Sebelumnya saya pernah
berbagi cerita mengenai serunya menginap di Trizara Resorts, Lembang, Bandung.
Artikelnya bisa dicek di siniya.
Nah, kesempatan kali ini saya ingin membahas aktivitas-aktivitas
seru yang kami lakukan di Trizara Resorts, saat kami menginap di resort yang
mempunyai konsep kembali ke alam atau nature ini.
Okay! Apa saja sih yang bisa kita lakukan di Trizara Resorts tanpa
kita merasa bosan? Hmmm, menurut saya sih, menginap di sini saja ngga bikin
bosan kok. Suasananya yang alami membuat kita betah. Jauh dari hiruk pikuk
kendaraan dan lainnya. Asli! Di malam hari, bobo udah kayak kebo aja. Sehabis
beraktivitas seru dari pagi hingga malam, mandi dengan air hangat terus bobo
cantik ditemani krik-krik bunyi jangkrik. Eunak! Berasa dininabobokan. Nikmat
Tuhan manakah yang saya dustakan.
Tapiii, biar lebih seru acara glampingnya, kita bahas yuk
aktivitas-aktivitas seru yang beberapa waktu lalu saya lakukan bersama
teman-teman di sini. Be ready! Go!
Di dunia ini ada tidak
ibu yang enggan memberikan ASI kepada anaknya?
Saya rasa semua ibu, pasti mempunyai keinginan dan impian untuk
memberikan yang terbaik buat buah hatinya, termasuk ASI ekslusif.
Tapiii, ternyata impian tidak seindah kenyataan. Semangat menggebu
untuk memberikan ASI ekslusif sejak bayi lahir, harus padam, bahkan di hari
pertama.
Alasannya banyak.
ASI belum keluar! Di hari pertama, ASI yang tidak keluar, membuat
ibu tambah stress dan akhirnya menyerah untuk memberikan susu formula.
Si bayi belum bisa menyusu! Di hari pertama, terkadang posisi kita
yang salah membuat si bayi frustasi untuk menyusu pada payudara ibu. Otomatis,
si ibu pun ikutan stres dan galau.
Pantes si A, produksi ASI-nya banyak, pabrik penyimpanannya aja
besar. Punya saya kecil, wajar kita produksinya tidak sebanyak si A.
Puting susunya inverted! Alias mbelesek ke dalam. Jadi bayinya
kesulitan menyusu pada payudara langsung.
Salah satu alasan dari beribu alasan, masuk dalam daftar saya saat
kelahiran anak pertama. Karenanya dia hanya mendapatkan ASI selama 6 bulan
kurang, itupun campur, tidak murni ASI.
Dan penyesalan selalu datang belakangan. Entah memang karena
pengaruh ASI atau bukan, faktanya anak saya yang nomor dua yang mendapatkan ASI
ekslusif plus ASI hingga usia 2 tahun, lebih tahan terhadap penyakit. Jarang
sekali dia harus ke dokter. Tak jarang saking pengennya mencoba diperiksa
dokter, dia bertingkah batuk-batuk dan merayu. "Bu, Dede sakit nih. Periksa
ke Dokter, yuk."
Terus terang, saya tidak ingin menggurui bagi yang berhasil ASI
ekslusif maupun tidak berhasil ASI ekslusif. Believe me, I've been on the two
positions. I know how it feels. Sampai sekarang pun saya masih suka merasa
bersalah kalau melihat anak saya yang gampang sakit. Selalu saya beradai-andai
jika waktu bisa diputar.
Saya terlambat menyadari bahwa ASI tidak dipengaruhi oleh besar
kecilnya ukuran payudara. ASI bahkan tidak dipengaruhi oleh bentuk puting. ASI
tidak yang kita bilang tidak keluar di hari pertama, ternyata sebetulnya
keluar, karena memang yang dibutuhkan bayi baru lahir tidaklah banyak. Coba
saja perhatikan pup bayinya, jika berwarna kuning terang, artinya ASI kita
keluar.
Belajar dari kedua pengalaman berbeda kedua anak saya, hal-hal
berikut yang penting diketahui oleh calon ibu dan orang sekitarnya supaya
sukses memberikan ASI ekslusif:
1. Memotivasi dan mempersiapkan diri sendiri
Penting sekali kita memotivasi diri sendiri. Seringkali setelah
melahirkan ada kalanya kita bersedih untuk sesuatu hal yang tidak jelas. Saya
pernah mengalami benci mendengar bayi menangis tiap malam. Entahlah apakah itu
yang disebut baby blues atau bukan, tapi saya pernah merasakannya.
Suasana hati kita berpengaruh terhadap ASI yang dihasilkan. Jika
kita stress, ASI justru makin tersendat.
Mempersiapkan diri dengan pengetahuan seputar menyusui itu
penting. Bagaimana menemukan posisi yang enak untuk menyusui sehingga anak
tenang kita pun tidur nyenyak. Jika persiapan matang, Insya Allah akan mudah.
2. Dukungan orang terdekat
Ini juga penting. Ada kalanya kita pengen memberikan ASI eklusif,
tetapi terkadang orang-orang disekitar kita malah melemahkan semangat.
ASI-nya kurang, bayinya kelaparan tuh, sampai nangis terus.
Coba dibantu dengan susu tambahan.
Dan komentar lainnya, yang mau tidak mau akan mempengaruhi pikiran
kita. Jadi please, jangan pernah bilang hal-hal yang menurunkan motivasi para
ibu.
3. Relaksasi
Suasana hati akan mempengaruhi produksi ASI. Sebisa mungkin
buatlah diri kita relaks.
Yang suka musik, bisa sambil mendengarkan musik. Yang suka
murratal Al'Quran bisa sambil mendengarkan bacaan surat-surat. Atau sekali-kali
lakukan pijat untuk ibu-ibu menyusui. Sekarang banyak loh, klinik-klinik pijat
khusus untuk ibu-ibu. Bahkan jika ibu menyusui mengalami penyumbatan atau
mastitis yang bikin meriang, bisa dipijat di klinik laktasi.
4. Makanan dan supplemen penambah ASI
ASI juga dipengaruhi oleh makanan/minuman dan frekuensi bayi
menyusui. Semakin sering dikeluarkan, produksi ASI akan semakin meningkat.
Jumlah cairan yang kita minumpun berpengaruh. Sayuran hijau pun
bisa menambah produksi ASI, contohnya pare. Ada salah seorang teman yang saking
pengennya memproduksi ASI banyak, dia sengaja minum jus pare. Kebayang dong
pahitnya seperti apa?
Tapi, buat ibu-ibu yang tidak suka sayuran atau makan pare,
enaknya sekarang banyak suplemen untuk menambah produksi ASI. Salah satunya
adalah ASI Booster Tea.
ASI Booster Tea ini diklaim bisa meningkatkan jumlah produksi ASI
dalam waktu 24 jam. Kandungannya 100% herbal, sehingga aman untuk ibu dan bayi.
Komposisinya terdiri dari Fenugreek Seed, Fenugreek Powder, Fennel Seeds,
Fennel Powder, Anise, Cinnam Venum, Alpinia Powder dan Habbatussauda.
Anise di Mesir dibuat menjadi teh untuk ibu menyusui, mempunyai
fungsi untuk penyembuh kolik, perut kembung, batuk, asma dan nyeri haid. Fennel
dikenal sejak zaman Yunani Kuno dipercaya sebagai herbal peningkat jumlah ASI
karena kandungan flavonoid dan kumarinnya. Habbatusauda dipercaya sebagai
penambah ASI dan obat segala penyakit, juga memperkuat sistem kekebalan tubuh
dan meningkatkan fungsi otak.
Cara minum ASI Booster Tea ini dapat langsung diminum ataupun
ditambah madu, gula, madu, krimer. Bisa juga dicampur dengan minuman favorit
seperti jus buah, susu ataupun dibuat milkshake.
Nah, para calon ibu, ayo kita berjuang untuk memberikan ASI ekslusif.
Dalam hidup, tidak ada
yang namanya kebetulan. Semua telah ada yang Maha Pengatur. Beberapa bulan yang
lalu, saya terpukau mendengar cerita Bang Richard, guide tour kami selama di
Raja Ampat, tentang raja-raja yang memerintah di Waigeo, Salawati, Batanta dan
Misool. Bahwa raja-raja ini memerintah di bawah kekuasaan Sultan Tidore. Apa yang
ada di pikiran saya waktu itu? Sungguh hebat benar Sultan Tidore ini!
Tidore? Di mana letaknya? Hmmm, samar-samar saya mencoba
membongkar ruang-ruang tersembunyi di kepala dimana sel-sel kelabu berada.
Namanya terdengar tak asing di telinga. Namanya sering di sebut dalam pelajaran
sejarah. Ternate dan Tidore, dua kata yang tidak terpisahkan. Saya hanya ingat
bahwa kedua tempat ini adalah penghasil rempah-rempah dunia di masa lampau.
Letaknya? Saya lupa! Sepertinya saya harus membuka peta.
Seiring dengan berjalannya waktu, saya lupa mengenai percakapan
mengenai Tidore yang menguasai Raja Ampat. Sampai sekitar dua bulan yang lalu,
saya kembali diingatkan mengenai Tidore, dalam percakapan hangat di malam yang
dingin di Trizara Resort. Cerita Mbak Annie Nugraha, membongkar ingatan dan
keingintahuan saya tentang Tidore lebih dalam.
"Nanti ikut saja mendaftar blogger gathering di Fola
Barakati," kata Mbak Katerina, waktu itu. "Diumumkan kok di media
sosialnya Visit Tidore," imbuh Mbak Annie.
Tanpa berpikir dua kali, ketika ada pengumuman pendaftaran dibuka,
saya langsung mendaftar. Masalah tempatnya jauh, urusan belakangan. Ada supir
pribadi yang pasti luluh mendengar rengekan istrinya.
Mempunyai kesempatan untuk mengenal Tidore, walaupun hanya melalui
penuturan, sungguh menjadi kebahagian tersendiri. Saya patut berbangga karena
penuturan ini datangnya dari Ngofa Tidore, alias anak-anak Tidore, di Fola
Barakati. Pun saya berkesempatan bersua dengan Yang Mulia Sultan Tidore beserta Perdana Menteri, dan para pejabat penting lainnya. Serta bonus menyaksikan
pertunjukan Bambu Gila dan tarian Tidore yang dinamis, menyentak relung kalbu,
membangkitkan semangat.
Tertawan hati oleh Ngofa Tidore!
"Tidore itu wilayahnya kecil. Tapi wilayah kekuasaannya dulu mencakup sampai
ke Papua," jelas Mbak Anita Gathmir, pemilik Fola Barakati yang juga masih
berdarah Tidore. Penjelasannya persis seperti yang saya dengar dari Bang Icha,
bahwa dulu Raja Ampat, Papua termasuk dalam wilayah kekuasaan Kesultanan Tidore.
Saya semakin tertarik mendengar kisah sejarah Tidore selanjutnya.
"Dulu kala, Tidore itu berdiri sendiri. Tidak masuk dalam
wilayah kekuasaan Indonesia. Tapi ketika Presiden Soekarno meminta Tidore untuk
menjadi bagian dari Indonesia, Sultan memutuskan untuk ikut bergabung,"
papar Mbak Anita. "Tidore juga banyak berperan dalam perjuangan Bangsa
Indonesia, seperti pada Operasi Trikora, untuk pengembalian Irian kembali ke
pangkuan bumi pertiwi. Tapi, sekarang Tidore seolah terlupakan. Sedih kan?"
Mungkin apa yang dibilang Mbak Anita bahwa Tidore seperti
terlupakan, benar juga. Saya yang mengaku hobi traveling, merasa malu karena
tidak ingat dimana letak pastinya. Yang saya ingat Ternate dan Tidore adalah penghasil
rempah-rempah yang melimpah, sehingga menjadi rebutan Spanyol dan Portugis.
Ternyata Tidore tidak hanya sekedar itu. Di Fola Barakati pada
saat lauching lomba blog "Tidore Untuk Indonesia", saya baru
menyadari banyak daya tarik yang dimiliki Tidore. Dan entah sudah berapa ribu
purnama saya lewatkan dengan ketidaktahuan mengenai sejarah Tidore yang pernah
menjadi salah satu kesultanan Islam terbesar di Nusantara ini.
Saat mendengar penuturan Yang Mulia Sultan Husein Syah, yang
merupakan Sultan Tidore ke-37, membuat saya serasa terlempar ke belakang.
Tentang Bangsa Indonesia yang mulai kehilangan identitas. Tentang cita-cita
untuk berdiri secara sejajar dengan bangsa-bangsa lain, karena dahulu Sultan
Nuku dari Tidore pun pernah membuktikan bahwa kita tidak kalah dengan bangsa
luar. Tentang khasanah budaya dan kearifan lokal yang membuat hati saya kembali
terhentak-hentak ingin mengunjugi Tidore.
Awalnya, Pulau Tidore dikenal dengan nama "Limau Duko"
atau "Kie Duko" karena di pulau tersebut terdapat gunung berapi.
Adalah Kie Marijang, gugusan pulau tertinggi kepulauan Maluku, yang berdiri
tegak di sana. Namun kini gunung tersebut sudah tidak aktif lagi. Nama Tidore
sendiri berasal dari rangkaian kata dalam Bahasa Tidore "To Ado Re"
yang mempunyai arti "Aku Telah Sampai".
Tidore merupakan pulau kecil di Kepulauan Maluku Utara. Saking
kecilnya, Pak Sofyan Daud, sastrawan kelahiran Tidore menyebutnya sebagai Pulau
Noktah yang mempunyai selat dengan keindahan eksotik nan magis, terutama pada
saat pergantian malam ke pagi atau pun sore ke malam, mampu menyihir setiap
orang yang memandangnya.
Tidore merupakan salah satu kerajaan dalam "Moluku Kie
Raha", bersama Kerajaan Bacan, Kerajaan Jailoho dan Kerajaan Ternate.
Adapun letak Tidore bersebelahan dengan Ternate. Tak heran jika Tidore selalu
disandingkan dengan Ternate. Bak saudara, mereka hanya terpisah selat berjarak
1 mil laut atau 10 menit perjalanan menggunakan speedboat dan Pulau Maitara.
Keindahan pemandangannya diabadikan dalam uang kertas Rp. 1000, di mana
terlukis Maitara yang berada di antara keduanya.
Menurut Mbak Annie Nugraha, pulau kecil ini sebetulnya bisa
dikelilingi dalam waktu singkat. Luasnya hanya sekitar 50 km persegi. Masih
menurut cerita Mbak Annie, kehidupan masyarakat di sana tenang dan santai.
Kebanyakan penduduk mencukupi keperluan makan sehari-hari dengan hasil
tangkapan ikan. Selain ikan, olahan sagu menjadi khas Tidore lainnya. Hmmm,
melihat foto-foto pembuatan roti sagu di atas tungku, saya jadi bertanya-tanya,
bagaimana caranya dengan peralatan sederhana seperti ini bisa menghasilkan roti
yang terpanggang secara merata.
Dan saya pun menjadi berandai-andai. Seandainya saya mempunyai
kesempatan mengunjungi Tidore, saya . . .
1. Ingin mengetahui serba-serbi kehidupan di Tidore
Bagi saya, Traveling tidak asyik jika hanya tinggal di hotel dan
menikmati pemandangan. Bagi saya, traveling asyik adalah bagaimana kita bisa
berbaur dengan masyarakat setempat dan mencoba merasakan sentuhan kehidupan dan
kearifan lokal.
Peralatan tradisional sehari-hari yang digunakan di Tidore
Termasuk kehidupan di Gura Bunga, yang terkenal dengan sebutan
Negeri Atas Awan-nya Tidore. Tempat ini seringkali diselimuti oleh kabut yang
menimbulkan kesan magis. Di sini pula para sohowi , yang menjadi penghubung
Kesultanan Tidore dengan roh para leluhur, menetap.
Gura Bunga merupakan desa tertinggi di Tidore, berada di lereng
Gunung Kie Matubu yang mempunyai ketinggian 1.730 meter di atas permukaan laut,
yang menjadikannya sebagai gunung tertinggi di Maluku Utara. Memerlukan 4 jam
perjalanan dari Gura Bunga untuk mencapai puncak Kie Matubu.
Ah, menyaksikan video kawan-kawan Ngofa Tidore yang berada di
puncak tertinggi Kie Matubu, seolah saya merasakan hembusan angin, bisikan
bunga-bunga rumput yang bergoyang, memanggil jiwa-jiwa yang haus petualangan.
Nun jauh di sana, terlihat Gunung Gamalama yang menjulang, Pulau Maitara, Pulau
Ternate dan atap langit yang biru cemerlang, dihiasi lukisan gerombolan awan
putih. Indahnya Indonesia, Tanah Air Beta! Rindu membuncah, memenuhi relung
kalbu. Rindu bau air laut. Rindu birunya langit Timur. Rindu ketenangan dan
kesunyian suasananya.
Di Gurabunga juga, kita bisa menyaksikan rumah asli Tidore.
Kelurahan yang berada di ketinggian 1.100 meter di atas permukaan laut ini
dihuni oleh 5 marga dengan rumah adat masing-masing warga, menjadi simbol
persatuan keanekaragaman adat budaya. Tidak heran jika Sultan Tidore
mengatakan, "datanglah ke Tidore, jika ingin memahami praktek kebersamaan
dalam keanekaragaman."
2. Ingin menyusuri rekam jejak sejarah Tidore
Sebagai seorang penggemar sejarah dan budaya (walaupun saya
lulusan kimia ), Tidore tidak boleh terlewatkan! Sejarahnya bukan hanya
tercatat dalam kisah Indonesia, tapi mengguncang dunia sebagai titik pembuktian
teori Heliosentri-nya Copernicus.
Benteng Tore, Benteng Tahula, juga Kedaton Kerajaan adalah
destinasi wajib dikunjungi. Benteng Torre dan Tahula peninggalan Bangsa
Portugis, menunjukkan bukti bahwa salah satu bangsa besar Eropa pernah berada
di pulau kecil ini.
Benteng Tahula yang dibangun pada abad 17, berada di atas sebuah
bukit yang menghadap ke arah kota Soasio. Sedangkan Benteng Torre mempunyai pemandangan
menghadap ke Gunung Kie Matubu. Cerita kawan-kawan mengenai kepayahan menaiki
tangganya, membuat jiwa petualang saya tertantang. Seperti apakah gerangan
tangga yang harus didaki untuk menikmati peninggalan sejarah masa lampau
ditambah bonus pemandangan spektakuler.
Sungguh penasaran ingin melihat langsung tempat yang menjadi titik
akhir pembuktian dunia itu bulat. Teori dan pembuktian yang penuh dengan
pengorbanan bahkan nyawa harus mengalir. Copernicus, sang pemikir teori
Heliosentris yang mengatakan bahwa Matahari adalah pusat tatasurya, tewas
karena pemikirannya yang menentang pandangan gereja waktu itu. Mendorong
Magelhaens melakukan ekspedisi dengan membawa 5 kapal layar. Namun sayangnya
dia tidak pernah mencapai Tidore. Ekspedisi dilanjutkan oleh Navigatornya, Juan
Antonio de Elcano, yang berhasil mencapai Tidore pada tahun 1521. Ekspedisi ini
hanya menyisakan 2 kapal dari 5 kapal yang dibawa Magelhaens. Trinidad dan
Victoria. Walaupun akhirnya hanya tinggal satu yang berhasil kembali ke Eropa dengan
membawa penuh rempah-rempah, serta beberapa orang Tidore.
Rempah-rempah yang menjadi rebutan bangsa-bangsa besar Eropa
Tidak hanya ikut mewarnai sejarah dunia, Tidore pun menjadi saksi
perlawanan Sultan Nuku bersama rakyatnya mengenyahkan dominasi Spanyol dan
Portugis di Ternate dan Tidore. Sultan Nuku menjadi simbol bahwa manusia di
seluruh muka bumi mempunyai derajat yang sama. Sultan tidak pernah sekali pun
tunduk pada bangsa barat. Selama Sultan berkuasa, para pendatang dari luar
menaruh hormat. Semangat yang sama dibawa pula oleh para penerus beliau, sampai
Sultan yang bertahta saat ini pun mengatakan bahwa kita harus bangga, tidak
boleh merasa rendah diri di hadapan bangsa lain.
Sejarah kemerdekaan pun mencatat bahwa Tidore pernah memberikan
kontribusi yang berarti pada saat Operasi Trikora. Tidore menjadi ibukota
perjuangan perebutan Irian Barat.
Ah, begitu banyak sejarah Tidore yang saya baru tahu
sekarang.
3. Ingin menyaksikan keunikan seni budaya dan
tata nilai lokal
"Adat mo toto agama, Kitabullah se sunnah Rasul, ma darifa
Papa se tete" itulah dasar tata nilai masyarakat Tidore, yang artinya:
adat bersendikan agama, Al-Quran dan Sunnah Rasulullah, yang merupakan kearifan lokal masyarakat Tidore. Mereka hidup berdampingan dengan rukun dan damai. Selain terkenal dengan kearifan lokalnya, Tidore juga mempunyai ciri khas seni budaya yang menarik.
Di Fola Barakati, saya terpana menyaksikan tarian Soya Soya Seli, atau
tarian selamat datang yang dinamis, menghentak semangat yang dilakukan oleh
penari yang didatangkan langsung dari Tidore. Mereka menari lincah dalam
balutan pakaian berwarna-warni ceria. Saya suka dengan iringan kendang tifa dan
alunan musik yang bersemangat serta ramah.
Ada juga tari Kapitan, tari perang Tidore yang dilakukan untuk
penyambutan Sultan Tidore di Fola Barakati. Sayangnya saya tidak sempat
menyaksikannya.
Tapi beruntungnya saya bisa menyaksikan atraksi bambu gila. Azka pun
sampai terheran-heran menyaksikan bagaimana bambu bisa menjadi berat dan
bergerak ke segala penjuru.
"Kok bisa, Bu?" Tanyanya keheranan. Saya pun takjub
menyaksikannya. Kata Mbak Annie, "ini masih belum ada apa-apanya
dibandingkan yang di Gurabunga." Wow, jadi penasaran.
Atraksi bambu gila ini sangat menarik, karena ternyata di dalamnya
juga terdapat filsafat kerja sama. Dahulu kala, hal seperti ini dilakukan untuk
meringankan pekerjaan, seperti memindahkan benda-benda berat.
Penasaran seperti apa permainan bambu gila di tempatnya langsung? Visit Tidore Island!
4. Tak sabar menikmati kuliner lokal di tempatnya dan berburu ke
pasar tradisional
Pergi ke suatu tempat, tidak sah jika belum mencicipi kuliner
lokal ataupun pergi ke pasar tradisional. Di tempat-tempat seperti ini biasanya
kita bisa menyaksikan kehidupan sehari-hari dan interaksi masyarakat
lokal.
Bermacam penganan khas Tidore
Sebut saja Apang Coe, Kopi Dabe, Guruka dengan taburan biji
kenari. Popeda, makanan khas Timur yang terbuat dari sagu dimakan dengan kuah
kuning. Tak sabar menikmati lagi kue-kue dan minuman pada foto di atas.
5. Bermanja ria di pulau - pulau yang melingkupi Tidore
Secara geografis, luas Pulau Tidore kurang lebih 13.862 Km2,
yang terdiri dari 9.116 Km2 daratan 4.746 Km2 lautan.
Pulau Tidore memiliki 12 pulau besar dan kecil.
Tidore, Epicentrum Kebudayaan di Timur Indonesia (Sofyan Daud). Foto peta @Visit.TidoreIsland
Ya, Pulau Tidore dikelilingi pulau pulau seperti Failonga, Pulau
Mare, Pulau Maitara, Pulau Tamong, Pulau Pasi, Pulau Woda, Pulau Joji, Pulau
Guratu, Pulau Sibu. Masing-masing pulau menawarkan keindahan alam yang susah untuk
ditolak.
Jangan kalian tanya keindahan keanekaragaman hayati laut Timur.
Sukar dilukiskan! Air laut yang bagaikan cermin, membuat dunia kalian jungkir
balik, awan putih tidak hanya berkeliaran di langit tetapi juga di air
laut.
Pulau Failonga yang terletak di antara Ternate dan Tidore terkenal
dengan keindahan pasir putih dan bebatuan yang indah. Cocok untuk tempat
berekreasi, memancing, diving dan snorkeling.
Keindahan pantai & bawah laut yang mempesona (foto by Annie Nugraha)
Orang Jepang bilang, dimana ada onsen (mata air panas) di
Indonesia? Hei, di Tidore, sumber mata air panas justru bukan berada di daerah
pegunungan, tapi berada di tepi pantai. Ake Sahu namanya.
Jika ingin menyaksikan para penduduk lokal membuat gerabah,
katanya kita bisa pergi ke Pulau Mare. Selain sebagai surga buat para diver dan
snorkeler, di Pulau Mare kita bisa menyaksikan Lumba-Lumba.
6. Menyaksikan perhelatan ulang tahun Tidore ke-909
Hari jadi Tidore dilangsungkan pada tanggal 12 April, yang
bertepatan dengan Revolusi Tidore.
Revolusi Tidore adalah saat Sultan Nuku kembali ke Tidore dan
merebut kembali tahta kesultanan, dengan kekuatan armada lautnya.
Membaca kisah perjuangan Sultan Nuku, membuat bulu kuduk saya
berdiri, pipi saya pun terasa panas, merinding saya dibuatnya. Tak heran jika
kemudian Sultan Nuku memperoleh gelar pahlawan nasional.
Setiap tahun, pada tanggal 12 April, di Tidore dilangsungkan
berbagai kegiatan adat. Termasuk di antaranya Lufu Kie yaitu perjalanan laut
atau pelayaran ritual adat Hongi Tau Moy Se Malofo, sebagai ungkapan rasa syukur
Sri Sultan Se Babato atas terciptanya kedamaian dan ketentraman kehiduoan
rakyat Tidore. Pada acara Lufu Kie ini, diadakan kirab mengelilingi Tidore
dengan menggunakan Perahu Kagunga dan Kora-kora.
Juga Paji Nyili-Nyili, yaitu prosesi napak tilas 215 tahun
perjuangan Sultan Nuku. Dimana diperagakan kekuatan armada angkatan perang
Kesultanan Tidore.
Sungguh merupakan kesempatan yang langka jika dapat mengunjungi
Tidore, bertepatan di hari jadinya. Pastinya akan banyak kegiatan adat
dilangsungkan di sana. Dipastikan akan sulit tidur!
Ready? Yuk,
Visit Tidore Island!
Hanya perlu waktu 3,5 jam penerbangan dari Bandara Soekarno Hatta
di Jakarta menuju Bandara Babullah di Ternate. Dilanjutkan perjalanan sekitar
15 - 30 menit menuju Pelabuhan Rum di Tidore.
Wahai angin, sampaikan angan saya mencapai Tidore. Wahai awan,
bergeraklah menuju nun jauh ke Timur di Tidore, bawalah sejuta rindu untuk
Tidore. Wahai burung, terbanglah melintas samudera, panggilan nama saya supaya
kelak raga bisa sampai di Tidore, The
Magic Island, Negeri Yang Bertaburkan Kearifan dan Tradisi Leluhur.
Artikel ini diikutsertakan dalam Lomba Menulis Blog – Tidore Untuk Indonesia
Ketika
menerima informasi bahwa saya terpilih mengikuti smartphone videography
workshop, tanggal 4 Maret 3017, di Allium Tangerang Hotel yang merupakan hotel
bintang 4, saya shock!
Kok shock, sih?
Karena
workshop akan diberikan oleh seorang master videography,
Teguh Sudarisman, yang namanya sudah tidak diragukan lagi di kalangan blogger
dan vlogger? Rasanya tidak, seharusnya saya senang dong, belajar ilmu baru yang
betul-betul belum saya rambah ini. Yang ada harusnya saya jingkrak-jingkrak
kesenangan terpilih menjadi 19 blogger yang diundang ke Allium Hotel.
Karena
kaget terpilih dari sekian banyak peserta yang mendaftar? Ya, ini juga membuat
saya kaget. Ha, Mas Teguh memilih
berdasarkan apa yak? Saya kan betul-betul amatiran. Itu yang terpikir dibenak
saya.
Eits, tapi bukan itu yang
membuat saya paling shock. Tanggal 4
Maret tersebut bertepatan dengan rencana cewek-cewek di kantor untuk tour
Brexit. Saya lupa bahwa pada tanggal tersebut, saya telah mendaftar untuk
mengikuti pelatihan workshop, karena jeda waktu pendaftaran ke pengumuman
lumayan lama. Atau bisa jadi, jauh di lubuk hati saya paling dalam sudah
menyangsikan bakal terpilih menjadi peserta. Yang daftar banyak, bo. Blogger-blogger yang bikin jiper pula yang mendaftar. Hahaha.
Begitu
pengumuman peserta terpilih keluar, ya kalang kabut lah saya. Mana yang mau
saya pilih? Bersenang-senang bersama teman-teman, melepas stress ke Brexit,
atau ikut workshop videography? Galau
akut! Di satu sisi, hayati memerlukan piknik setelah minggu sibuk di kantor. Di
sisi lain, hayati haus ilmu. Apalagi ilmu yang satu ini, belum pernah sekalipun
tersentuh.
"Noe,
bagaimana nih, gue kepilih
workshopnya Mas Teguh. Padahal cewek-cewek Technical Building sama
Administration Building juga ngajakin ke Brexit," saya mencurahkan
kegalauan melalui Whatsapp
"Hidup
itu pilihan, Mbak," jawab Noe singkat, ngga ngasih solusi.
"Iya
sih, tapi pilihan pahit. Gue pengen ikut dua-duanya." Lalu galau akut.
Berat ke workshop sih, secara itu ilmu yang benar-benar baru buat saya.
Dan
akhirnya saya pun mantap pilih workshop setelah konsultasi dengan driver setia.
Ya, iya lah, kalau dia ngga bisa nganterin, terus saya bagaimana caranya menuju
Allium? Ih, manja banget!
Tren
Video Menggantikan Tulisan?
Akhir-akhir
ini saya sering kepikiran bahwa orang sudah mulai melirik video daripada
tulisan atau infografis.
Anak
saya yang berusia 12 tahun dan 10 tahun sering kali saya perhatikan membuka
youtube. Melihat tutorial slime, mencari trend terbaru squishy, nonton
pengetahuan, sampai video humor sederhana yang saya pun bingung memahami letak
kelucuannya. Heu, apa selera saya yang sudah ketinggalan zaman yak?
Ini
terjawab ketika Mas Teguh bilang dalam presentasinya bahwa Generasi Z (Gen Z),
usia 13 - 24 lebih menyukai aplikasi dan visual content (video). Lebih lanjut
dikatakan juga bahwa pada dasarnya semua orang suka dengan video, karena bisa
lebih banyak menyentuh 'rasa' kita dibandingkan dengan text atau foto. Itu
mungkin sebabnya kenapa orang lebih lama tinggal di website yang mempunyai
konten video.
Di
2017 trend pengunjung untuk menonton video akan semakin meningkat jika
dibanding saat ini yang di Youtube saja sudah mencapai 4 milliar video
view/hari, di Facebook lebih dari 3 milliar view/hari.
Kalau
dipikir memang lebih gampang memahami sesuatu melalui video. Saya teringat
waktu pertama kali membeli Fuji Mirrorless. Rasanya malas sekali untuk membaca
buku manual untuk mengetahui cara kerja dan fitur-fiturnya. Tulisan yang
kecil-kecil di manual, membuat mata perih, perlu berulang-ulang membaca untuk
mengerti pengaturan-pengaturan kamera. Yang akhirnya membuat saya menyerah, dan
mencari "how to" nya di
Youtube, yang ternyata lebih mudah saya pahami.
Jadi,
perlukan sebagai seorang blogger mempelajari cara membuat video? Saya pikir,
seorang blogger perlu mengikuti perkembangan zaman. Sebuah video dapat
memperkaya artikel kita di website. sesuatu yang berbau visual itu lebih mudah
dicerna daripada sebuah hanya sebuah tulisan.
Persiapan
Untuk Menghasilkan Sebuah Video
By the way, apa
sih yang diperlukan untuk memproduksi sebuah video? Apakah hanya dengan
bermodal kamera atau smartphone sudah mencukupi?
Dari
workshop ini saya baru tahu ternyata perlengkapan untuk membuat sebuah video
cukup banyak, seperti perlu tambahan microphone external, monopod, tripod,
stabilizer, time lapse, dan lainnya. Ini pertama kalinya saya mengenal
stabilizer atau yang sering disebut gimbal axis. Sempat sih melihat Mas Teguh
menggunakan alat ini saat syuting Bambu Gila di Fola Barakati. Tapi waktu itu
saya pikir hanya tongsis biasa.
Waduh, terus perlu modal banyak dong yak
untuk membeli peralatan "tempur" produksi video?
Kata
Mas Teguh sih ngga juga, yang penting punya smartphone dan tongsis. Semua orang
kan sekarang pasti sudah pada punya handphone android. Jadi kalaupun perlu
tambahan, ya tinggal sedikit.
Nah,
di sini saya salut dengan Mas Teguh. Sarjana Teknik Industri ini bisa
memanfaatkan barang-barang keperluan sehari-hari untuk menunjang kegiatan
videografinya. Bayangkan, timer untuk telur, bisa dimodifikasi menjadi time
lapse! Saya sampai speechless. Ah,
orang teknik walaupun sudah "membelot" jauh, tetap aja jiwa tekniknya
ada yak.
Menurut
Mas Teguh, ngga mesti membeli peralatan yang mahal. Banyak peralatan yang murah
meriah atau kita bisa memodifikasinya. Semua tergantung dari kreativitas kita.
Sebagai referensi, Mas Teguh memberikan contoh-contoh alat yang biasa dipakai
atau diperlukan untuk syuting video, misalnya pakai payung, menggunakan
saringan yang diciprati air untuk menghasilkan efek tertentu, dan lainnya.
Tapi, bagaimana membuat video yang baik
dan benar? Setiap menonton video buatan saya sendiri, bawaannya pusing.
Haha,
pemaparan yang disampaikan Mas Teguh selanjutnya membuat saya mentertawakan
diri sendiri.
"Yang
belum belajar membuat video biasanya saat mengambil shot, tangannya bergerak ke
berbagai arah," kata Mas Teguh. "Jika begitu video yang diambil akan
goyang. Harus steady, sehingga
penonton akan fokus pada objek yang kita syut, bukan goyangannya,"
lanjutnya lagi. Hoala, pantes saya
sering pusing melihat video bikinan saya sendiri.
Ternyata
kualitas gambar yang steady
mempengaruhi hasil video yang kita buat. Kalau gambarnya steady, asyik juga
melihatnya. Jadi mempelajari konsep dan teknik syuting akan sangat berguna. Di
workshop ini, Mas Teguh juga mengajarkan bagaimana tips dan trik supaya gambar
kita steady walaupun menggunakan
smartphone tanpa bantuan alat, misalkan dengan teknik pengambilan standing
still setiap 5-10 detik/shot dengan
menahan napas.
Ada
baiknya menggunakan tripod, monopod atau stabilizer. Fungsinya untuk
menstabilkan shot, lebih mudah untuk zoom-in zoom-out, mengambil low angle shot, high angle shot, selfie,
mempermudah pengambilan view 360orotation, time lapse, tilt dan pan. Mas Teguh memperagakan cara-cara pengambilan shot seperti yang disebutkan di atas.
Jadi saya bisa dengan mudah memahaminya.
Setelah
mempelajari teknik syuting, ada baiknya kita merencanakan liputan seperti apa
yang akan atau ingin kita buat. Bagaimana isi video yang kita inginkan. Apakah
berupa berita, dokumentari, live event, diary pribadi, feature human interest,
photo story, iklan produk atau tutorial.
Pemilihan
musik sebagai latar perlu juga diperhatikan. Tidak lucu rasanya video dengan
nuansa melankolis diberi musik hiphop, atau sebaliknya video ulang tahun tapi
musik latarnya sedih memancing air mata. Untuk pengambilan musiknya, dalam
workshop ini diberitahukan juga sumber-sumber dimana kita bisa free download.
Nah,
pada saat merencanakan suatu liputan, bisa juga kita mendengarkan musik
latarnya terlebih dahulu, kemudian baru kita mencari informasi subjek yang
cocok untuk disyut, membuat skenario supaya video ada isi ceritanya, menentukan
lokasi juga artis dan alat atau props yang diperlukan untuk mendukung adegan.
Waktunya
Praktek!!!
Setelah
mendapat cukup pengetahuan selama kurang lebih 2 jam, saatnya untuk praktek!
Mas
Teguh memberikan tugas untuk membuat video pendek dengan durasi kurang lebih 3
menit. Berapa shot yang harus kita ambil? Jika setiap 1 shot diambil selama 5 detik, itu artinya untuk video berdurasi 3
menit, kita harus mengambil minimal 36 shot.
Lah,
kenapa harus 3 menit? Bukan 1 menit atau 10 menit misalnya? Karena katanya
rata-rata rentang perhatian manusia hanya 8,25 detik. 65% di antara orang yang
menonton video, mau menonton 3/4 panjang video, jika durasinya 30 detik, 1
menit dan 2 menit. Tapi menurut Mas Teguh, 1 menit untuk video terlalu singkat,
5 menit terlalu lama. Jadi durasi video yang ideal itu berkisar antara 2 - 3 menit.
Untuk
sesi latihan, semua peserta dibagi menjadi dua group. Masing-masing ditemani
oleh petugas dari Allium Hotel yang mengajak kita melakukan hotel tour. Group
kami menuju area kamar terlebih dahulu, dilanjutkan area publik, seperti lobi,
front door, parkiran, swimming pool, dan berakhir di restoran. Sedangkan group
yang satunya berkebalikan dengan kami. Setiap peserta sibuk dengan gadget
masing-masing, plus latihan menahan napas setiap kali mengambil shot.
Sepanjang
hotel tour, saya terkagum-kagum dengan arsitekturnya. Yang paling saya suka
adalah lobi yang didesign mirip kubah dengan banyak lubang-lubang cahaya di
bagian dindingnya. Nuansanya berkesan tempo dulu dalam balutan modern.
Edit,
Edit dan Edit!!!
Sesi
kedua setelah makan siang, workhop dilanjutkan dengan bagaimana mengedit video
dari gabungan shot yang telah kita simpan di smartphone.
Untuk
video editing, Mas Teguh sebelumnya telah meminta kita untuk mendownload Power
Director di Google Play. Menurut Mas Teguh, dari sekian banyak aplikasi edit
video di smartphone, Power Directorlah yang paling memuaskan. Bahkan Mas Teguh
menyarankan supaya kita membeli versi lengkapnya, karena tidak akan rugi sama
sekali dengan kelebihan yang didapat.
Semakin
siang, para peserta justru malah semakin "on fire" belajar editing video di ruangan tematik Jepang. Mas
Teguh mencontohkan langkah demi langkah bagaimana menggabungkan video,
menambahkan latar belakang musik, menambahkan narasi suara kita, menambahkan
text, menambahkan animasi, menambahkan frame, dan lainnya.
Oya,
sebelumnya jangan lupa, kosongkan memori smartphone kita, semakin besar semakin
baik. Ada baiknya smartphone full-charge,
dan bawa baterai cadangan atau power bank. Aktifkan airplane mode untuk
menghemat pemakaian baterai.
Saya
yang awalnya berpikir Power Director itu susah. Tapi segalanya menjadi mudah
setelah mendapat penjelasan dari Mas Teguh. Saya malah jadi ketagihan membuat
video dengan smartphone dan melakukan editingnya.
Enaknya
menggunakan editing video di smartphone adalah bisa lebih cepat. Jika
menggunakan Power Director akan ada dua file yang tersedia, file project dan
file produce. File projectnya masih bisa kita edit di kemudian hari. Asyik,
kan?
Dari
hasil praktek kemarin inilah video yang saya buat. Durasinya sekitar 1,5 menit-an.
Serunya
di workshop ini, setelah selesai editing, kita diminta untuk memposting video
yang kita buat di instagram. Saya sebenarnya malu mau postingnya. Tapi karena
mendengar akan langsung dikritisi atau dibahas oleh Mas Teguh, saya upload juga
di instagram. Whatever will be, will be!
Que sera, sera! Namanya juga belajar, ngapain malu!
#prosesloadingselesai
. . .
Kemudian
Mas Teguh membahas satu-satu video yang diupload. Semuanya bagus-bagus, dalam
waktu singkat, para peserta ternyata mampu menghasilkan sebuah video yang
menarik. Ada beberapa masukan yang diberikan Mas Teguh untuk setiap video yang
masuk.
Saya
sendiri, dengan melihat dan mendengar pembahasan Mas Teguh, ikutan berkaca
diri. Video yang saya buat, walaupun sudah sedikit agak steady, tapi kurang
dialur penceritaan dan kurang melibatkan orang-orang di dalamnya, juga perlunya
menambahkan narasumber untuk diwawancarai misalnya. Hmmm, sepertinya lain kali
harus diskenariokan dahulu jika ingin membuat video yang bagus.
Eh,
tapi saya senang sekali, video ini dipilih menjadi salah satu pemenang dan
mendapatkan voucher makan dari TravelXpose. Waaah,
keren hadiahnya!
Tidak
hanya itu kejutannya. Di penghujung acara, panitia mengumumkan mengenai lomba
menulis seputar kegiatan ini yang hadiahnya keren juga. Ah, mau sekali!!
Secara
keseluruhan, saya merasa lebih termotivasi dengan kegiatan seperti ini. Belajar
hal baru, ketemu teman-teman baru, menjelajah tempat-tempat baru, mendapat
pengalaman seru, plus hadiah kece. Jikalau ada kelas videography lanjutannya
ingin sekali bisa ikut. Jiaaah, belum juga seminggu, sudah pengen kelas
lanjutan!Never stop learning, ya girl!
"Mbak, itu mending
pake tas khusus untuk kamera deh, daripada pakai tas kosmetik begitu,"
saran seorang teman dengan tampang penuh keheranan bagaimana saya menyimpan
kamera mirrorless.
"Oiya, ini juga cukup lah, lebih ringkas, daripada tas kamera
yang besar dan gendut," elak saya sambil tertawa.
Saya sadar sebetulnya memang resiko sekali membawa kamera
mirrorless tanpa busa pelindung yang bisa menahan terhadap guncangan atau
benturan. Tapi saya pikir, rasanya ngga mungkin kalau sampai terbentur.
Akhirnya, saya abaikan peringatan teman saya tersebut yang berujung penyesalan.
Kenapa menyesal? Suatu hari saya menemukan sedikit goresan pada
kaca bidik yang terdapat pada kamera. Awalnya saya pikir goresan debu, tapi
ternyata buka. Itu adalah stretch yang disebabkan beda tajam.
Lah, dari mana asalnya stretch itu? Padahal sangat ngga mungkin
terjadi, karena pinggirannya terlindung oleh karet yang posisinya agak tinggi.
Nah, setelah saya amati, stretch itu kemungkinan datangnya dari ujung resleting
tas yang mengenai kaca bidik saat menutup atau membuka.
Ya, seperti kata pepatah penyesalan selalu datang belakangan.
Seandainya saya waktu itu memutuskan membeli tas kamera, mungkin Fuji saya
masih mulus semulus kulit Song Hye Kyo. Dan sebetulnya banyak juga tas kamera
murah yang kualitasnya lumayan baik. Ah, adaikan saja ....
Tas kamera memang merupakan asesoris kamera yang sering dilupakan,
padahal kegunaannya tidak kalah penting. Coba simak fungsi dari tas kamera ini:
1. Pelindung benturan
Tas khusus untuk kamera standarnya dilengkapi lapisan pelindung,
yang dapat berfungsi untuk melindungi kamera dari benturan.
Jangan dikira, walaupun sudah hati-hati bawa, terkadang tanpa tas
khusus tersebut, kamera yang kita tenteng suka membentur sesuatu. Entah itu
saat kita duduk tiba-tiba, atau ditengah kepadatan, atau melewati pinggiran
sempit, dan lain-lain.
2. Melindungi dari cuaca
Tas kamera berfungsi juga untuk melindungi kamera kita dari cuaca
dan debu. Sayang kan, kamera yang kita beli mahal-mahal tapi tidak terlindungi?
Saya sadar mengenai fungsi satu ini saat melihat seseorang membawa
tas kamera yang ukuran besar dan muat beberapa buah kamera. Ketika turun hujan
lebat, dia terlihat cuek saja membiarkan tasnya kehujanan. Saya perhatikan, air
hujan yang mengenai tasnya tidak tembus ke dalam. Hmmm, rupanya tas kameranya
anti air.
Tapi tentunya tas kamera seperti ini lumayan juga ya harganya.
Tetapi tenang, kita masih bisa mengakali kok dengan tas kamera murah, tetap
bisa anti air. Caranya dengan melapisinya dengan rain cover. Biasanya suka satu
paket dengan tas kamera yang dijual.
3. Melindungi dari debu dan kotoran
Terlalu lama dibiarkan tanpa pelindung, kamera kita rentan kotor,
terutama bagian lensa, jendela bidik dan lcd display.
Nah, tas kamera berfungsi untuk melindungi dari terpaan debu
ataupun kotoran yang bertebaran diudara.
4. Melindungi saat jatuh ke air
Saat ini sudah ada juga tas kamera yang kedap air, sehingga jika
jatuh ke dalam air, kamera akan tetap aman.
Tas kamera yang satu ini cocok buat yang suka traveling mengarungi
lautan, atau menyusuri sungai, yak.
Beneran loh, terkadang saat kapal tidak bisa merapat ke tepi
pantai, kita harus turun di kedalaman air yang terkadang masih sepinggang kita.
Pusing ngga sih kalau bawa kamera saat kondisi begini?
Itulah beberapa fungsi dari tas kamera yang sering terlupakan, padahal
ternyata sangat berguna sekali yak untuk melindungi properti yang kita punya.
Jadi, apakah kamu melengkapi kamera dengan tasnya?