Rabu, 30 Desember 2015
Selasa, 29 Desember 2015
Senin, 21 Desember 2015
Terdampar di Female Daily Network Gara-Gara Nurul Noe
Mbak, add wasap aku dong.
Pengen ngomongin sesuatu nih.
Pengen ngomongin sesuatu nih.
Begitu isi message Nurul
Noe, siang-siang di hari Sabtu, tanpa angin tanpa hujan, datang tiba-tiba. Saya
yang sedang duduk manis menunggu Azka keluar dari les Inggrisnya, tentu saja
kaget setengah mati. Duh, ada apa ini? Jangan-jangan ada masalah serius? Apa
saya ada hutang yang belum saya bayar? Buru-buru saja saya jawab OK, dengan
hati sedikit degdegan. Mudah-mudahan bukan masalah berat atau ada utang yang
lupa saya bayar, hihi.
Kamis, 17 Desember 2015
7 Cara Asyik Belajar Bahasa Jepang
Lagi bersih-bersih file
di komputer, nemu file dari sekitar 4 tahun lalu, saat disuruh membuat naskah
pidato dan presentasi dalam bahasa Jepang. Tepatnya tugas akhir sebagai bukti
kelulusan telah menuntaskan belajar bahasa Jepang. Tidak tanggung-tanggung, sebagai
tugas akhir, kita diharuskan presentasi dalam bahasa Jepang di depan para
penggede pabrik yang notabene orang Jepang asli.
Membaca kembali isi materi speech yang
saya buat waktu itu, membawa kembali kenangan 4 tahun lalu. Serasa baru kemarin
saya berdiri, melsayakan presentasi dalam bahasa Jepang, gemetar dan takut
ditanya macam-macam tidak bisa jawab. Duh, kalau ingat stressnya waktu itu,
jadi pengen ketawa sendiri. Ada yang duduk dipojokan sambil komat kamit
menghafal. Ada yang tidak selera makan. Ada yang bolak-balik kamar mandi. Semua
menunggu para bos selesai meeting sore itu, dengan hati berdebar-debar. Waktu
serasa berjalan lambat. Detik jarum jam terdengar begitu nyaring di telinga,
menambah keresahan.
Rabu, 16 Desember 2015
Mural, Art Street, Daya Pikat Kota Wisata
Satu hal yang saya amati
saat traveling jalur sutra bersama rombongan Gong Traveling adalah keindahan
mural street yang banyak bertebaran di kota-kota yang kami singgahi, sepanjang
Singapura - Malaka - Kuala Lumpur.
Tidak hanya mural dua dimensi, tetapi juga
murah tiga dimensi memanjakan para wisatawan yang gemar ber-selfie ria. Terus terang saya mengagumi kreatifitas-kreatifitas street art di kota-kota yang saya singgahi ini. Saya merasa mural atau lukisan dinding ini dapat dijadikan sebagai daya tarik wisata.
Selasa, 15 Desember 2015
Please, Jangan Curigai Saya
AIR ASIA QZ TO SINGAPORE
Pesawat Air Asia yang
membawa kami dari Jakarta mendarat di Bandar Udara Changi. Setelah perjalanan
kurang lebih 1,5 jam dari Soekarno Hatta. Hmmm...akhirnya setelah perjalanan
dari Cilegon, jam 12 malam dan bermalam di bandara, kami dapat menghirup udara
Singapura. Ini perjalanan luar negeri pertama buat Azka. Air Traffic Controller
Changi Airport terlihat menjulang. Dari sini kami, rombongan Gong Traveling,
akan melanjutkan perjalanan menuju tempat menginap di Adamson inn yang terletak
di daerah Bugis, Singapura. Tentu saja, untuk mencapai Bugis, terlebih dahulu
kami harus melewati pemeriksaan imigrasi juga membeli tiket MRT di Terminal-3.
Kamis, 10 Desember 2015
Belajar Komik Strip Bersama Beng Rahadian Dan Akademi Samali
Awalnya ngga sengaja melihat wall post facebooknya Mas Gol A Gong mengenai rencana kedatangan komikus yang terkenal Beng Rahadian di Rumah Dunia, untuk memberikan workshop pembuatan komik strip untuk pelajar SMA dan sederajat. Nah, tiba-tiba teringat Azka yang suka menggambar adegan sehari-hari, yang kadang suka bikin ngakak sendiri pas saya ngintip sketch book-nya dia. Gimana saya tidak tersenyum-senyum, anak kelas 5 SD ini ternyata pandai juga melakukan observasi, ayahnya digambarkan sebagia sosok laki-laki berkopiah dan berjenggot. Lucunya, jenggotnya itu dilukiskan dengan garis pendek 3 biji berjejer. Artinya janggutnya jarang. Yah, memang masih gambar anak-anak, tapi buat saya, Azka bisa menggambarkan dengan detail saja saya sudah merasa senang. Karena ingat kesenangannya menggambar, akhirnya tanpa pikir panjang, saya reply postingannya Mas Gong, untuk mendaftarkan Azka, mengikuti workshop yang dilaksanakan tanggal 6 Desember 2015 di Rumah Dunia. "Boleh daftar untuk Azka ya Mas Gong," komen saya di facebook Mas Gong, "anggap anak bawang saja."
Sabtu, 05 Desember 2015
9 Hal Asyik Yang Bisa Kamu Lakukan Di Rumah Dunia
Hari gini orang Banten
belum pernah ke Rumah Dunia? Duuuh, ngga kekinian banget deh.
Nih, buat kalian yang
bosan ngemall lagi ngemall lagi di kawasan Cilegon Serang & Sekitarnya,
saya kasih tahu ya, 9 hal asyik yang bisa kamu lakukan di Rumah Dunia.
1. Mengikuti Kelas Menulis, Sastra dan Puisi
Warga Serang, Cilegon dan
sekitarnya, jika ingin mengasah bakat dan meningkatkan kemampuan menulis,
sastra dan puisi, bisa bergabung di kelas menulis Rumah Dunia. Kelas menulis
Rumah Dunia, saat ini telah mencapai angkatan ke 38. Lama berlangsungnya kelas
menulis setiap angkatan kira-kira 6 bulan, yang dilangsungkan 1 kali per
minggu. Berapa biayanya? Sebetulnya kelas menulisnya gratis, hanya dikenakan
biaya administrasi sebesar Rp. 100.000, itupun kita mendapatkan buku terbitan
Gong Publishing, seperti buku Pasukan Matahari, karya terbaru Mas Gola Gong.
Murah sekali kan? Hanya tinggal mempunyai tekad dan kemauan yang kuat untuk
senantiasa datang ke Rumah Dunia dengan konsisten.
Pelatihan yang diberikan
di kelas menulis Rumah Dunia meliputi pelatihan jurnalistik dan pelatihan
menulis fiksi. Pada pelatihan jurnalistik diajarkan mengenai teknik-teknik
dalam jurnalistik, termasuk praktek wawancara di lapangan. Pada akhir sesi
pelatihan jurnalistik, biasanya ada tugas kelompok untuk membuat artikel dan
juga majalah. Sedangkan untuk pelatihan menulis fiksi, kita diajarkan mengenai
teknik menulis fiksi dan unsur-unsurnya, seperti ide, judul, tema, sinopsis,
tokoh/karakter, latar, konflik, plot, dan lainnya. Serunya lagi pelatihan menulis di Rumah Dunia ini, tidak hanya melulu di dalam kelas. Tetapi juga observasi lapangan dan wawancara dengan narasumber.
Di kelas menulis Rumah
Dunia, Mas Gong juga berbagi pengalaman seputar proses kreatif pembuatan novel
beliau ataupun novel istrinya, seperti saat pembuatan “Mimpi Sauni”, “Hari-Hari
Angga”, “Balada Si Roy”, “Pasukan Matahari”, “Honeymoon Backpaker”, “Traveler
Wife” dan lainnya.
Selain kelas menulis
offline, alias datang langsung ke Rumah Dunia, Gol A Gong juga membuka kelas
menulis online. Hanya saja untuk yang kelas menulis online ada biayanya. Tuh
kan, beruntung sekali orang-orang Serang dan sekitarnya. Memang kecintaannya
Mas Gong terhadap Banten ini tidak perlu dipertanyakan. Beliau sangat ingin
melihat literasi Banten maju. Dan ini diwujudkan dengan Rumah Dunia.
2. Menonton Panggung Kampung Yang Ngga Kampungan
Setiap sabtu malam, biasanya suka
ada yang namanya Panggung Kampung di Rumah Dunia.
![]() |
Panggung Kampung RD (Sumber: FB Golagong) |
Pertunjukan di Panggung
Kampung ini bermacam-macam jenisnya. Terkadang pertunjukan musik, terkadang
pementasan drama atau nobar alias nonton film bareng. Yang suasana malam minggu
berbeda, bisa datang ke Rumah Dunia, dan tentunya saat ada Panggung Kampung
dong ya.
3. Nyenyore, Acara Rutin di Rumah Dunia Sambil Menunggu Waktu Berbuka Puasa
Pada bulan puasa, di
Rumah Dunia ada kegiatan rutin yang selalu diadakan, namanya nyenyore. Nyenyore
ini, kalau istilah orang Sunda lebih dikenal dengan nama ngabuburit.
Bermacam-macam kegiatan dilakukan untuk mengisi waktu, sambil menunggu adzan
magrib, pertanda berakhirnya puasa, berkumandang. Ada acara bedah buku, ada
pementasan puisi, ada lomba gambar & mewarnai untuk anak-anak. Dan yang
paling menarik adalah di ujung acara Nyenyore, ada tajil gratis. Walaupun
sederhana, tapi enak sekali tajilnya.
Acara Nyenyore Rumah
Dunia ini bisa dijadikan kegiatan alternatif menunggu waktu berbuka puasa. Tentunya
akan banyak ilmu yang kita dapatkan dengan kegiatan ini.
4. Berselfie Di Landmark Rumah Dunia
Jika datang ke Rumah
Dunia, jangan sampai ketinggalan untuk berselfie di landmark Rumah Dunia. Ada
prasasti Gol A Gong, dinding yang bertuliskan : “Rumahku Rumah Dunia. Kubangun
dengan kata-kata (Gol A Gong Prasasti 1996 – 2001)”. Belum dikatakan sudah
datang ke Rumah Dunia, jika belum berselfi di depan prasasti ini.
![]() |
Selfie di depan Gol A Gong Prasasti |
Oya, Rumah Dunia juga
memiliki Auditorium Surosowan. Keren juga dalamnya, seperti layaknya kita mau
menonton di bioskop, terdapat kursi-kursi berjenjang. Azka dan Aisya saja
pertama kali datang ke sini sempat bertanya, “Bu, ini kita mau nonton film?”
Saking kerennya di mata mereka. Eh, saya pun merasa demikian sih. Duh, norak
banget yak, orang ndeso baru tahu yang namanya auditorium. Haha.
5. Gonjlengan, Tradisi Banten Yang Hanya Ada Di Rumah Dunia
Jangan tanya asal muasal
kata gonjleng atau gonjlengan pada saya, karena dapat dipastikan 100% saya
tidak tahu. Tapi yang pasti gonjlengan yang sering dilakukan di Rumah Dunia
adalah tradisi makan bersama beralaskan daun pisang. Hmmm...apa anehnya makan
beralaskan daun pisang?
Menurut saya sih unik.
Daun pisang disusun memanjang, makanan ditaruh di atas daun pisan tersebut dan
dimakan bersama-sama dalam satu group besar. Jadi sekaligus mengisi perut yang
keroncongan, suasana kebersamaan terpancar saat gonjlengan ini. Saya sendiri
belum pernah berkesempatan makan gonjlengan seperti ini, tapi kelihatannya
sangat unik, menarik dan hangat. Saya sendiri sangat ingin mencobanya,
merasakan kekhasan tradisi Banten.
6. Kalau Beruntung, Bisa Menyaksikan Event-Event Yang Digelar Di Rumah Dunia, & Jajanan Khas Banten Gratis
![]() |
Salah satu acara RD (sumber: FB Golagong) |
Banyak acara yang dilaksanakan di Rumah Dunia. Beberapa waktu lalu juga
sempat diadakan pertunjukan teater Urat Jagat, yang berkolaborasi dengan para
seniman luar negeri, seperti Australia, melakukan performance art di Auditorium Surowosan. Keren ya!
7. Manjakan Lidah Anda Dengan Spaghetti Aing & Secangkir Kopi Nusantara Yang Bisa Diseduh Sendiri.
Sejak tahun 2015 ini, di
Rumah Dunia ada Cafe Solidarnos, di mana kita bisa merasakan sensasi kuliner
khas Rumah Dunia. Cafe Solidarnos ini didirikan dalam rangka menyokong
operasional Rumah Dunia. Di cafe ini, kita bisa menikmati secangkir kopi
nusantara yang bisa kita seduh sendiri dengan harga miring. Begitu pula dengan
menu lain, seperti Spaghetti Aing, Jus Move On, dan lainnya.
Selain makanan dan
minuman, di Cafe Solidarnos ini juga disiapkan pojok baca. Menyantap makanan
dan minuman ditengah buku-buku, merupakan sensasi tersendiri.
8. Wisata Literasi, Dapatkan Kiat-Kiat Menulis Secara Langsung Dari Gol A Gong Balada Si Roy Yang Melegenda.
Kita juga dapat merasakan
wisata literasi jika datang ke Rumah Dunia. Rumah Dunia menawarkan paket
belajar literasi seperti kiat menulis, puisi, atau teater. Harganya sih menurut
saya sangat terjangkau, hanya Rp. 25,000/orang. Harga itu sudah termasuk paket
makan dari Solidarnos Cafe. Asyik kan, Asyik?
Telah banyak rombongan
anak sekolah yang datang ke Rumah Dunia untuk wisata literasi, dari mulai anak
sekolah dasar, menengah, dan menengah atas berwisata literasi di sini. Bahkan
rombongan mahasiswa pun juga ada. Ngga ada ruginya sih, apalagi berkesempatan mendapat
kiat-kiat menulis secara langsung dari Gol A Gong, yang melegenda dengan Balada
Si Roy-nya.
Nah, yang berminat mengikuti wisata literasi pelatihan menulis cerpen - jurnalistik - puisi untuk SD, SMP dan SMA bisa menghubungi Tias Tatangka. Pelatihan dilaksanakan setiap Senin s/d Kamis, untuk waktunya ditentukan sendiri. Jumlah peserta minimum 25 orang, maksimum 200 orang.
9. Ingin merasakan sensasi Backpacker Bersama Gol A Gong Sekaligus Berperan
Dalam Membantu Operasional Rumah Dunia?
Ikutlah Gong Traveling Menjelajah Singapura, Thailand & Jalur Sutra. Nah,
selain wisata literasi, Rumah Dunia juga mempunyai Gong Traveling yang siap
mengatar para peserta tour untuk merasakan sensasi backpacker ke luar negeri.
Gol A Gong sendiri menyebutkan bahwa traveling pembuka jalan bagi para traveler
pemula untuk belajar tips menjelajah negeri orang dengan cara backpacking, dan
diharapkan selanjutnya para traveler bisa mandiri untuk menjelajah ke berbagai
negeri. Selain berwisata, tentunya Gol A Gong juga berbagi tips menulis pada
saat perjalanan. Harga paket wisatanya sendiri berkisar antara Rp. 2,5 juta –
Rp. 5 juta, tergantung dari destinasi yang dipilih. Saya sendiri pernah
mengikuti wisata Jalur Sutra, meliputi Singapura, Malaka dan Kuala Lumpur.
Banyak pengalaman yang diperoleh dari wisata ini.

Gong Traveling Jalur Sutra
Nah, tunggu apa lagi,
bagi warga Serang, Pandeglang, Cilegon dan sekitarnya, jika pusing mencari
tempat wisata edukatif yang murah meriah, datang saja ke Rumah Dunia. Biasanya
sih selalu ada acara, terutama di hari Sabtu dan Minggu. Tapi, jika ragu ada acara
atau tidak, bisa di cek di facebooknya Golagong New, biasanya Mas Gong selalu
mengupdate berita terkini Rumah Dunia beserta event-event yang akan
berlangsung.
![]() |
Gong Traveling Jalur Sutra |
Kamis, 03 Desember 2015
Tanjung Lesung Legend - Traveler Folklore
Last time we travel to Tanjung Lesung. One of area in Pandeglang which offering the beauty of beach, white sand, coral, and other nice scenery. At first we wanted to saw the Tanjung Lesung Festival which held to increase tourism in this west area of Banten Province.
It was said that Bagan Racing would be also held. We curiously went there and joined with Serang Backpacker Group. Not only could explore this place, but also we've heard one of Indonesia folklore, the Tanjung Lesung legend, the local story of Tanjung Lesung name. Want to know the legend? Here it is:
Once upon a time, there lived a girl named Sri Poh Haci in this beautiful area. She liked to see the beauty of blue wide ocean, walk along the beach, left the footprints on the white sand. She loved to watch how the wave coming, erase her footfrints and how the sand touch her skin soon. She also liked to watched beautiful coral came to the beach. She loved the colors.
She really loved the beach and the sand. But still when rice harvest time come, she took the pestle and started to pound rice. She likes the repeated sound comes from the pestle.

One day, there was a young handsome guy arrived at the village. He was looking for a girl of his dream. When he saw Sri Poh Haci, he immediatelly fell in love. She was the girl in his dream. He traveled from far away just to find her. He approached her and asked her name.
"Who are you?" asked Sri Poh Haci, little bit afraid with this young handsome guy.
"I'm Prince Budog," replied him, "I've traveled along way to arrive here. I don't have family," he continue explaining his condition and tried to find a reason just to be with her.
Sri Poh Haci was little bit worry, but she also attracted by his charming. She also touched by his politeness and got pity on him, since he didn't have any family here. She asked him to come with her.
Her mother didn't like him and didn't allowed him to spend the night at their home. Her mother said, "in this house just the two of us, so if you want to stay, I just can offer you my terrace."
Prince Budog agreed to her offer, his heart just filled with happiness with the thinking of he could close to Sri Poh Haci everyday. Soon, Sri Poh Haci fell in love with Prince Budog, and Prince Budog proposed her. They got married after that.
The village is not only beautiful due to of her natural and clean beach and river, but also green, full of rice field along the way. Sri Poh Haci & her husband, Prince Budog, liked to walk along the road, walked side by side while talking about everything they loved. The green of rice field day by day turned yellow. It was time for harvesting. Sri Poh Haci and all the woman village came out from their home with the pestles and ready to pound the rice in the mortars which local people called it as "lesung". It was the first time for Prince Budog to hear the sound resulted from pestle crushing the rice in the mortar (lesung). He wanted to try crushing it, and he become addicted to the sound as the pestle hit the mortar (lesung).
He didn't care about the time, he forgot everything when he started to pounding rice. He just couldn't stop, even her wife tried to stop him and warned him.
"Husband, it's Friday! It's prohibited to pound the rice during Friday," warned her, tried to stop him. He ignored her wife and continued pounding. The sun started to climb up, and as time went on the the rhythm become more faster.
Prince Budog, was not only pounding the rice but also he was dancing continuously. Jumped to the left, jumped to the right, jumped to the left again while he was pounding. People tried to stop him also, since it was not allowed to pound the rice on Friday and people also worried looking to Prince Budog who continuously dancing without stop although for a moment.
Then something magic came up. People astonished, looked at Prince Budog.
"Look! There is monkey!" people yelled.
"Oh, monkey pound the rice!"
Prince Budog wondered why people yelled at him, called him as monkey. But as he looked at himself, he was surprised that his body covered with hair and he even had a long tail. He realized that he had turn into a monkey. Prince Budog was so ashamed, he violated the rule. He run away to the jungle nearby.
After that day, the village is called as Tanjung Lesung. "Lesung" means mortar, and due to the village is located on the cape which in Indonesia is called "Tanjung", they name it as Tanjung Lesung. And, believe it or not, but we can still found monkey along the way near Tanjung Lesung Beach. There is caution: be careful, there's monkey.