Sabtu, 31 Desember 2016

Journey To Raja Ampat: Terbang Menuju Langit Timur Indonesia

Hore!! Ke Raja Ampat : “Apakah Kamu Percaya Karma?”

Ngga perlu memupuk kebencian dan balas dendam kepada orang yang menyakitimu. Santai saja dan perhatikan. Setiap perbuatan pasti akan ada balasannya.
***
Saya berjalan tertatih, keluar dari kamar mandi terminal keberangkatan 2F Soekarno Hatta. Pergelangan kaki kiri terasa sakit saat digerakkan. Saya meringis, mencoba menyeret kedua kaki sedikit demi sedikit menuju ke boarding gate.
Sudut mata saya menangkap lirikan kekhawatiran si Mbak cleaning service yang melihat saya terjatuh saat keluar toilet.
"Duduk dulu, Mbak. Jangan dipaksa," si Mbak menyarankan saya untuk istirahat dulu. Saya merasakan perasaan khawatir di nada suaranya.
"Ngga apa-apa, kok, Mbak. Saya bisa jalan," jawab saya, menolak sarannya. Padahal suakit sekali rasanya. Saking sakitnya, rasa malu pun menguap di udara. Mencoba gagah, saya mengambil tas ransel hitam dan menggendongnya di pundak.
Ah, kenapa sekelas bandara internasional tidak memperhatikan potensi unsafe condition, seperti perbedaan ketinggian lantai antara pintu toilet dan ruang kaca. Saya meruntuk dalam hati, sambil menggigit bibir, menahan sakit dan malu.
Atau . . . , jangan-jangan saya kena tulah gara-gara ikut mentertawakan teman yang keseleo saat pelesir backpacker ke Inggris beberapa minggu sebelumnya.
Astagfirullah. Saya membaca istigfar berkali-kali, memohon ampunan-Nya jikalau saya sudah kelewatan bercanda dengan teman tersebut. Tuhan, saya ngga bermaksud serius mentertawakan, kok. Tuhan, tolong sembuhkan kaki saya, supaya perjalanan saya ke Timur Indonesia, ke Raja Ampat berjalan lancar. Aamiin.
Jauh di lubuk hati saya yang terdalam, saya tetap merasa khawatir bahwa pergelangan kaki yang keseleo ini akan bertambah sakit dan bengkak. Posisi jatuh tadi cukup keras sampai membuat kaki terlipat dan terasa kesetrum.
Dengan susah payah dan mencoba tetap tegap, saya berhasil melalui gerbang pemeriksaan. Tanpa membuang waktu, saya segera memasuki ruang tunggu keberangkatan dimana Deddy Huang dan Lingga Permesti sudah menunggu. Seharusnya mereka sudah berada di dalam jika menyimak dari percakapan kami di group. Saya menyapukan pandangan ke sekeliling ruangan, tapi tidak tampak satu pun tanda-tanda seperti yang dijelaskan Lingga dan Deddy di group WhatsApp.
Aku udah masuk boarding gate nih, pakai jaket pink. Itu komentar Lingga yang terbaca di layar handphone.
Aku, seperti biasa, pakai topi pet. Yang ini komentar Deddy Huang, seorang travel blogger yang jauh-jauh datang dari Palembang.
Eh, pada kemana mereka berdua? Jangan-jangan saya salah masuk gate. Saya celingukan ngga jelas. Seharusnya sih betul, karena di ruang tunggu keberangkatan ini sudah terasa sekali hawa Timur. Sejauh mata memandang, ruangan ini penuh orang Papua dengan ciri khas warna kulit gelam eksotis dan rambut keritingnya yang khas.
Bolak-balik saya mengelilingi kubikel ruang tunggu keberangkatan. Saya tidak mempedulikan tatapan-tatapan aneh yang tertuju ke arah kaki saya yang terpincang-pincang. Fokus mencari si jaket pink dan topi pet saja, tidak usah pedulikan tatapan orang-orang, pikir saya.
Setelah beberapa putaran tidak menemukan mereka berdua, saya pun menyerah duduk di deretan bangku stainless steel ruang tunggu keberangkatan. Ah, nanti juga ketemu, kalau saya salah gate sih rasanya ngga mungkin, pikir saya. Pergelangan kaki yang keseleo mulai berasa cenut-cenut. Perlahan saya mengurut sekitar pergelangan yang sakit, dengan harapan tidak akan bertambah buruk. Tapi sebersit kesadaran menyeruak di reluang kalbu bahwa saya sedang memupuk harapan palsu.
Akhirnya dua orang yang ditunggu terlihat berjalan berdua memasuki gate keberangkatan. Lingga mengenakan long coat pink, sedangkan Deddy mengenakan topi pet kesayangannya. Duh, pantas tidak ketemu dicari di dalam, orang masih berada di luar.
Sambil menunggu waktu boarding, kami bertiga mengobrol ke sana ke mari secara ini adalah pertama kalinya kami bertemu. Lingga menyampaikan pesan-pesan dari Cheria Travel yang perlu kami lakukan selama perjalanan ke Raja Ampat. Yup, kami bertiga adalah pemenang lomba menulis Cheria Halal Wisata yang diselenggarakan oleh Cheria Travel. Kami berhak atas hadiah perjalanan gratis Paket Tour perjalanan Raja Ampat Cheria. Fabiayyi ala irobbikuma tukadziban, maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Bertemu dengan para pemenang lomba Cheria Halal Wisata lainnya di T3 Soetta
Entah mimpi apa saya akan bisa menjejak kaki di wilayah Indonesia  paling Timur itu. Ribuan kilometer jarak yang harus saya tempuh untuk sampai di sana. Satu yang saya yakini saat itu bahwa perjalanan ke Raja Ampat memerlukan biaya mendekati biaya yang diperlukan untuk traveling ke luar negeri.

Jumat, 30 Desember 2016

9 Camping Ground Asyik Untuk Merayakan Liburan Akhir Tahun

Masa-masa liburan akhir tahun seperti ini, selalu terbayang Tasya kecil yang menggemaskan bernyanyi riang, "libur tlah tiba. libur tlah tiba. hatiii...ku gembiraaa..."
Tapi hati saya tidak gembira ketika ayahnya anak-anak mengajukan usulan yang diaamiinkan sama anak-anak: CAMPING!
Harus cari tahu tempat camping atau berkemah yang nyaman nih.
Anak-anak memang selalu gembira jika musim liburan tiba. Ngga peduli emaknya bingung setengah hidup menentukan mau liburan kemana kali ini. Emaknya harus pinter-pinter muter otak supaya kegiatan liburan meninggalkan kesan yang manis, walaupun sederhana, tapi pastinya kreatif dong ya.
Nah, kalau urusannya camping, saya sudah menuliskan daftar 9 tempat camping yang sekiranya bisa dijadikan referensi. Dari camping yang glamour hingga camping yang harus berjibaku mendirikan tenda sendiri.

1. Trizara Resorts, Lembang Bandung - Glamour Camping

Buat saya, kamu yang mau bercamping tapi ngga pakai ribet, nyaman, mewah tapi tetap merasakan menyatu dengan alam, pilihan pertama saya Trizara Resorts yang terletak di ketinggian Bandung Utara ini.
Suasananya yang asri dan alami bakal membuat kita betah berlama-lama, ngga mau pulang. Setidaknya itu yang saya rasakan saat camping di sana.
Memandang Bandung dari ketinggian, dengan pemandangan tiga gunung di sekeliling, betul-betul breath-taking, apalagi saat di malam hari. Langit malam begitu bersih, jauh dari polusi.
Beneran lost from your busy work and routine activities, deh. 
Saya berencana camping di sini lagi saat bulan baru atau bulan mati, biar bisa lihat langit yang bertaburan bintang. Pasti keren banget.
Trizara Resorts Lembang
Jalan Pasirwangi Wetan, Lembang, Bandung, Indonesia
Telp.: +62 22 82780085
Website : www.trizara.com

Senin, 26 Desember 2016

I leave My Heart at Chingu

"Aaargh ... Ibu, itu Gangnam Station," teriak Azka, norak! Aduh, please deh.
"Ibu!! Kita mau kemana? Nami Island, Jeju Island, Bukchon Honok Village?" Serunya lagi dengan mata berbinar membaca papan petunjuk arah. Tanpa menunggu jawaban saya, dia langsung melesat mengikuti petunjuk arah. Saya pun pontang-panting menyusulnya.
"Ibuuu! Di sini Little Seoul!" Teriakannya terdengar, "ini namanya Dongdaemun Street, ya Bu? Banyak jajanan di sini, Bu."
chingu cafe, cafe korea kekinian di bandung
Apa Azka lagi jalan-jalan di Negeri Gingseng?
chingu cafe, cafe korea kekinian di bandung
Apa kita sedang traveling di Korea?
Adegan di atas bukan khayalan, bukan pula mimpi. Tapi, bukan pula kenyataan asli berada di Korea. Kita sedang berada di sebuah cafe yang atmosfernya Korea banget. Buat kamu yang suka kekoreaan, pasti kamu akan jatuh cinta deh dengan tempat ini.

Senin, 19 Desember 2016

Keunggulan Menggunakan Top Level Domain .Com Membuat Saya Move On dari yang Gratisan

keunggulan menggunakan top level domain .net/ .com

Beralih ke Top Level Domain .net/ .com? Perlu ngga, sih? Memang apa keunggulan menggunakan Top Level Domain .net/ .com?
"Ah, yang penting nulis saja, untuk mengekspresikan perasaan," begitu mungkin ucapan sebagian dari kita ketika dihadapkan pada pilihan menggunakan domain gratisan atau top level domain.
"Ngga penting, mau pakai yang gratisan atau yang berbayar." Pernah berpikir seperti itu? Tenang, saya juga pernah. Tapiii, itu dulu.
Saya kenal blog sejak masih kuliah. Pada waktu itu musimnya menulis lewat Multifly. Isinya jangan ditanya, semua curhatan kegalauan! Dan kayaknya kalau sekarang masih ada dan bisa dibaca lagi, mungkin saya akan membacanya sambil menutup muka. 
Sekitar tahun 2005 saya kenal blogspot, dan mulai menulis. Isinya tentang traveling bersama suami dan anak yang waktu itu masih bayi. Hmmm, mungkin dari awal memang minat saya menulis traveling yak. Tapi waktu itu saya menggunakan nama suami, ngga percaya diri menggunakan nama sendiri. Di masa itu ngeblog masih sekedar menyalurkan hobi. Eh, ada beberapa sih yang mulai monetize blog lewat google adsense. Saya sempat ikut-ikutan trend juga. Tapi ujung-ujungnya frustasi, karena nilai dollarnya ngga beranjak.
Setelah itu blog tersebut terlupakan sama sekali. Sampai akhirnya saya mulai tertarik ngeblog lagi di awal tahun 2015, sejak mengenal Rumah Dunia. Itupun prosesnya tidak sengaja, gara-gara ada pelatihan menulis untuk anggota buletin / majalah di kantor. Nah, mulai deh bikin account blog baru. Eh, tapi ngga ada sih yang namanya kebetulan, segala sesuatu pasti sudah ada yang mengatur. Sehelai daun jatuh saja, tidak mungkin tanpa sepengetahuan Sang Pencipta.
Lucunya, di awal pertama ngeblog lagi, saya ikutan lomba SEO. Boro-boro mengetahui SEO, sudah begitu mendaftar menjelang deadline. Entah apa namanya, culun atau over confidence, ya. Hasilnya sangat bisa ditebak dong. Kalah telak, Jenderal! Tapi ngga kapok. Malah jadi penasaran, membaca mengenai SEO. 
Dari pengalaman-pengalaman yang ada, saya mulai memperhatikan tulisan dan nama-nama domain pemenang. Ternyata, rata-rata memakai namanya sendiri berakhiran dotcom, atau yang lebih sering disebut dengan Top Level Domain.
Aih, ini sih profesional, pantas menang. Begitu pikiran saya.
Ah, pasti mahal deh, punya domain dengan nama sendiri dan berakhiran .net/ .com. Lagi-lagi terlintas di benak saya bahwa biayanya cukup mahal jika menggunakan yang berakhiran dotcom, dotnet dan sejenisnya. Lagi pula apa sih keunggulan menggunakan top domain level itu? Toh dengan yang gratisan pun tetap bisa menyalurkan hobi menulis, kok. Buat apa menggeluarkan biaya jika bisa gratisan.
Keinginan punya domain dengan nama sendiri, akhirnya saya simpan rapat-rapat di dalam hati. Males ah, kalau harus bayar mahal. Jujur, kadang tetap suka jealous sama orang yang sudah mempunyai domain dotcom atau dotnet. Tapi, pikiran "harga mahal" mengunci otak saya cukup dalam.
Sampai saya melihat iklan dotcomforme yang berseliweran di jagat facebook. Dari situ, saya iseng mengecek ketersediaan nama saya jika dijadikan domain. Eh, ternyata tersedia! Wuidiw ..! Kerennya punya website dengan nama sendiri, www.mandalagiri.com! Keren kan? Ups, sombooong! Dan harga yang ditawarkan pun ternyata tidak begitu mahal, hanya Rp. 100.000/tahun. Cingcai, kalau cuma Rp 100.000/tahun.
Tapi saya masih diliputi keraguan. Bagaimana cara bayarnya? Pakai kartu kredit? Ah, saya ngga percaya transaksi online menggunakan kartu. Takutnya saat transaksi kena virus dan data kartu disalahgunakan. Walaupun sempat bertanya-tanya kepada admin dotcomforme waktu itu, saya belum minat untuk move on ke domain berbayar.
Terus terang, awal saya tertarik migrasi dari blogspot ke dotcom bukan karena tertarik dengan keunggulan menggunakan top level domain .net/ .com. Hanya kepikiran, sepertinya keren punya domain dengan nama sendiri.
Mimpi punya website top level domain .net/ .com dengan nama sendiri akhirnya kandas. Entah kenapa ketika saya memutuskan untuk migrasi ke top level domain .net/ .com, saya end up dengan nama nichealeia.com yang akhirnya mengundang banyak tanggapan dan kritik pedas.
"Susah banget sih, Lo, nama websitenya. Susah diingat!" Salah seorang sahabat protes.
"Apa namanya?" Seorang kawan bertanya sambil mengkernyitkan dahi. Duh, kasihan itu dahi berkerut hanya untuk memikirkan nama domain. Dan saya pun tertunduk, lidah kelu tidak bisa menjawab. Jangankan dia, wong saya saja susah menyebutkannya.
"Ganti, ganti! Susah banget itu nama!" Bukan hanya satu dua orang, tapi banyak yang mengusulkan supaya saya ganti nama.
Hmmm, memang sih, saya sendiri sulit melafalkan NICHEALEIA. Belibet. Saat itu saya belum terlalu mengerti bahwa pemilihan nama website pun ternyata penting untuk branding.
keunggulan menggunakan top level domain .net/ .com
Untuk ganti nama sepertinya tidak semudah itu bisa saya lakukan. Banyak yang harus saya pertimbangkan, termasuk harus syukuran menyediakan bubur merah putih. Eh, bohong dan alay itu sih. Hiks, saya galau tingkat tinggi antara mempertahankan nama sekarang atau ganti nama.
Ah, lupakanlah masalah nama. Saya cukup senang kok mempunyai website dengan domain dotcom. Kesannya sudah seperti blogger profesional. Padahal isinya tidak lebih dari 10 artikel. Yang penting sohor dulu deh.
Dengan perjalanan waktu dan setelah mengikuti berbagai petunjuk dari para senior dari komunitas-komunitas blogger, anggapan saya bahwa punya top level domain itu keren, ternyata salah. Top Level Domain itu keren dan keren sekali. Hanya dengan bermodal Rp. 100.000/tahun di dotcomforme, kita bisa memperoleh banyak keuntungan.
Jadi apa keunggulan menggunakan TOP LEVEL DOMAIN .net/ .com?
Berdasarkan pengalaman saya selama hampir 1 tahun beralih ke domain dotcom, berikut keunggulan menggunakan top level domain yang saya rasakan:
1. Unggul di Pencarian Search Engine
Katanya sih, keunggulan top level domain salah satunya adalah kemudahan ditemukan di search engine. Terus terang saya awam kalau urusan seperti ini.
Sampai beberapa hari yang lalu, Ulu - blogger Bandung bilang, pas searching pakai keyword "kuliner anyer", blog saya ada di page one Google. Penasaran deh. Eh, iya, ada di page one!! Wuiih, terharu sejagat raya.
Boleh dicoba kalau ngga percaya :)
2. Mudah Terdeteksi "Miss" Alexa Yang Super Ribet
Nah, kalau yang ini saya juga kurang tahu hubungannya apa.
Dulu, saat masih menggunakan domain gratisan, walaupun sudah register ke Alexa, tetap saja rankingnya tidak terdeteksi. Tapi begitu pindah ke domain dotcom, nilai Alexa-nya jadi terpampang. Senang sekali rasanya, walaupun rankingnya masih jutaan. Dan dalam kurun waktu kurang dari satu tahun, nilai Alexa www.nichealeia.com sudah di bawah 500.000. Sesuatu sekali untuk blogger pemula seperti saya.
Hmmm, percaya tidak? Alexa www.nichealeia.com sempat menyentuh level 300.000 an, walaupun sekarang lagi agak menggendut lagi, karena jarang update dan blog walking sepertinya. Maafkan, lagi menumpuk pekerjaan di kantor. Insya Allah, jika sudah agak berkurang kesibukan di sini, akan gerilya kembali blog walking ke teman-teman. Sabar yak, pasti berkunjung balik. 
3. Lebih Professional Look
Keunggulan menggunakan top level domain .com atau .net lainnya adalah sisi profesionalismenya. Kalau bagi saya, keren saja punya blog personal dengan domain dotcom atau dotnet. Kesan yang didapat adalah: hey, you're like a pro!
Kesannya lebih serius terjun dalam dunia perbloggingan. Memakai domain .net/ .com juga lebih ringkas, tidak terlalu panjang seperti halnya ketika kita menggunakan yang gratisan. Menurut DotComForMe, faktanya para pengguna internet cenderung lebih mudah menghafal sebuah url domain dibanding dengan alamat blog yang karakternya lebih panjang. Lagian susah nulisnya kalau kepanjangan. Mending saving energi buat menghemat dan melafalkan kata.
Kemudian, ibaratnya toko atau rumah, top level domain ini letaknya ada di jalan utama. Nah, toko yang ada di jalan utama biasanya lebih strategis kan untuk berbisnis? Cocoklah jika ingin terjun lebih lanjut mendalami monetizing blog.
4. Kemudahan dalam Monetizing
Blog yang telah menggunakan top level domain .net/ .com lebih gampang dilirik oleh agency untuk penempatan artikel, job review, ataupun penempatan iklan. Rata-rata para agency mencari domain yang top level. Tahu kan yang namanya job review atau placement artikel? Itu loh, salah satu sumber penghasilan melalui ngeblog.
Sebetulnya jika menggunakan domain gratisan juga terkadang ada sih yang menawarkan, hanya saja biasanya penawarannya lebih kecil daripada top level domain .net/ .com.
Itu beberapa keunggulan menggunakan top level domain .com yang saya rasakan selama satu tahun menggunakan domain dotcom dari dotcomforme. Ngeblog dengan top level domain itu mengasyikan. Walaupun masih terbilang baru di jagat perbloggingan, pencapaian terbesar saya adalah bisa merasakan keindahan yang spektakuler dari Raja Ampat, memperoleh uang tunai Rp 10.000.000 rupiah, dan yang terpenting adalah banyaknya pertemanan yang saya peroleh dari blogging.  Pengalaman dan pertemanan yang didapat itu yang tak ternilai harganya. 
Tetapi keunggulan top level domain di atas tetap harus dibangun dari branding yang kuat dan tentunya dengan konten artikel yang menarik. Tetap yang harus dipegang adalah: Content is The King
Oya, seperti saya bilang sebelumnya, domain ini jika diibaratkan rumah atau toko, dia adalah alamat. Bisa dibayangkan jika alamat rumahnya tidak ada atau susah diingat, pasti banyak yang kesasar, atau malah pada malas berkunjung. Jadi domain dan pemilihan nama juga ternyata penting.
Berikut adalah beberapa pertimbangan saat memilih nama domain:
1. Tidak terlalu panjang
Usahakan pemilihan nama ringkas, padat dan jelas. Kalau kepanjangan juga susah mengingatnya. Coba gimana rasanya berkunjung ke website yang namanya: cintabersemisepanjangmasaseributahunkumenantidirimu.com? 
2. Mudah dilafalkan
Ini sebenarnya menepuk air di dulang terpercik muka sendiri. Haha.
Jangan ikuti saya dalam hal pemilihan nama. Sumpah! Susah sekali melafalkan NICHEALEIA.
Pilih saja yang gampang diingat. Bisa nama sendiri, suami, istri, anak, ayah, ibu, bibi, paman, keponakan, cucu atau bisa juga digabung semua anggota keluarga menjadi happyfamily dot com misalnya. Apa saja, asal gampang diingat. Tapi, jangan pilih nama yang aneh juga. 
3. Keyword yang akan dibidik
Pemilihan nama yang baik juga memperhatikan keyword yang akan dibidik atau sasaran dari target market kita.
Coba bayangkan jika kita kita ingin mempunyai website yang berisikan tentang kuliner dan jalan-jalan, tapi nama domain kita: jualanmobilmurah dotcom. Jaka Sembung kan?
Again, jangan kayak saya ya, memilih nama Nichealeia. Hmmm, kecebur ngga yak? Ah, positive thinking saja, nama ini membawa berkah. Buktinya, bisa lolos beberapa lomba menulis blog. Mudah-mudahan jurinya ngga lagi merem pas memilih tulisan saya sebagai pemenang.
Setelah nama tersedia, pertimbangan selanjutnya adalah pemilihan tempat untuk membeli domain itu sendiri.
Apa yang dijadikan pertimbangan oleh saya ketika memilih provider untuk membeli domain?
1. Layanan paripurna
Buat saya yang gagap teknologi, jelas layanan pelanggan sangat perlu. Saya sering juga mengganggu Mbak dan Mas Admin dengan pertanyaan-pertanyaan yang mungkin sebetulnya ga penting.
"Mas/Mbak, ini kok saya dapat email harus meregister domain saya?
"Oh, abaikan, Bu. Itu bukan dari kami." Iya juga sih, sepertinya email spam.
"Mas/Mbak, ini kalau mau memperpanjang bagaimana yak? Saya lupa password." Dan lain sebagainya.
"Mas/Mbak, bisa melayani permintaan modifikasi template blog tidak?" Ini sih pertanyaan ngelunjak. Untungnya admin atau customer service dotcomforme baik banget, ngga marah dengan pertanyaan receh seperti ini. 
Customer Service yang responsif membalas pertanyaan dan permasalahan kita tentunya akan menjadi nilai lebih. 
2. Ada contact number yang jelas
Kalau si penyedia layanan tidak punya contact number yang jelas, bagaimana kita akan menghubungi jika ada masalah atau jika ingin memperpanjang domain .net/ .com kita?
Biasanya, sekarang ini para penyedia layanan domain dan hosting juga mempunyai media sosial untuk memudahkan pelanggannya menghubungi. Kalau di facebook, aktif tidaknya si customer service merespon pelanggan, bisa terlihat. Biasanya ada tulisan, typically reply within hour, minutes, dll.
Alhamdulillah, selama ini penyedia layanan tempat saya membeli domain dotcom sangat responsive dalam membalas keluhan kesulitan pelanggannya. Juga ngga pakai ribet, yang tidak punya kartu kredit bisa transfer lewat atm, dan tinggal konfirmasi melalui WhatsApp. Ah, saya suka kamu, DotComForMe!
3. Layanan yang reliable
Ini penting nih, terutama yang beli domain sekaligus hosting. Perlu mencari tahu keunggulan servernya, downtime-nya, sistem back up-nya, dan lain sebagainya.
Ngga lucu dong jika kita punya website jualan besar, tapi servernya sering down

Jadi, masih ragu move on ke top level domain .net/ .com? Saya sih, nggaaak! Karena keunggulan menggunakan top level domain .com sudah saya rasakan sendiri. Minimal punya website sendiri berakhiran dotcom itu rasanya keren sekali. Iya, ngga sih? Kalau kamu bagaimana? Siap untuk #DotComForBlogging? Siap dong, yak!

Minggu, 04 Desember 2016

Menjalani Kehidupan di Dunia Switchable bersama Acer Switch Alpha 12

switchable me acer switch alpha 12
Switchable? Maksudnya, kamu punya kepribadian ganda? Atau kamu punya kehidupan ganda? 
Wait! Wait! Sebelum kamu menghakimi, saya akan ceritakan sebuah rahasia.
Sebagai seorang perempuan yang telah berkeluarga, pernahkan kamu mengalami scene yang pernah saya alami, sebagai berikut:
"Bu, aku ada tugas sekolah membuat barang kerajinan dari stik es krim. Bikin apa ya, Bu? Ibu kan biasanya suka kreatif," rayu Azka
Saya menghentikan tarian jemari di atas laptop, besok deadline lomba menulis. "Ide Caca apa?" Tanya saya mendorongnya untuk mengemukakan idenya terlebih dahulu.
Sebelum mendengar jawaban Azka, kalimat berikut terdengar:
"Ibu, besok aku disuruh bawa bunga mawar," rengek Aisya. Ha? Hari sudah malam, mau mencari bunga mawar di mana?
"Ibu, aku ada PR Bahasa Arab, ngga ngerti maksud soalnya." Begitu saya lihat, langsung saya bercucuran air mata. Jangankan mengerti soalnya, bacanya saja ngga mampu. Isinya tulisan Arab tanpa harokat.
Lain waktu, giliran Emaknya anak-anak yang ribut.
"Bule, sabun cuci, sabun mandi, kecap, minyak, gula, sudah pada habis. Kalau besok ke luar, jangan lupa beli ya." Laporan barang-barang keperluan rumah tangga sudah habis.
"Hmmm," saya mengiyakan, tanpa mengalihkan jemari dari laptop saya yang mulai sering nge-hang.
Ditambah kicauan-kicauan berikut ini:
"Ku, jangan lupa bayar telepon, listrik, kartu kredit." Heboh, padahal tanggal tagihan juga masih lama.
"Ku, anak-anak sudah pada sholat dan mengaji?"
"Ku, anak-anak sudah periksa ke dokter gigi belum? Ini sudah 6 bulan lho."
"Ku, siapin itinerary buat jelajah Lombok dong, lewat jalur darat."
"Ku, gunting kuku naro-nya di mana?" Astagfirullah, padahal itu gunting kuku ada di hadapannya. Entah yang dicari gunting kuku apa tukang gunting.