung dengan komunitas
“Edun, mobil elu kenapa banyak tempelan gitu?” Tanya seorang teman yang terbengong-bengong melihat mobil salah satu teman yang body-nya penuh dengan tempelan mirip mobil box iklan.
“Biasaaa, gue mau ikut touring nih ke Jogja, bareng komunitas mobil,” jawab teman tersebut dengan bangganya.
Seru kali yak ikut touring mobil seperti itu. Beberapa orang teman pernah mengikuti acara serupa dengan komunitas mobil lainnya. Ada banyak komunitas mobil yang ada, contohnya komunitas honda, komunitas xenia avansa, dan lain-lain. Melihat dan mendengar cerita keseruan mereka, saya hanya bisa gigit jari. Hmmm, kapan ya ada touring mobil sejenis si Jenderal Hitam?
Ngomong-ngomong masalah komunitas, apa sih yang kalian bayangkan mengenai satu komunitas? Sekumpulan orang-orang yang ngga jelas juntrungannya? Penting ngga sih tergabung dalam satu komunitas?
Dulu saya sempat berpikir seperti itu. Saat di sekolah, saya berpikir bahwa belajar adalah yang utama, dan komunitas itu ngga penting. Saya berpikir bagaimana mungkin mensinkronkan antara belajar dan mengikuti komunitas. Kamu harus memilih salah satu, berprestasi atau mengikuti komunitas dengan konsekuensi waktu kamu akan tersita habis untuk mengikuti komunitas tersebut.
Tetapi dengan berjalannya waktu saya pun menyadari bahwa mandiri saja tidak cukup, tapi kita pun perlu bersosialisasi. Bukan komunitas kan? Tapi bersosialisasi . . .
Yup betul, bersosialisasi dengan beragam jenis orang ngga pakai pilih-pilih. Tapi terkadang, tentunya kita akan lebih seru jika berkumpul dengan orang-orang yang mempunyai minat yang sama kan? Misal kamu suka drama korea, suami kamu suka sepakbola, kira-kira kalau ngomongin Lee Min Ho, Lee Sang Yoon, Yoon Eun Hee, suami kamu bakal ngeh ngga sih? Mungkin lebih enak jika kamu gabung dengan orang-orang yang mempunyai kegemaran yang sama yaitu drama korea, pasti ngobrolnya seru kan.
Tentunya dengan bergabung dengan komunitas tertentu, kita jadi mengetahui informasi dan pengetahuan lebih detail. Contoh nih ya, saya suka boneka, yang saya tahu boneka yang paling cantik adalah Barbie. Nah, setelah saya gabung dengan komunitas pencinta boneka Barbie, saya baru tahu ternyata Barbie pun punya sejarah, punya nama, punya teman, punya adik. Dan saya juga jadi tahu, ternyata Barbie pun ada beberapa jenis. Ada playline, ada muse. Nah, ngga tahu kan Barbie muse? Nah, muse itu bentuk Barbie yang bentuk body-nya cakep banget, sampai tulang lehernya saja kelihatan cekungannya. Di komunitas boneka, saya juga jadi mengetahui ada boneka yang lebih keren dan mahal daripada muse, yaitu boneka-boneka keluaran Integrity, seperti Poppy. Uuuuuiiih, ngeliat itu boneka, dijamin pengen ngelus deh.
Beda lagi komunitas menulis dan blogger. Di sini tentunya kita berbagi seputar menulis, blogging beserta tips and triks-nya. Yang tadinya ngga tahu tentang google analytics, bisa agak melek. Sebelumnya sering bengong ditanya rate card, sejak gabung dengan komunitas, minimal ketika ditanya ngertilah arahnya kemana, walaupun belum punya rate card-nya. Atau, yang tadinya nge-blank masalah monetized money, bisa sedikit terbuka setelah mendapat penjelasan dari anggota komunitas.
Sekarang ini yang saya rasakan semakin banyak komunitas yang bermunculan. Awalnya mungkin beranjak dari satu perasaan senasib sepenanggungan yak. Ada komunitas yang anggotanya berisikan single mom, ada yang hobi bersepeda, ada yang hobi naik gunung sehingga membuat komunitas pencinta alam, ada komunitas photography, dan banyak lagi.
Terus penting ngga sih ikut komunitas? Menurut saya sih penting ya. Untuk memperoleh informasi yang lebih akurat. Terus, mengikuti komunitas juga kita jadi bisa lebih tahu di awal jika ada hal-hal baru atau item promosi. Terkadang, melalui komunitas juga kita bisa mendapatkan pekerjaan sampingan, atau promo-promo yahud. Keren kan?
Selain itu sih yang saya lihat dari manfaat bergabung di sebuah komunitas adalah saling mendukung dan menyemangati satu sama lain. Jika ada yang sakit pun saling mendoakan. Jika satu anggota komunitas lagi berduka, yang lain pun ikut berduka. Hmmm, berasa seperti berada dalam sebuah keluarga besar.
Tapiii, males ah ikut komunitas, banyak telenovelanya. Eh, kok telenovela. Itu loh drama gontok-gontokannya. Hihihi.
Aaah, itu sih biasa, namanya juga manusia berkumpul, pasti suatu saat ada juga selisihnya. Jadi kita mah having fun saja lah dengan komunitas. Jangan ikutan terseret telenovela, wkwkwk.  
Bagaimana tips supaya enjoy bergabung dalam suatu komunitas?
1.  Baca & Ikuti Aturan Komunitas
Setiap komunitas pasti ada aturan mainnya. Jadi usahakan kita baca peraturannya sebelum join dan berusaha mematuhi peraturannya. Lucu juga kan jika kita ingin gabung dengan satu komunitas, tapi sikap kita seenaknya kita saja, tabrak sana tabrak sini. Itu sih namanya mencari perkara.
2. Aktif
Usahakan juga aktif. Ngga mesti langsung tancap gas biar dikira aktif. Ya, sewajarnya saja sih. Kalau punya ide ya dikemukakan baik-baik, siapa tahu ide kita ikut berperan dalam mengembangkan komunitas tempat kita bergabung.
Atau jika kita bergabung dalam satu komunitas online, usahakan sih tidak hanya sekedar silent reader. Ya, komen sesekali lah, biar anggota komunitas lain tahu bahwa kita ada. Xixixi.
3. Jangan Malu Bertanya
Sebetulnya sih mungkin malu juga ya, namanya juga sudah tua. Tapi tetap, selagi bertanya itu bebas, saya pikir ngga ada salahnya kok. Ngga ada pertanyaan yang memalukan saya pikir.
Dulu, saya pun begitu, sering malu bertanya jika di dalam kelas. Tapi kemudian saya berpikir, ya namanya pelajar ya wajarlah banyak bertanya, kecuali kita profesor.
Jadi, jika ada pertanyaan yang mengganjal, jangan ragu untuk bertanya. Orang bilang malu bertanya, sesat di jalan. Kalau saya sih malu bertanya, lebih banyak duit yang keluar. Wkwkwk. Iya lah, kalau tersesat kan, sudah capai, boros bensin, perlu makan tambahan, dan lainnya. Begitu juga dengan komunitas blogger, well, jika kita pengen cepat improve, ya memang harus banyak bertanya dan mencari tahu. Uhuk, saya sih belum improve, eh, lumayan lah tapi, dibanding awal-awal. Berkat teman-teman dari komunitas blogger, juga teman-teman yang comment ataupun tempat saya blogwalking.
4.  Berbagi & Caring Each Other
Dalam komunitas juga, spiritnya adalah berbagi. Saya pikir prinsip sedekah juga berlaku di sini. Katanya jika kita bersedekah, maka kita akan mendapat balasannya berkali lipat. Begitu juga dengan berbagi di komunitas. Semakin kita berbagi, ilmu kita bertambah, teman bertambah, siapa tahu dapat durian runtuh, misal  jadi selebritis blogger. Xixixi.
Terus terang, mungkin saat ini saya belum bisa berbagi yang significant mengenai per-blogging-an, karena saya juga masih meraba-raba. Tapi dari membaca blog-blog teman-teman, misalnya, saya jadi mengerti bahwa kalau kita berbagi, return-nya juga banyak.
Contohnya saya pernah lihat websitenya siapa yak, yang sering berbagi informasi mengenai lomba menulis dan blog? Tuh kan, dengan berbagi seperti itu terasa lebih menyenangkan. Dia pun merasa tidak tersaingi jika banyak yang ikut, yakin bahwa rejeki mah ngga bakal kemana. Btw, saya masih suka kepikiran, hebat si Mbak yang satu ini bisa tahu banyak lomba-lomba, gimana ngumpulinnya yak?
Terus seperti yang tadi dibilang bahwa caring juga perlu. Jika ada anggota komunitas yang memerlukan support, selama kita bisa melakukannya, ya usahakan sih dibantu. Misal kalau di komunitas blogger, minta dukungan like, ya disupport.  
5. Jangan Terlalu Baper
Komunitas tidak diperutukan bagi yang suka baper berat, yang dikit-dikit pundung, wkwkwk. Hmmm, ngga juga sih, baper ya boleh lah, asal sewajarnya, jangan terus menerus baper.
6. Jangan Mudah Percaya
Terkadang di sebuah komunitas, jika berhubungan dengan uang, jangan mudah percaya, apalagi jika kita hanya mengikuti komunitas secara online alias di dunia maya. Misalkan di komunitas traveling, biasanya sih kalau sesama traveling sih ok ya, tapi terkadang ada saja yang suka memanfaatkan kepercayaan. Dengan mudahnya kita transfer ikut open trip atau booking tiket pesawat, yang ternyata bodong.
Bukan hanya traveling sih, kadang juga di komunitas lain juga ada hal seperti itu. Biasanya admin akan menyeleksi sih, dan kita harus waspada dengan menanyakan terlebih dahulu ke anggota lain yang lebih senior jika kita ingin berjual beli di komunitas.
- - -
Itu saja sih mengenai pentingnya komunitas buat saya, serta tips mengikuti sebuah komunitas. Ya intinya sih, have fun ikut dengan komunitas, jangan terlalu memaksakan diri supaya bisa menyenangkan/memuaskan semua orang. Dapatkan ilmu pengetahuan, banyak teman, nikmati proses, dan syukur-syukur dapat job sampingan dari situ yak. Hehe.
Have fun, gaeys! Have a nice day!

Senin, 25 Juli 2016

Tiada Seorang Anak Sholeh Yang Mendoakan

meneruskan kebaikan orang yang sudah meninggal
“Lo, jangan ngomong kayak gitu dong, gue kan sedih,” katanya tiba-tiba. Jemari tangannya berhenti mengaduk-aduk makanan di hadapannya.
“Gue kan belum punya anak,” katanya lagi dengan sedih, “kalau ngga punya anak, terus siapa yang bakal doa’in gue kalau gue udah meninggal kelak?”
Oh, ternyata itu yang membuat dirinya bermuram durja. Dia teringat dengan sabda kekasih Allah, bahwa ada 3 perkara yang dapat dibawa ketika kita meninggal nanti, yaitu: anak yang sholeh, ilmu yang bermanfaat, dan amal jariyah.
Setiap orang tentunya mempunyai keinginan untuk mempunyai seorang anak, dengan harapan anaknya kelak akan mendoakannya. Bahkan, salah seorang yang kelihatannya preman sekalipun, tukang berlabuh ke banyak hati perempuan, ternyata dirinya masih berpikiran untuk memperoleh anak yang sholeh dan sholehah yang kelak bisa menghadiahinya Al-Fatihah. “Kalau aku menikah dengannya, dan tetap dalam keyakinan kami masing-masing, terus kalau nanti anak kami mengikuti keyakinan ibunya, terus yang nanti ngasih Al-Fatihah siapa?” katanya dengan lirih, ketika ditanya kenapa hubungannya dengan seorang wanita yang berlainan keyakinan berada dalam keadaan ngga jelas alias menggantung, maju iya, mundur ngga.
Jadi ternyata dalam diri kita selalu ada pertanyaan, bagaimana kelak jika saya ataupun orang tua sudah meninggal dunia? Siapa yang akan meneruskan kebaikan orang yang telah meninggal, dan bagaimana caranya?
Kalau berdasarkan dari 3 perkara di atas, ya sebetulnya kita sendiri yang harus terlebih dahulu menanam kebaikan, juga mendidik anak-anak kita menjadi anak yang sholeh dan sholehah.
Sedekah amal jariyah yang kita lakukan semasa hidup akan menerangi dan menemani perjalanan kita setelah kita meninggal. Semasa hidup, saat kita dalam kelapangan, sering kali kita tergoda untuk membelanjakan sendiri penghasilan yang kita dapat. Terkadang pula, manusia berkelahi gara-gara harta. Kalau membicarakan harta tidak akan ada habisnya. Harta pun tidak bisa kita bawa, terkecuali jika kita sedekahkan. Misalnya untuk pembangunan masjid, walaupun orang yang memberikan sedekah telah meninggal, tapi dia akan tetap memperoleh pahala-pahala kebaikan dari orang-orang yang melakukan kebaikan dengan adanya masjid tersebut.
Ilmu yang bermanfaat pun demikian, bisa menjadi teman kita. Mungkin itu sebabnya yak, para pedagang zaman dahulu selalu menebarkan kebaikan dan ilmu agama. Walaupun seandainya kita hanya mengajarkan surat Al-Fatihah, dan orang yang diajari mengamalkannya terus menerus, maka kita pun akan memperoleh pahala yang mengalir terus menerus pula, walaupun kita sudah tiada di dunia fana.
Dan terakhir adalah anak yang sholeh dan sholehah yang doanya akan sampai kepada orang tuanya yang telah meninggal. Amalan sholeh anak-anak akan sampai kepada kedua orang tuanya yang telah meninggal, tanpa mengurangi pahala untuk si anak. Misalkan mendoakannya, berpuasa, memerdekakan budak dan bersedekah atas namanya.  Hal ini ada petunjuknya dari Rasulullah. Ada beberapa hadist yang diriwayatkan mengenai bolehnya bersedekah atas nama orang tua yang telah meninggal, dan pahalanya akan sampai pada mereka.
Salah satu hadist adalah dari ‘Aisyah Radhiyullahu anhuma:
Bahwasannya ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya ibuku meninggal dunia secara tiba-tiba (tidak meninggalkan wasiat), dan aku mengira jika ia bisa berbicara maka ia akan bersedekah, maka apakah ia memperoleh sedekah atas namanya (dan aku pun mendapat pahala)?” Beliau menjawab, “Ya, (maka bersedekahlah untuknya).”
Ada beberapa hadist lain juga yang meriwayatkan mengenai hal yang sama.
Selain itu juga, kita dapat menghajikan atau mengumrahkan orang yang telah meninggal dan pahalanya akan sampai kepada mereka. Tentunya dengan syarat, kita pun telah berhaji dan berumrah terlebih dahulu. Itu yang dinamakan badal.
Ada satu cerita saat saya berada di Mekkah. Pada waktu itu, sambil menunggu pelaksanaan ibadah haji, rata-rata jama’ah haji melakukan ibadah umrah berkali-kali. Katanya, sayang sudah jauh-jauh masa cuma umrah sekali. Tapi, suatu saat saya duduk bersebelahan dengan seorang dari Pakistan saat menunggu sholat Magrib di Masjidil Haram. Dia bercerita bahwa tadi pagi kelelahan setelah selesai umrah. Dia bilang bahwa sudah beberapa kali umrah selama beberapa hari di Mekkah. Yang menjadi perhatian saya dan membuat saya terenyuh adalah dia ternyata mengumrahkan orang tuanya yang baru meninggal karena rumah kediamannya terbakar. Saat bercerita, dia sempat mengusap matanya yang berair.
Kemudian apalagi yang menjadi tanggung jawab kita terkait dengan bakti kepada orang tua setelah mereka meninggal? Nabi menjawab ada 4 kewajiban seorang anak yang masih tersisa dalam berbakti kepada kedua orang tua, yaitu: mendoakannya dan memintakan ampunan bagi mereka, melaksanakan janji atau wasiat mereka, memuliakan sahabat-sahabat mereka, juga menjalin hubungan silaturahim dengan orang yang ada hubungannya dengan orang tua.
Jangankan hal-hal di atas, malah membaca istigfar pun bisa sampai pahalanya kepada orang yang telah meninggal dunia. Derajat orang tua kita akan meningkat di surga lantaran istigfar yang kita lafalkan. Nabi pernah bersabda: Ada seorang lelaki yang terangkat kedudukannya di surga kelak. Ia pun bertanya, “Bagaimana ini?” Maka dijawab: “Lantaran istigfar anakmu.”
Jadi, jika dirangkum tips meneruskan kebaikan yang telah meninggal adalah:
1.      Sebagai seorang anak, kita harus mendoakannya dan memohonkan ampunan bagi kedua orang tua yang telah meninggal, karena mendoakan dan memohonkan ampunan adalah lebih utama. Bahkan lafal istigfar pun bisa mengangkat derajat kedua orang tua kita di surga kelak.
2.      Jika orang yang meninggal meninggalkan wasiat, maka kita wajib melaksanakannya, selama tidak bertentangan dengan perintah Allah dan Rasul.
3.      Menghajikan dan mengumrahkan orang yang telah meninggal, dengan syarat kita sendiri telah berhaji atau berumrah. Bisa juga meminta bantuan orang lain yang telah berhaji untuk membadalkan.
4.      Tetap menjalin silaturahim kepada sahabat-sahabatnya, teman-temannya juga kerabat. Memuliakan mereka termasuk dalam salah satu sabda Rasulullah.
5.      Bersedekah atas nama mereka. Insya Allah pahalanya akan sampai kepada orang tua yang telah meninggal.
6.      Melakukan amalan sholeh lainnya, karena amalan yang dilakukan anak akan juga mengalir pada orang tua yang telah meninggal.
7.      Yang tidak mempunyai anak atau belum, jangan bersedih yak, pahala bisa terus menerus mengalir melalui sedekah amal jariyah pada waktu hidup, juga mengajarkan ilmu yang bermanfaat. Jadi, yuk kita mulai memikirkan ilmu apakah yang dapat kita sharing dan bermanfaat bagi banyak orang.
8.      Yang telah dikarunia anak, maka anak kita adalah investasi kita. Bukan untuk investasi dunia, tetapi investasi akhirat. Didiklah anak-anak kita sehingga kelak menjadi anak yang sholeh dan sholehah, dan terus meminta kepada Allah untuk menjadikan mereka anak-anak yang sholeh, sholehah dan berbakti.
Nah, itu saja tips meneruskan kebaikan orang yang telah meninggal dunia. Tulisan ini sesungguhnya sekaligus sebagai pengingat untuk diri saya sendiri untuk terus berusaha menjadi anak yang berbakti serta meningkatkan ketaqwaan. Juga mengingatkan saya untuk mendidik anak-anak supaya tidak melenceng dari jalur-jalur agama.
Semoga postingan ini bisa bermanfaat yaak. 

Minggu, 24 Juli 2016

TAISO, Aktivitas Rutin di Perusahaan Jepang

taiso aktivitas olah raga di perusahaan jepang
Saya selalu jatuh cinta dengan langit, laut dan pepohonan rindang.
Pagi ini saya menengadahkan kepala ke langit, dan birunya langit yang berhiaskan awan putih tiba-tiba menyingkirkan kepenatan saya. Aaaah, terasa luaaaas sekali, dan saya pun merasa menjadi kerdil berada di tengah semesta.
Langit yang luas dan tanpa batas, yang terkadang saya berpikir, bagaimana kehidupan diseberang lapisan langit kita. Jika di sini terang, bagaimana di sisi lapisan luar langit bumi. Tower-tower destilasi yang tinggi, seperti hendak menjangkau langit. Hmmm, saya tak ingat kapan saya terakhir kali menikmati pemandangan seperti ini.
Saya baru menyadari, ternyata Taiso yang dilakukan setiap pagi hari tidak hanya berguna untuk peregangan, tetapi juga bisa mewarnai hari kita. Sudah hampir 15 tahun, tapi baru pagi ini saya tersadar bahwa tidak selalu harus pergi ke tempat yang jauh untuk menikmati keindahan alam. Setiap saat, setiap tempat di sekeliling kita, jika kita nikmati dan syukuri, ternyata indah.
Eh, tapi ngomong-ngomong ada yang tahu ngga, “Taiso” ini sebetulnya apa sih? "Kuli-kuli" di perusahaan Jepang sih dijamin tahu apa itu Taiso. Bukan "Tak Bisa" lho!
Penasaran? Yuk kita simak informasinya mengenai Taiso yang sering dilakukan di sebuat perusahaan Jepang. Kita mulai dengan asal muasal Taiso dulu yak.
Asal Mula Taiso
Ditinjau dari segi bahasa, Taiso secara harfiah diartikan sebagai “gerakan badan”, atau istilah kita sih “senam”. Berasal dari kata “tai” dalam bahasa Jepang yang artinya adalah “badan” dalam bahasa Indonesia; dan kata “sou” yang berarti “gerakan”. Jadi kalau digabung mengandung arti gerakan badan.
Taiso pertama kali diperkenalkan tahun 1928 di Jepang, bersamaan dengan perayaan pemahkotaan kaisar Hirohito. Surat kabar The Japan Post dan Radio NHK yang memulai proyek tersebut, walaupun mereka juga sebenarnya terinpirasi oleh program senam radio Amerika Metlife yang muncul di sekitar waktu yang bersamaan, yang mengudara lewat 3 stasiun radio terbesar di New York, Washington dan Boston saat itu. Jadi Metlife ini sebuah perusahaan asuransi jiwa yang melakukan promosi hidup sehat melalui program senam radio ini.
Adalah Teiji Inokuma yang tertarik dengan ide pemasaran seperti ini, dimana saat itu Inokuma kebetulan menjabat di perusahaan asuransi jiwa di Jepang. Jadi Inokuma membawa ide senam radio dari Amerika ke perusahaan penyiaran Jepang dengan dua tujuan yaitu, memperbaiki pandangan publik tentang asuransi jiwa dan mempromosikan hidup sehat dan panjang umur, karena pada masa itu rata-rata usia hidup warga Jepang adalah 40 tahun, dan banyak yang meninggal disebabkan penyakit, seperti tuberkolosis.
Sempat terhenti untuk beberapa saat setelah perang dunia II, program tersebut dihidupkan kembali pada tahun 1950-an, yang lebih difokuskan untuk latihan dan menguatkan ikatan dengan rekan kerja, teman sekelas dan anggota masyarakat. Sejak saat itu lagu untuk senam itu disiarkan terus menerus setiap harinya melalui siaran radio.
Pada jaman dahulu, musik taiso hanya dapat didengar melalui radio, sehingga istilahnya sampai sekarang di Jepang disebut “rajio taiso”. Rajio itu maksudnya radio, orang Jepang menyerap kata Radio sesuai dengan ucapan bahasa Inggrisnya.
Di Jepang, dimana Taiso dilakukan?
Di Jepang, taiso bisa dilakukan dimana saja, selama ada ruangan yang cukup, ada musik dari radio atau TV. 
Setiap pagi pukul 6.30 waktu setempat, Radio NHK memainkan sebuah lagu khusus untuk mendorong seluruh warga Jepang untuk berkumpul bersama untuk melakukan taiso selama 5-10 menit. Masyarakat berkumpul di taman-taman lokal, dan anak-anak pergi ke sekolah lebih awal untuk senam bersama.
Di pabrik, taiso bisa dilakukan di koridor, di samping mesin tempat kerja, di ruang-ruang yang memungkinkan  untuk melakukan taiso. Begitupula di tempat-tempat lainnya seperti kantor pemerintahan, rumah sakit, bank, dan  lain-lain.
Taiso (foto dari shinagawa.tokyo.jp, japantimes, ssf.or.jp, visualanthropologyofjapan.blogspot.com)
Sampai sekarangpun, konon kabarnya (maklum saya sendiri belum pernah ke Jepang jadi tidak bisa konfirmasi langsung) masih dilakukan dikalangan mahasiswa, pelajar, maupun para pekerja. Malahan anak sekolah selama libur musim panas, mempunyai kartu kehadiran. Anak-anak mengumpulkan stempel kehadiran, dan jika sudah penuh di akhir liburan bisa ditukar dengan hadiah. Keren juga ya, untuk memotivasi anak-anak selalu melakukan peregangan setiap hari dan menikmati alam di pagi hari.
Taiso di Berbagai Belahan Dunia
Di Indonesia sendiri, senam kebugaran taiso banyak di adopsi pula karena manfaatnya sangat penting untuk menunjang kesehatan. Buat generasi lawas, tentunya masih ingat, dulu di sekolah senam kesegaran jasmani (SKJ) yang selalu dilakukan sebelum pelajaran kelas dimulai. Ingat ngga dulu kalau di sekolah SD kita sering melakukan SKJ di pagi hari?
Selain di Jepang, ternyata di banyak belahan dunia lain, kini rajio taiso ini diadopsi di berbagai perusahaan di Amerika, Jerman dan Inggris.
Biasanya yang mengenal Taiso di Indonesia, kebanyakan adalah perusahaan-perusahaan Jepang, atau siswa yang pernah kerja praktek di sebuah perusahaan Jepang. Mereka pas tahu kalau ditanya tentang Taiso. Taiso ini dilakukan setiap hari sebelum jam kerja dimulai, kurang lebih memakan waktu 4-5 menit. Ya, taiso ini kita bisa bilang peregangan sebelum memulai perkerjaan.
  
Ingin Tahu Bagaimana Gerakan Taiso?
Gerakan Taiso, tergolong sederhana. Sebagian besar gerakan merupakan rutinitas peregangan, pemanasan sederhana. Merentangkan tangan, menengokkan kepala ke kanan ke kiri, ke atas ke bawah, loncat-loncat di tempat, dan lainnya.
Karena gerakannya yang sederhana, maka Taiso cocok untuk anak muda maupun yang sudah paruh baya. Tapi, jangan harap dapat menurunkan berat badan, karena Taiso bukan merupakan senam high impact.
Terus, Apa Sih Manfaat Taiso?
Ngomong-ngomong kenapa sih perusahaan Jepang rata-rata masih mempertahankan Taiso? Hmmm, katanya sih Taiso bertujuan untuk meningkatkan kelenturan dan energi yang tinggi, sebelum beraktivitas. Masyarakat Jepang juga percaya, Taiso dapat meningkatkan kesehatan dan memperpanjang umur.
Masyarakat Jepang meyakini bahwa gerakan-gerakan senam, melambangkan persatuan dan kerjasama dalam sekelompok pelajar, mahasiswa, maupun pekerja, dan juga anggota masyarakat atau lingkungan di mana ia tinggal. Taiso juga dipercayai berguna untuk memperlancar aliran darah dan mempertajam pikiran pada hari itu.
Jadi katanya nih, minimal saat kita melakukan Taiso di pagi hari, kita tahu tuh rekan kerja kita mungkin ada yang sakit atau ada yang ngga masuk. Selain bermanfaat untuk tubuh, juga sekaligus meningkatkan rasa empati kita terhadap sesama rekan kerja. Hmmm, jadi inget manfaat sholat berjama’ah deh kalau tujuannya seperti ini.
Buat saya sendiri, memang terkadang malas sih untuk melakukan Taiso pagi hari, walaupun sebetulnya saya sendiri merasakan, setelah peregangan memang lebih agak bersemangat setelah sebelumnya ngantuk akibat masih ada bawaan tidur di dalam bus selama perjalanan menuju tempat kerja. Nah, dengan Taiso mau tidak mau kita jadi melek kembali. Dan yang pasti dengan Taiso di pagi hari, kita bisa menikmati pemandangan birunya langit yang luas.
Segala sesuatu jika dinikmati dengan tanpa terburu-buru ternyata menyenangkan yak. 

Sabtu, 23 Juli 2016

Jeritan Dan Impian Aisyah

Our death is not an end if we can live on in our children and the younger generation.
For they are us, our body only witted leaves on the tree of life. 
(Albert Einstein)

JERITAN AISYAH
Siang itu matahari panas terik. Sudah beberapa hari ini tidak turun hujan, sehingga udara menjadi lembab. Adzan dzuhur beberapa menit lagi akan berkumadang. Jalanan kompleks sudah mulai sepi. Anak-anak yang biasa bermain di sekitar rumah pun kelihatannya sudah mulai memasuki rumahnya.
Tiba-tiba suara tangisan memecah kebisuan siang. Awalnya aku tidak peduli. Tetapi tangis anak perempuan itu makin keras dan menyayat hati.
"Ma, siapa yang nangis? Kenapa?" teriakku kepada mbaknya anak-anak, yang kebetulan sedang berada di depan garasi rumah.
Terdengar si mbak seperti sedang menengahi perkelahian. Terdengar teriakan anak laki-laki, diiringi jeritan anak perempuan, bercampur suara si mbak.  Tangisan yang makin keras memaksaku beranjak keluar.
Terlihat si anak laki-laki menyeret paksa si anak perempuan. Tangan kanannya memegang uang 2.000 rupiah. Usia mereka sepertinya tidak terpaut jauh. Dari raut wajah mereka, dapat dipastikan adik dan kakak.
"Ayo Aisya! Jangan aleman kamu!" maki anak lelaki itu, sambil berusaha menarik paksa tangan adiknya.
Adiknya semakin meronta. Si kakak terlihat makin kesal, dan plak! tangan si kakak mendarat di pipi adiknya. Tak hanya tangan, kakinya pun mendarat di tulang kering adiknya.
"Ya ampun, itu adiknya kalau dipukuli sakit!"  teriakku dari balik pintu garasi.
"Sabar kakak, biar adiknya berhenti dulu nangisnya,” lanjutku lagi.
Tetapi si kakak kelihatannya tidak menggubris kata-kataku. Kelihatan raut wajahnya semakin panik dan ketakutan. Si adik semakin ketakutan bersembunyi di balik badan si mbak. Sepintas, terlihat kedua belah kakinya penuh dengan lebam kebiruan.
"Ma, antarkan saja pulang, kasihan," pintaku. Si anak laki-laki makin panik. Kedua tangannya memegangi kepalanya, sambil teriak-teriak pusing. Kemudian melampiaskan kekesalannya dengan mengeluarkan bahasa-bahasa kebun binatang.
Rupanya kedua anak tersebut tinggal di bedengan kontrakan di kampung sebelah. Mereka tinggal bersama dengan neneknya. Ibunya, menurut cerita anak lelaki tadi, tinggal  Jakarta. Dia ketakutan neneknya akan marah. Menurut cerita neneknya, kakaknya memang sering memukuli adiknya.
Entah bagaimana selanjutnya nasib anak perempuan itu. Terbayang tamparan ke mukanya, tendangan ke tulang kering kakinya. Tangisannya yang menyayat hati. Bagaimana dia bersembunyi di balik badan si mbak seolah minta perlindungan. Mau tidak mau mengingatkan pada kedua anak perempuanku, yang mungkin masih sebaya dengan anak-anak tadi, terutama Aisha, putri bungsuku. Entahlah mungkin karena kesamaan nama keduanya.
---
Peristiwa siang hari tadi bermain terus dipikiranku. Sulit sekali mata ini terpejam walaupun malam telah larut. Terlintas berita dan video yang beredar tentang anak sekolah yang di-bully temannya.  Ingat bocah SD Renggo yang tewas dianiaya karena sebuah pisang? Ingat bocah kelas SD di Sumatra & Makasar yang tewas dikeroyok temannya?
Kasus-kasus penganiayaan yang terjadi membuatku miris dan mengelus dada. Apa yang mereka lakukan sudah melenceng dari batas kewajaran prilaku usianya. Hanya karena masalah sepele, emosi seorang anak menjadi tidak terkendali sehingga menyebabkan anak lain meregang nyawa.
Kasus bunuh diri pun menjadi trend akhir-akhir ini. Kasus terbaru, satu keluarga tewas bunuh diri di Kediri, diduga karena motif himpitan ekonomi. Tak kalah seru, remaja-remaja pun seolah tidak mau ketinggalan, gara-gara putus cinta menabrakan dirinya ke kereta listrik yang sedang berjalan. Ada pula seorang anak yang ditemukan tewas tergantung di lemari pakaian, diduga karena depresi akibat perceraian kedua orang tuanya.
Kulirik dua malaikat kecilku, Naylal & Aisha, yang terlelap di samping kanan kiriku. Sebersit perasaan bersalah menyelusup di relung batinku. Sebagai wanita yang bekerja, kebanyakan waktu yang kupunya, kuhabiskan di kantor. Tak jarang ketika berada di rumah pun, kuhabiskan waktuku untuk menonton drama korea kesukaanku. Sehingga mereka lebih hapal dengan artis Korea Lee Min Ho atau Park Shin Hye dibandingkan dengan pahlawan islam seperti Tariq ibn Ziyad ataupun Salahuddin Ayyubi. Mereka lebih hafal dengan judul-judul drama Korea dibanding judul-judul peristiwa sejarah islam Indonesia.
“Ibu, tadi siang, Emergency Couple-nya lucu dan seru lho,” cerita Aisya dengan semangat pada suatu sore sepulang aku kerja.
“Ibu, kasian lho tadi Chang Ming, kena marah dokter senior,” lanjut kakaknya Naylal tidak mau ketinggalan.
Aku hanya bisa terpana “takjub”, begitu lancarnya mereka menceritakan alur cerita salah satu episode Emergency Couple yang diputar siang hari di salah satu stasiun televisi. Tiba-tiba seolah ada gerimis di hatiku.
---
            Pikiranku terus mengembara menembus ruang dan waktu, ke abad pertengahan, di suatu masa di daratan Eropa. Seluruh Eropa berada dalam zaman yang dikenal dengan istilah dark age, karena mati surinya ilmu pengetahuan. Tetapi justru di zaman itulah Islam bersinar terang dari arah daratan Andalusia.
            Cordoba, kota terbesar di semenanjung Andalusia, terkenal sebagai pusat peradaban Islam di Eropa selama hampir 5 abad lamanya. Ilmu dan kebudayaan berkembang pesat di sini. Cordoba telah bermandikan cahaya lampu di malam hari, sedangkan kota London 700 tahun kemudian masih dalam keadaan gelap gulita. Cordoba yang pernah menjadi kiblat Ilmu pengetahuan, budaya dan teknologi bagi bangsa-bangsa di Eropa.
            100 tahun sebelum Columbus, Vasco de Gama, Magellan mengarungi samudra, Ibn Battutah dari Maroko telah menjelajah muka bumi untuk mentafakuri alam ciptaan Allah. Ibn Battutah menuliskan dalam buku perjalanannya: ‘Aku tinggalkan Tangier, kampung halamanku, pada Kamis 2 Rajab 725 H/ 14 Juni 1325 M. Saat itu usiaku baru 21 tahun 4 bulan. Tujuanku adalah menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci di Makkah dan berziarah ke makam Rasulullah SAW di Madinah.’
             Berkembangnya Islam pada masa itu, tidak lepas dari pengaruh orang-orang Islam yang semangat dalam mencari ilmu. Ibn Sina atau Avicenna dikenal sebagai Bapak Kedokteran Dunia. Usia 5 tahun telah belajar menghafal Al-quran. Selain itu belajar mengenai ilmu-ilmu agama dan mendalami masalah fikih. Ibn Sina ahli dalam bidang matematika, logika, fisika, geometri, astronomi, metafisika dan Filosofi. Ada pula Ibn Rusyd atau Averroes dari Cordoba, seorang filsuf muslim terbesar di abad pertengahan. Dalam bidang astronomi pun, waktu itu, Islam bersinar. Al-Battani yang berhasil menentukan perkiraan awal bulan baru, perkiraan panjang matahari. Al-Biruni yang mengatakan bahwa bumi berputar pada porosnya. Al-Biruni pula yang membetulkan arah kota Makkah secara saintifik dari berbagai arah di dunia.
Tiba-tiba, di hadapan mataku berdiri megah Mesjid Cordoba. Di dalam mesjid terdapat mihrab. Di sekeliling mihrab terukir 99 asmaul husna dengan tinta emas dan biru. Pilar-pilar yang tinggi, marmer dan mozaik-mozaik yang menghiasi mesjid sungguh indah. Kemudian, terlihat peperangan. Bunyi pedang yang beradu. Dan, Mesjid Cordoba berubah menjadi La Mezquita.
Berganti pemandangan dengan hamparan taman indah dan gemercik air dari air mancur taman. Gedung disekelilingnya dipenuhi relief-relief cantik, dan warnanya kemerahan. Tiang-tiang marmer berdiri dengan megah. Ah, ini mungkin Istana Al Hamra di Granada. Benteng terakhir kekhalifahan Islam di Eropa. Tapi semua tiba-tiba lenyap. Ada perebutan kekuasaan antar keluarga kerajaan. Raja Ferdinand dan Ratu Isabelle menguasai Al Hamra.
Air mataku menetes.
---
IMPIAN AISYAH
Aisyah menggeliat, mata kecilnya terpicing. Ketika dilihatnya aku masih terbangun, ia bertanya, “Ini jam berapa Ibu?”
“Sudah hampir subuh, Nak.”
“Ibu belum tidur?”
“Iya.”
“Ibu, aku bermimpi.”
“Mimpi apa, Sayang?”
“Aku bertualang keliling dunia Ibu. Aku seperti Ibnu Battutah yang Ibu ceritakan itu,” cerita Aisya, “aku juga menulis, Ibu. Aku bermimpi, Indonesia bersinar seperti kalung emas Ibu.”
“Aku mau seperti Ibnu Battutah berkeliling dunia dan menuliskan semua ciptaan Allah. Aku juga mau seperti Cut Nyak Dien yang hafal Al-qur’an. Aku sekarang sudah hafal surat Al-lail, lho Bu. Aku dapat nilai 95 untuk tahfiz Al-lail,” berondong Aisyah.
“Semoga cita-citamu terkabul ya, Nak,” sahutku, “Oya, Ibu mau donk dengar hafalannya Aisyah.”
“Dengarkan ya Bu,” jawabnya sambil langsung mengambil sikap duduk sempurna. Terdengar lantunan surat Al-lail dari mulut kecilnya. Sesekali masih berhenti karena mengingat-ingat sambungan ayat berikutnya.
“Wah, hebat! Sudah hampir hafal!” seruku sambil bertepuk tangan. Rasa haru dan bangga membuncah di Dada. Anakku sudah hampir hafal Al-lail. Lebih baik dari aku yang hanya berputar seputar surat-surat sangat pendek seperti An-naas, Al-falaq, Al-ikhlas, Al-kafirun. Ini memotivasi aku untuk juga menghafal Al-qur’an juga.
Matanya bersinar bangga sesaat, kemudian dengan lesu Aisyah berkata, “Tapi aku masih kalah sama Caca, Bu. Caca sekarang mau menghafal At-takwir.”
Aku mengelus rambut ikalnya. Sambil menatap wajahnya, aku berkata, “Ya, bagus Aisyah jika ingin seperti Caca. Tapi, yang terpenting Aisyah tetap berusaha yang terbaik. Tidak usah peduli siapa menang siapa kalah.”
Sayup-sayup terdengar suara adzan pertama dari masjid. Tak terasa sudah mau memasuki waktu subuh.
“Sudah mau subuh rupanya. Aisyah mau ikut sholat tahajud?” tanyaku
Kepala kecilnya mengangguk. Aku beranjak untuk mengambil air wudhu. Sebelum melewati pintu kamar, kulirik Aisyah membangunkan kakaknya untuk sekalian sembahyang tahajud.
---

Tanggal 23 Juli diperingati sebagai Hari Anak Nasional, dan harapan saya di hari ini, adalah semoga anak-anak Indonesia bisa bermimpi indah dan dapat menggenggam nyata impian serta harapannya.

Jumat, 22 Juli 2016

Kisah Kasih di Sekolah

Resah dan gelisah . . . Menunggu disini
Disudut sekolah . . . Tempat yang kau janjikan
Ingin jumpa denganku
Walau mencuri waktu...
Berdusta pada guru
             ***
kisah kreatif masa remaja
Kalau kamu tahu penggalan lirik lagu di atas, itu tandanya kira-kira kita masih dalam satu zaman. Lagu di atas adalah lagu yang dilantunkan Chryse yang bercerita tentang indahnya kisah kasih di sekolah bersama si dia.
Masa remaja memang katanya adalah masa-masa yang tidak terlupakan. Masa-masa di SMP saat mengenakan seragam putih biru, masa di SMA saat memakai seragam putih abu, menjadi masa-masa yang menyenangkan yang selalu menjadi bagian dari nostalgia saat reuni.
Apakah postingan kali ini saya akan membahas mengenai kisah kasih saya saat remaja? Maaf ya, terpaksa pembaca kecewa, karena saya tidak sedang akan membahas hal tersebut. Tak lain tak bukan, tema hari ini adalah mengenai kreativitas saat remaja.
Duh, memikirkan kreativitas yang saya lakukan saat remaja, rasanya lebih baik membiarkan badan saya melar dengan satu atau dua scoop ice cream chocolate vanilla. Apa yak kreativitas yang pernah saya lakukan  20 tahun yang lampau? 
Sepertinya kok ngga ada yang special ya setelah dipikir bolak balik. Masa remaja saya kayaknya datar-datar saja tanpa lika-liku yang berarti. Di situ saya merasa sedih, ternyata saya tidak ingat satu kreativitas atas initiatif sendiri. Ada sih beberapa aktivitas yang saya ikuti saat SMP dan SMP, tapi entahlah apakah itu bisa disebut sebagai suatu kreativitas.
1. Paduan Suara
Yang saya ingat pertama kali adalah paduan suara. Ehm, ehm, ehm. Jadi, begini begini, saya pernah tergabung dalam group paduan suara sekolah baik ketika di SMP maupun SMA. Saat SMP, yang saya ingat setiap kali upacara peringatan-peringatan hari besar di kabupaten yang mewajibkan perwakilan dari sekolah-sekolah, group paduan suara sekolah saya selalu ikut serta. Juga saat di SMP, bersama group paduan suara tersebut, saya pernah mengikuti kompetisi di ITB, walaupun kayaknya waktu itu saya cuma jadi cadangan saja, Hiks, sedihnya yak.
2. Seni Tari
Saat di SMA, bukan hanya paduan suara, sekolah kami ada beberapa kali melakukan pertunjukan tarian masal saat peringatan-peringatan hari besar di stadiun. Yang saya ingat, waktu itu pernah guru saya membuat koreografi tarian yang mencampurkan unsur bela diri. Latihannya pun berhari-hari di tengah terik sinar matahari. 
Selain itu, karena di sekolah ada seni tari sebagai mata pelajaran, terkadang kita dibagi kelompok, ditugaskan untuk membuat suatu koreografi tarian. Saya paling tidak suka pelajaran ini. Kalau tarian yang mirip silat sih masih mending, tapi kalau tarian yang lemah gemulai, dengan kepala yang geser ke kanan ke kiri tanpa nengok, asli membuat saya rasanya pengen bolos pelajaran tersebut. 
Nah, saat ditugaskan membuat koreografi tarian, group saya orang-orangnya kalem-kalem, termasuk kaku dalam menari. Akhirnya karena terpaksa harus bisa, ide-ide cemerlang pun bermunculan. Saya ingat sekali, lagu yang kita pilih waktu itu "Aduh Buyung", agak-agak Melayu Padang begitu, Eh, tahunya group kita mendapat nilai bagus. 
3. Menjahit, Menyulam & Kerajinan Tangan Lainnya
Nah, kalau soal yang satu ini, sejak SD saya jagonya. Nilai pelajaran kesenian saya selalu besar.
Jadi ceritanya, Ibu saya pandai menjahit, menyulam, memasak, kristik, merajut dan segala jenis keterampilan yang biasa dimiliki seorang wanita. Maklumlah dulunya si Mamih sekolahnya di sekolah keputrian Belanda.
Dari sejak kecil, jahitan saya rapi lho, bikin tusukan bunga mawar pun saya bisa. Terkadang kalau lagi iseng, saya suka menambahkan sulaman di ujung baju polos saya. Misalkan menambahkan kumbang atau kepik merah.
Begitu pula dengan menjahit. Awalnya sih masih menjahit menggunakan tangan, tapi lama kelamaan saya bisa menggunakan mesin jahit. Baju pertama saya adalah kemeja. Waktu itu yang saya ingat paling susah adalah memasang bagian kerah leher.
Eh, ternyata dulu saya bisa ya melakukan hal-hal di atas.
4. Membuat Kue Kering
Dulu, setiap bulan puasa, kami dikumpulkan si Mamih buat membantu bikin kue. Nah, yang paling sabar dan paling tahan bantuin si Mamih bikin kue adalah saya. Hihi. Saya sering dipuji si Mamih karena bentuk kue bikinan saya bagus. Yang paling sering dipuji adalah ketekunan saya dalam membuat pastel kering abon, yang ukurannya kecil-kecil. Kebayangkan bikin kelabang pinggiran pastel kayak gimana. Nah, ini dibuat kecil-kecil. Pokoknya saya yang paling tahan lama deh membuat pastel kering ini. Mungkin itu sebabnya ya, saya agak-agak penyabar gitu. Whuuuak! Muntah.
5. Menggambar
Sebetulnya saya ngga hobi menggambar ataupun mewarnai. Tapi, saya sering juga membuat gambar untuk aneka model baju yang ingin saya buat. Gambar-gambar itu beberapa masih ada, dan suka ditemukan Azka saat beres-beres. Sejak lihat gambar itu, Azka selalu minta saya membantunya menggambar. Katanya gambar saya bagus.
6. Mengumpulkan Perangko
Suatu hari Bapak dan si Mamih menghadiahi saya sebuah buku mirip album foto. Hanya saja yang ini isinya lajur-lajur plastik yang memanjang. Katanya mamih, itu adalah album perangko.
Sejak saat ini saya suka mengumpulkan perangko. Sampai menginjak usia kuliah pun saya masih mengumpulkan perangko hari pertama. Jika di Bandung, saya membelinya di kantor pos pusat. Ada kalanya saya mencari sahabat pena di luar negeri. Ada satu sahabat pena saya asal Jerman, namanya Patrick, usianya sama dengan saya, karena bulan lahirnya pun sama dengan saya hanya beda beberapa hari.
Dari dia, saya mendapatkan postcard yang dikirim dari Jerman. Oya, dia pun ada mengirim coklat Sinterklaus, yang datang setelah berbulan-bulan. Bisa ditebak, bentuknya pun sudah penyok ke sana ke mari.
Tapi setelah itu saya tidak pernah mendapat kabar lagi dari dia.
Itu saja sih kegiatan kreatif saya saat remaja. Entahlah apakah hal-hal di atas bisa disebut sebagai suatu kreativitas. Tapi itulah kisah kasih saat di SMP dan di SMA bagi saya. Nah, kalau kreativitas yang kamu lakukan saat remaja apa?