Senin, 31 Oktober 2016

Menuju Atap Langit Pulau Jawa

Amarah menggelegak di dada Kidang Garungan. Hatinya sakit seperti tertusuk ratusan ujung pedang tajam. Tangan kanannya mengapai langit, mencoba mengemis bantuan raihan tangan seseorang di atas sana. Seperti inikah dendam yang berkobar di dada Bandung Bandawasa atas pengkhianatan Loro Jongrang, sampai dia mengutuk Jongrang menjadi arca?  Beginikah kekecewaan Sangkuriang atas pengkhinatan Dayang Sumbi, sampai perahu pun terbalik dan menjadi Gunung Tangkuban Perahu. 
Kauuu . . ?” Matanya nanar memandang Shinta Dewi. Kemarahan dan kesedihan terpancar di kedua matanya, atas pengkhianatan perempuan cantik yang telah menerima pinangannya. 
Shinta Dewi menggigit ujung bawah bibirnya, tapi tekadnya telah kuat. Lirikan matanya kepada para prajurit, mengisyaratkan untuk terus menimbun tubuh Kidang Garungan. Daripada menikah dengannya, lebih baik kubiarkan dia tertutup timbunan tanah di sini, bisik hati Shinta Dewi. 
Dengan sisa-sisa tenaga, Kidang Garungan berusaha meronta untuk keluar dari kubangan yang dibuatnya. Apa daya kekuatannya semakin melemah. Terucaplah sebuah tuah di negeri yang terkenal dengan sebutan negeri para dewa. Tuah bahwa seluruh keturunan Shinta Dewi akan berambut gimbal. 
***
“Yuk, kita menyusuri Pesona Jawa Tengah di Jalur Selatan!”
(Ajakan suami di tahun 2009)
Kisah Kidang Garungan membuat saya menerima ajakan suami berkendara menyusuri jalur selatan Jawa Tengah. Tujuan utama adalah suatu tempat di mana terdapat cerita kawah utama yang selalu berpindah tempat mirip kidang atau kijang. Kemarahan Kidang Garungan dipercaya terlihat pada Kawah Sikidang yang selalu meletup dan mengeluarkan asap, bahkan konon kabarnya kawah utama sering berpindah tempat. Dataran tinggi yang disebut sebagai atapnya Pulau Jawa, yang juga merupakan saksi bisu kejayaan Dinasti Sanjaya.
Perjalanan kami 7 tahun yang lalu bermula dari Cilegon menuju Losari di daerah perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah. Setelah bermalam diiringi alunan irama kereta api sepanjang malam di Losari, kami meneruskan perjalanan menyusuri Jawa Tengah. Dari Losari kami berbelok menuju ke kanan, menyusuri Jalur Selatan Jawa Tengah. Orang bilang, jalur ini lebih menantang karena banyak kelokan tajam. Bukan kami namanya jika tidak tertarik dengan hal yang diluar kebiasaan. Ketika kebanyakan pengendara melalui Jalur Pantura yang lurus bebas hambatan, maka kami mengambil Jalur Pantai Selatan, menyusuri Tanjung, Prupuk, Bumi Ayu, Aji Barang, Wangon, Kroya, Kebumen, Purworejo, kemudian naik menuju Magelang dan berbelok di jalur tengah menuju Wonosobo dan Banjarnegara.
Walaupun jalurnya penuh kelokan tajam, tapi saya tidak menyesal memilih Jalur Selatan. Selain menawarkan keindahan alam di sepanjang jalan yang dilewati, kita juga bisa melihat aneka ragam kehidupan sehari-hari masyarakat di sepanjang jalur ini. Sepanjang Brebes terlihat bahwa hampir sebagian besar masyarakat bermatapencaharian dari bercocok tanam. Sejauh mata memandang penuh dengan gundukan bawang merah. Para petani bawang sedang memanen hasil tanamannya. Lucunya budidaya bawang merah ini ternyata telah diperkenalkan sejak tahun 1950-an oleh warga keturunan Tionghoa.
Ah, katanya beli bawang di sini lebih murah daripada di kota. Terbersit di hati untuk membeli bawang merah saat pulang nanti.
Memasuki Prupuk dan Bumiayu, sesekali terdapat turunan dan tanjakan. Cuaca pun terkadang berubah dingin. Hmmm, pada saat itu mungkin kami berada dekat dengan Gunung Slamet. Saya dengar di daerah sini terdapat wisata Guci yang terkenal dengan pemandian air panasnya. Kali ini kami lewatkan dulu Guci. 
Kami juga berpapasan dengan beberapa aliran sungai. Sepertinya itu adalah Sungai Serayu dan Sungai Cipamali yang pada zaman kerajaan Galuh dan Mataram Kuno menjadi pembatas wilayah. Entah kenapa, setiap melewati sungai-sungai ini, dada terasa berdesir aneh. Saya membayang seorang putri cantik bersama rombongan bangsawan Kerajaan Padjadjaran, diiringi prajurit dan para dayang berlayar menuju negeri yang dikenal dengan nama Majapahit. Kidung Sundayana mengatakan bahwa laut yang biru tiba-tiba berubah menjadi merah. Semerah darah yang tertumpah di Bubat.
Di beberapa tempat, saya tidak bisa mengetahui posisi kami karena sinyal GPS yang tiba-tiba hilang. Dalam keadaan seperti itu kami hanya bisa mengandalkan petunjuk jalan dan bertanya kepada masyarakat sekitar yang dengan senang hati memberi petunjuk arah.
Memasuki Purworejo terasa suasana yang tenang dan damai. Tak heran jika kota ini dikenal dengan sebutan Kota Pensiun. Di salah satu sudut jalan terdapat patung jenderal besar yang selalu dihormati, Panglima Besar Sudirman. Ah, ini dia, panglima yang tidak gila hormat dan berjuang untuk kemerdekaan Indonesia. Memandang patungnya cukup membuat rasa nasionalisme saya meletup-letup.
Jenderal Hitam terus dipacu menuju Magelang sebagai tempat pemberhentian kami berikutnya sebelum menuju Wonosobo. Kami tidak ingin kemalaman di jalan. Ada dua balita dan 2 orang tua sepuh bersama kami, juga tambahan kakak ipar yang memerlukan perhatian khusus. Tentunya kekuatan fisik mereka tidak bisa disamakan dengan kami yang muda dalam menempuh perjalanan panjang. Walaupun sebetulnya ini adalah perjalanan yang menguras fisik dan mental saya, dengan kedua anak balita yang selalu berebut perhatian, tidak ada yang mau mengalah, belum ditambah ibu yang sukar tidur nyenyak sepanjang malam. Belakangan saya tahu bahwa beliau mengidap darah tinggi yang menyebabkan susah tidur nyenyak. 
“Borobudur, candi Budha terbesar dan terlengkap di dunia, dengan 2.672 panel relief, 504 patung Budha, dan 72 stupa berlubang.”
Dan inilah kami, berhasil mencapai puncak Candi Borobudur yang terkenal sampai ke mancanegara. Candi Budha cantik peninggalan Wangsa Syailendra yang pernah bertahta di Tanah Jawa. Tidak ada yang aneh pada bangunan ini. Hanya bebatuan dan situs yang sudah mati. Tapi inilah jejak kejayaan nenek moyang. Bagaimana batuan itu disusun satu demi satu sampai membentuk satu kompleks bangunan yang megah, membuat kita berdecak kagum. Stupa-stupa yang dibuat dengan presisi, panel-panel relief yang sangat detail dan lengkap, menjadikan Borobudur sebagai kuil Budha terbesar dan terlengkap di dunia.
Dikatakan pada masa ini Jawa Tengah bagian utara menganut agama Hindu dan Jawa Tengah bagian selatan beragama Budha. Walaupun berbeda keyakinan, di bawah pemerintahan Rakai Pikatan dari Wangsa Sanjaya dan istrinya Pramordawardhani dari Wangsa Syailendra yang beragama Budha, mereka hidup saling berdampingan dan menghormati. Hmmm, kerukunan antar umat beragama yang mana saat ini saya rasakan makin memudar.
Tak jauh dari Magelang, sebuah candi Hindu megah pun berdiri. Prambanan. Menjadi saksi sejarah bagaimana kerukunan antar umat terjalin. Saya berandai-andai, sekiranya setiap diri kita bisa kembali ke akar rumput nilai-nilai kearifan yang telah ditanamkan leluhur kita terdahulu, kita mungkin akan terhindar dari perpecahan.
Beranjak ke sisi sebelah barat Magelang, tepatnya di kabupaten Wonosobo, katanya selain terdapat Telaga Warna dan Kawah Sikidang, terdapat pula kompleks candi Hindu. Kompleks Candi Arjuna, kompleks Candi Gatot Kaca, kompleks Candi Dwarawati dan kompleks Candi Bima. Duh, ngga sabar untuk segera berangkat menuju ketinggian 2.000 meter di atas permukaan laut. Hasrat ingin mengetahui bentuk candi-candi peninggalan Kerajaan Kalingga, merasakan amarah Kidang Garungan, semakin menderu laksana angin. Ngga sabar rasanya menuju Dieng Plateau.

“Dieng, tempat para Dewa dan Dewi bersemayam.”
Kondisi jalan menuju Dieng, sedikit berbeda dengan jalur yang telah kami tempuh sebelumnya. Terdapat banyak tanjakan dan jalanan pun berkelok-kelok. Terang saja, karena kami akan menuju tempat yang disebut-sebut sebagai atap Pulau Jawa. Ya, Dataran Tinggi Dieng adalah dataran tertinggi yang ada di Jawa. Jika Himalaya memiliki Tibet, maka Pulau Jawa memiliki Dieng.
Semakin tinggi kami berkendara, udara semakin sejuk. Saya menekan tombol power window di samping saya. Angin dingin berhembus menerpa wajah.
“Wow! Segarnya!” Saya ingat waktu itu pikiran dan perasaan saya terbawa rileks dengan suasana pegunungan. Kedua anak saya yang masih balita berebutan mengeluarkan kepalanya. Mungkin mereka juga merasakan kelegaan setelah sekian lama dikurung dalam sebongkah rangka logam yang berjalan. Truthfully, berada di sini seolah lepas dari kepenatan yang selama ini mendera.
Kami banyak melewati lahan pertanian. Di kanan kiri kami penuh dengan bermacam jenis komoditi tanaman. Yang saya ingat, kami melewati perkebunan kubis, kol, bawang, dan kentang. Ibu mertua saya tidak berhenti-berhentinya berdecak kagum sambil berteriak-teriak, “Atis! Uatisne!” Yang berarti dingin sekali udaranya.
Kami kebingungan mencari kompleks candi juga Kawah Sikidang, hingga kami akhirnya menemukan sebuah tanah lapang tempat parkiran, yang ternyata dekat ke tempat wisata Telaga Warna dan Telaga Pengilon.
Brrrr . . . Saat kaki menginjak tanah, sesaat setelah keluar dari dalam mobil, udara dingin langsung menyergap. Segera saya mengenakan baju hangat ke tubuh si krucil. Area parkiran penuh dengan kabut putih yang terlihat seperti asap di penglihatan saya.  Bau belereng, samar-samar tercium oleh Saraf Olfaktori.  Aroma mistis memenuhi ruang udara. Menyenangkan berada di sini. Di ketinggian 2,000 meter di atas permukaan lain, dengan kesunyian dan ketenangan yang menenangkan batin dan pikiran.
Telaga Warna dan Pengilon terletak berdampingan. Konon kabarnya Telaga Warna bisa berubah warna dari waktu ke waktu. Tapi pada saat saya datang, telaga ini hanya menampakan warna hijau. Sedangkan Telaga Pengilon yang berarti telaga cermin, airnya lebih jernih. Pada musim kemarau katanya sih lebih indah, dengan latar belakang Gunung Prau. Selain kedua telaga, di kawasan ini juga terdapat beberapa gua yang sepertinya dikeramatkan. Ada Gua Jaran, Gua Sumur, Gua Pengantin dan Gua Semar.
Menurut pemandu yang membawa kami, gua-gua ini sering didatangi orang dengan tujuan-tujuan tertentu. Gua Jaran misalnya, didatangi oleh pasangan yang ingin segera memperoleh keturunan. Di Gua Sumur terdapat sebuah mata air yang dipercaya dijaga oleh Eyang Kumolosari, katanya sih berkhasiat untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Gua Pengantin, dari namanya saja bisa ditebak. Ya, gua ini didatangi oleh orang yang ingin segera memperoleh jodoh. Sedangkan Gua Sumur, yang konon dijaga oleh Eyang Semar, kabarnya sering didatangi oleh para raja di Jawa dan pemimpin.
Ah, entahlah. Bagi saya, mendatangi tempat-tempat seperti ini bukanlah untuk meminta-minta sesuatu. Cukup sekedar tahu cerita dibaliknya. Toh segala sesuatu, hanya pada Allah, kita meminta.
“Tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya.”
(QS : Al-An’am)
Saat keluar dari kawasan Telaga Warna, menuju kembali ke tempat parkiran, terlihat seorang turis wanita yang diperkirakan berasal dari Jepang, menolak memasuki Telaga Warna. Menurut dia, harga yang ditetapkan untuk wisatawan asing lebih mahal daripada wisatawan lokal. Tetapi banyak juga wisatawan mancanegara yang tertarik datang ke Dieng, yang saya sebut "Atap Langit Pulau Jawa".
“Lanjut ke Kawah Sikidang dan kompleks candi Dieng kan?” Tanya saya yang sekaligus berupa ajakan kepada suami. Dia tidak menjawab karena keburu handphone-nya berbunyi. Saya kurang mengerti apa yang dibicarakannya, yang saya tahu sepertinya ada seseorang meninggal. Setelah itu, suami terburu-buru memberitahu ayah mertua. Terlihat mereka berbicara serius. Ah, siapakah yang meninggal?
“Kita harus buru-buru kembali ke Serang. Kayaknya kita ngga bisa menuntaskan wisata ke seluruh tempat di Dieng. Kakaknya Abah (kami menyebut ayah mertua dengan sebutan itu) meninggal,” jelas suami saya, mendekati saya.
Saya pun membeku. Dinginnya kabut Dieng seolah membekukan pikiran. Saya tidak mengerti kenapa peristiwa ini terjadi tiba-tiba. Padahal ini telah direncanakan jauh-jauh hari. Saya benci!!! Sudah menempuh perjalanan jauh, dan hanya tinggal sekitar 800 meter untuk sampai di tempat yang saya idamkan. Amarah merasuki diri saya. Mungkin seperti amarahnya Kidang Garungan yang terpendam bersama Kawah Sikidang yang bahkan tidak bisa saya kunjungi.
“Ini kan diluar kendali kita. Nanti suatu saat kita kembali ke sini ya, untuk menuntaskan mengunjungi tempat-tempat wisata di Jawa Tengah ini,” suami membujuk. “Kita juga kan belum ke Guci, Pekalongan, Semarang, Ambarawa, Baturaden. Semua itu masih pesona Jawa Tengah.”
Saya pun tersadar. Ya, tidak ada sesuatu pun terjadi atas kehendak-Nya. Sehelai daun jatuh pun, atas sepengetahuan-Nya. Saya ikhlas. Di balik semua semua yang terjadi pasti ada alasan yang baik. Perjalanan ini juga mengajarkan saya mengenai berharganya kebersamaan bersama keluarga. Tanpa mereka, perjalanan akan terasa hambar.
Saya terpesona padamu, Jawa Tengah! Kelak saya kan kembali menginjakkan kaki, menuntaskan rencana yang tertunda, mencari tahu tentang legenda Kidang Garungan dan Anak Gembel. Till, we meet again, Jateng!

Selasa, 25 Oktober 2016

Tari Topeng Yang Mendunia, Pesona Kota Budaya Indramayu


Kenangan Masa Kecil
Patrol!
Itulah yang terlintas pertama kali di benak saja ketika orang membicarakan Indramayu. Karena daerah ini beberapa kali saya lewati dalam perjalanan saya dari Kuningan menuju Cilegon. Terakhir kalinya melintas di sini bersama suami 12 tahun yang lalu, pernikahan kami baru berusia 2 hari kala itu.
Bagaimana tidak selalu terkenang dengan Patrol? Daerah itu adalah tempat terpadat yang harus dilalui kendaraan umum, bercampur baur dengan truk-truk juga pasar tumpah. Kamu akan merasa lega setelah melewati Kalitimbang dan Patrol. Walaupun begitu, suasananya selalu membuat kangen.

Senin, 24 Oktober 2016

Have Fun, Tanpa Beban Bersama Futuready

asuransi kecelakaan kerja

Pagi ini sama seperti pagi kemarin. Matahari masih terbit di upuk Timur dan bersinar menerangi dunia. Namun ada yang berbeda dari biasanya di sana, di tempat kerumunan orang-orang.
Ada apa?
Saya berjalan penuh penasaran ke arah kerumunan itu. Kepala saya mencoba melihat ke tengah kerumunan, tapi terhalang oleh kepala-kepala yang juga penasaran untuk melihat apa yang terjadi.
"Ada apa sih?" Saya mencolek seseorang di dekat saya.
"Itu! Lihat foto orang yang jatuh kemarin dari bangunan yang sedang dalam pengerjaan," jawabnya.
"Jatuh?"
"Iya, Mbak. Kecelakaan kerja, jatuh dari ketinggian," jelasnya. "Kepalanya pecah, darah mengalir dari kepalanya. Kasihan Mbak, kebayang keluarganya yang menanti di rumah. Bagaimana jika dia punya anak kecil yak?" Bapak setengah baya yang mengobrol dengan saya pun bergidik. Membayangkan keluarganya yang sedang menanti di rumah. Ibunya, istrinya, anaknya. Bagaimana setelah mereka tahu bahwa tulang punggung keluarga tidak bisa kembali ke rumah.
"Makanya itu, penting untuk selalu mengutamakan keselamatan kerja ya, Mbak," omongnya lagi. Saya masih terpaku mendengar ceritanya. "Katanya sih, dia mau masang atap di ketinggian lebih dari 2 meter. Ngga pakai body harness, Mbak."
"Oh, iya Pak."
Sebagai seorang pekerja, saya menyadari bahwa kecelakaan kerja selalu mengintai. Jika kita tidak waspada dan mengabaikan aturan-aturan keselamatan kerja, mungkin kita akan bernasib sama dengan pekerja yang jatuh dari ketinggian tersebut.
Ya, memang tergantung jenis pekerjaan sebetulnya. Pekerjaan yang mempunyai potensi bahaya tinggi, tentunya resikonya lebih tinggi pula. Pekerjaan kantoran mungkin resiko terpapar bahaya lebih sedikit dibanding pekerja konstruksi, atau perminyakan.
Berdasarkan data kecelakaan kerja tahun 2015, angka kecelakaan kerja di Indonesia masih tinggi, yaitu sekitat 105.182 kasus yang dilaporkan. Dan dari total jumlah kecelakaan kerja tersebut, 2.375 kasusnya adalah kecelakaan berat yang menimbulkan kematian. Dikatakan pula bahwa setiap tahun angka ini mengalami peningkatan 5%.
Ingat kasus ledakan yang terjadi di PT. Mandom Indonesia, atau jatuhnya lift yang menewaskan karyawan PT Nestle Indonesia? Hmmm, kecelakaan kerja memang selalu mengintai di mana pun.
Pekerja yang mengikuti program Asuransi Kecelakaan Kerja tentunya akan terlindungi untuk biaya rumah sakit dan pengobatan hingga pulih kembali. Untuk kasus yang menimbulkan kematian, biasanya ada bantuan biaya pemakaman, hingga bantuan untuk ahli waris, tergantung dari jenis manfaat yang diikuti.
Nah, terus bagaimana kita memilih asuransi yang sesuai? Setiap agen asuransi pasti mengklaim yang terbaik untuk nasabahnya. Bingung kan, mau pilih yang mana? Sebagai seorang pekerja yang menjadi tulang punggun atau pencari nafkah ada baiknya mempelajari mengenai asuransi kecelakaan kerja.
Sekarang, di zaman serba digital, untuk asuransi pun semakin mudah kita mencari dengan jari telunjuk kita. Futuready namanya, dimana kita bisa memperoleh informasi mengenai segala jenis asuransi yang ada. Situs online ini bisa membantu kita membuat perbandingan asuransi apa yang terbaik untuk kita sebelum kita memilih.
Ibarat supermarket, kita bisa menemukan macam-macam asuransi di Futuready. Dari yang minimum hingga manfaat Lengkap. Tinggal pilih mana yang sesuai. Lihat video berikut sebagai ilustrasinya:

Futuready adalah broker asuransi online pertama yang ada di Indonesia dan memegang lisensi dari OJK. Futuready ini merupakan bagian dari Group AEGON yang merupakan perusahaan asurasi terbaik yang berpusat di Den Haag. Oya, Futuready tidak membuat produk asuransi tersendiri, tetapi memilihkan yang terbaik dari asuransi-asuransi dari perusahaan asuransi terkemuka.
Futuready mengklaim bahwa membeli asuransi online itu mudah. Dapatkan informasi perbandingannya, kemudian beli asuransi yang cocok secara online, dan jika ada klaim pun mudah melalui sistem online juga. 
Tim Futuready juga siap untuk membantu para nasabah atau calon nasabah. Pelajari manfaat asuransi dan prosedur klaimnya. Jika ada yang tidak dipahami, jangan ragu untuk menghubungi tim Futuready, tersedia program gratis konsultasi.
Have fun, tanpa beban dengan Futuready!

Minggu, 23 Oktober 2016

Ciwa Cafe, Tempat Nongkrong Kekinian di Cilegon Bertema Halloween

ciwa cafe cilegon tempat nongkrong kekinian












Hai semua!
Tidak kerasa ya, sekarang sudah dipenghujung bulan Oktober. Rasanya dekorasi Halloween sudah mulai terlihat nih. Satu hal yang terpatri di benak saya adalah Halloween itu identik dengan hantu, permen dan permainan “trick or treat”. Ehmm, lihat di adegan film sih, berhubung saya tidak pernah merayakan Halloween. Hahaha.

Jumat, 21 Oktober 2016

Mau Traveling Hemat? Baca Dulu Ini ...


"Bule! Buat budget hotel selama di Bangkok nanti mau berapa?" Tanya Agus, satu-satunya laki-laki yang ada di group pelesiran kami. Rencananya beberapa bulan lagi kami bakal melancong ke Bangkok.
"Yang lain berapa?" Tanya saya.

Senin, 17 Oktober 2016

The Other Side of Nuniek Tirta: Bukan (Hanya) Istri Direktur


Pada tahu Nuniek Tirta Sari?
Siapa sih dia? Kepo!
Itu lho, yang namanya sedang jadi pembicaraan orang-orang, yang beritanya sedang viral, kisah tentang istri direktur yang ngga malu menggunakan baju Rp. 50.000 an.
Dalam sekejap sosok Nuniek Tirta menjadi buah bibir di dunia maya. Banyak situs berita yang menuliskan tentang dirinya, bahkan ada juga berita yang mensejajarkannya dengan Priscilla Chan (istri Mark Zuckerberg), Kate Middleton (istri Pangeran William). Tentang gaya istri orang kaya yang berpenampilan sederhana.
Hmmm, memang sih, gaya hidup seperti ini menginspirasi. Saya pernah mendengar seseorang bercerita mengenai gaya hidup istrinya. Dia bilang istrinya hobi mengkoleksi baju-baju juga tas-tas branded, sampai satu lemari penuh dengan baju dan tas. Satu baju bisa seharga Rp 2.000.000, yang tentu saja mendengar informasi seperti ini saya langsung bengong. Jelas saja saya bengong, karena untuk ukuran kami, dengan penghasilan karyawan, baju seharga itu rasanya hanya cukup dipandang mata saja dan membiarkannya tergantung di etalase. Hal ini juga membuat saya berpikir, pantas saja para suami bekerja membanting tulang, bahkan sampai ngga ada malunya sama sekali meributkan masalah lemburan jika memang gaya hidupnya seperti ini.
Maka tidak heran jika status Nuniek Tirta pada tanggal 5 Oktober 2016 menjadi viral dengan statementnya: “Istri Direktur aja ngga malu pakai baju 50 ribu, kamu ngga malu pakai barang mahal tapi gaji habis buat bayar/nyicil/nunggak/ngutang/pakai uang orang?”
Status di atas di-share sebanyak 20.000 kali dengan 791 komentar! Dan komentarnya pun macam-macam, dari yang positif sampai yang negatif pun ada. Baca komentar-komentarnya bikin kening mengkerut, mesem-mesem sampai kesel pengen nimpuk. Aiih, yang komentar di status orang, lah kok saya yang kesel? Piye? Ada yang komentar bahwa baju syar’ie yang sampai menutup cadar perlu modal minimal 200 ribu, ada yang nulis nyindir : baju 50 ribu tapi jam tangan 500 ribu. Dan tidak sedikit pula yang justru merasa terinspirasi dengan postingan tersebut.
Sebelum statusnya menjadi viral, sebetulnya itu diawali dengan status tanggal 3 Oktober, dimana Nuniek Tirta menuliskan bahwa dirinya mempunyai alasan yang baik kenapa sering memposting #ootd dengan hastag #superaffordablestyle. Untuk menunjukkan bahwa tampil gaya tidak harus selalu mahal, baju murah pun bisa kelihatan tidak murahan. Di akhir postingan itu, Nuniek mengadakan kuis tebak harga baju merah garis-garis putih yang dikenakannya. Saya pun sempat ikut menebaknya. Tebakan saya 65 ribu! Jawaban yang meleset 15 ribu, haha. Yah, namanya juga usaha.
Poin yang saya tangkap dari status sharenya Nuniek Tirta, sebetulnya bukan di harga baju 50 ribu-nya. Setiap orang boleh dan bebas memilih gaya hidupnya masing-masing, beli barang branded misalnya. Tetapi pesan lain Nuniek Tirta dengan #superaffordablestyle yang saya tangkap: sesuaikanlah dengan penghasilan atau pendapatan kita, jangan sampai bergaya hidup mewah tetapi hidup sehari-hari pun susah. Hmmm, apalagi kalau sampai harus dikejar debt collector. Ih, amit-amit deh, jangan sampai. 
Status Nuniek menjadi viral ditambah karena dirinya adalah istri seorang Direktur. Menjual banget judul: Kisah Istri Direktur yang Pakai Dress Seharga Rp 50 ribu. Dan itu menjadi judul di beberapa media online.
Tapi, jauh sebelum itu, selain memang sering menginspirasi dengan #ootd-nya, Nuniek Tirta adalah sosok yang membuat saya berpikir kembali mengenai eksistensi diri. Puaskah saya ada di posisi sekarang? Apa potensi diri yang bisa saya kembangkan lebih lanjut? Beranikah saya melangkah lebih jauh? Bagaimana saya bisa agar lebih percaya diri berbicara di depan umum, bagaimana agar saya bisa berkontribusi buat yang lain, dan lain sebagainya.
Awal pertemuan dengannya adalah saat saya diundang blogger gathering di Rasane Seafood. Well, awalnya saya tidak tahu siapa Nuniek Tirta. Saya hanya mengenalnya dari email mengenai informasi seputar gathering tersebut. The way she wrote the email, entah kenapa membuat saya berpikir bahwa perempuan kelahiran 6 September ini adalah sosok yang hangat dan supel. Dan dari situ saya penasaran, sempat stalking account Facebooknya.
Selalu suka dengan gayanya dan the way she treats others with warm heart.
Dan status yang ditulisnya, membuat saya tertarik, yaitu mengenai being extrovert dan introvert, juga menahan diri untuk tidak terlalu cepat mengambil kesimpulan sendiri. Dari hasil stalking ini, saya mengetahui bahwa Nuniek Tirta belajar psikologi. Yang membuat saya berpikir: Wah, keren nih . . . sudah cantik, pintar pula!
Pada saat acara gathering tiba. Terus terang, itu pertama kalinya saya datang di event blogger. Dan, saya shock saat melihat blogger-blogger lain yang namanya terbaca di meja. Mira Sahid, Donna Imelda, haydeerahma, dan sederet blogger famous lainnya. Duh, ini ngga salah undang kan? Hampir saja saya balik badan buat kabur dari tempat itu.

Baca juga: Avilla Residence & Rasane Seafood Gading Serpong, Konsep Bisnis Terintegrasi
Inilah awal tatap muka dengan Nuniek Tirta. Orangnya humble, ngga ada kesan sombong sama sekali, sehingga saya pun menjadi nyaman kembali berada di antara para blogger keren dan kece. Suaranya renyah, setiap ngomong selalu dengan ekspresi bahagia dan ceria, jadi orang yang di dekatnya pun pasti ikutan terbawa dengan energinya. Saat itu Nuniek datang bersama suami dan kedua anaknya. Anaknya lucu-lucu dan penuh percaya diri.
Quote-nya selalu inspiring: you're free to choose, but you're not free from the consequences of your choice
Saya tidak tahu saat itu bahwa suaminya adalah Direktur Tiket.Com, yang saya tahu adalah suaminya sempat membantu kami mengatur kepiting supaya kelihatan menarik untuk difoto. Orangnya ngga sombong juga, tapi ya memang sih kelihatan kalau orang berada. Seorang blogger bilang bahwa Natali Ardianto, suami Nuniek Tirta, adalah petinggi di sebuah perusahaan penjulan tiket online besar. Itu saja yang saya tahu saat itu.
Setelah acara selesai, Nuniek Tirta masih sempat-sempatnya mengirimkan email terima kasih ditambah dengan rangkuman informasi acara yang detail. Masih dengan bahasanya yang ramah dan hangat. You know? This remind me of Japanese coucher and one of the book the I’ve read. CS Book! Buku tentang kepuasan pelanggan yang kami dapatkan di kantor dan setiap pagi dibaca bersama satu tema, begitu setiap hari sampai kelar satu buku. Saya bilang dalam hati, hmmm, inilah contoh real pelaksanaan CS Book. Saya belajar dari sini bagaimana memperlakukan orang lain dengan tulus sepenuh hati.
Setelah itu saya sering melihat statusnya memajang #ootd, lengkap dengan detail harga dan di mana dibelinya. Menurut saya itu menginspirasi. Saya pernah sangat tertarik dengan dress panjang berwarna pelangi yang dikenakannya dan dibeli dengan harga affordable banget untuk saya, sampai saya searching saking lucunya itu baju.
Selain #ootd, Nuniek juga selalu sharing mengenai aktivitasnya sehari-hari yang super sibuk. Kadang tengah malam baru selesai, atau bahkan ada yang hampir 24 jam ngga tidur. Saat membaca statusnya, saya hanya bisa bilang: busyeet, ngga ada capenya! Superwoman sekali. Di tengah kesibukannya pun, masih sempat mengambil rapot sekolah kedua anaknya ataupun menemani anaknya ke pesta ulang tahun.
Sebagai initiator start-up lokal, digital influencer, blogger padat dengan seabreg aktivitas.
Tapi masih seorang ibu yang selalu support anak-anaknya dan terlibat dalam kegiatan mereka.
Sama seperti ibu lainnya di dunia yang terharu ketika menerima morning greeting seperti ini. 
Dari sini saya belajar, untuk mencapai sesuatu yang kita inginkan, ya perlu usaha yang extraordinary pula. Jangan harap hanya dengan bersantai-santai, saya bisa tiba-tiba sukses. Untuk menjadi sukses ya kita harus berusaha melebihi apa yang dilakukan kebanyakan orang.
Hal lain yang membuat saya kaget, anak kedua dari tiga bersaudara ini ternyata seorang blogger juga. Beberapa tulisannya di blog juga menginspirasi, seperti mengenai parenting, juga traveling hemat ke Jepang bersama keluarga. Kalau melihat dari statusnya, Nuniek selain orangnya senang berkomunikasi dengan banyak orang, juga hobi membaca, menulis dan mendengarkan musik. Saya pernah baca mengenai buku favoritnya ketika kecil adalah buku kakek penyakit.
Nuniek juga sering memposting foto-foto jalanan. Bukan foto jalan yak, tapi foto-foto humanis. Misalkan tentang orang-orang yang masih berupaya menaklukkan kerasnya Jakarta di usia senja, dan lainnya. Pokoknya foto-fotonya penuh kepedulian terhadap orang-orang kecil.
Walaupun punya seabrek aktivitas, sebagai inisiator start-up lokal, Indonesia Lifestyle Digital Influencer, yang mengharuskannya wara-wiri dari satu tempat ke tempat lain, termasuk menjadi pembicara; istri dari dari Natali Ardianto, ibu dari dua anak cantik Michelle & Vica ini selalu menyempatkan menciptakan quality time dengan keluarga. Nuniek punya rutin aktivitas nge-date berdua dengan suaminya, hmmm, romantis banget. Seseruan staycation bersama suami dan anak-anaknya, atau hanging outs dengan ibu dan kedua saudara perempuannya.
Sebagai seorang istri yang mendampingi dan mensupport suami.
Life balance bersama keluarga
Selalu ada hal lain dari Nuniek Tirta yang membuat kagum, bukan sekedar dirinya adalah seorang istri Direktur. Nuniek Tirta adalah Nuniek Tirta dengan kepribadian yang melekat padanya yang membuatnya mempesona dan menginspirasi. Tentunya hal ini tidak lepas dari pendidikan yang ditanamkan kedua orang tuanya ya.
Saya sungguh terinspirasi membaca kisah-kisahnya. Salah satu yang membuat saya berani bermimpi untuk melakukan sesuatu hal yang lain dan perlahan keluar dari zona nyaman saya. Sok yang masih penasaran dengan Nuniek Tirta Sari, bisa dikepo-in media sosialnya atau di www.nuniek.com blog personalnya.


Note: 
Sumber foto facebook Nuniek Tirta Sari, foto blogger gathering Avilla Residence

Selasa, 11 Oktober 2016

Sakit Itu Menyedihkan, Jenderal!

theragran-m, vitamin yang bagus untuk mempercepat masa penyembuhan
Siapa yang pernah berharap sakit?
Sepertinya hanya saya deh yang pernah berharap ingin jatuh sakit. Duluuu sekali, saya pernah iri dengan orang yang gampang sakit, sedikit-sedikit pingsan. Dalam bayangan saya, enak sekali jadi orang seperti ini.
Bagaimana tidak enak? Bayangkan saja, giliran saya kepanasan latihan upacara bendera untuk persiapan 17 Agustus, dia enak-enak berteduh, ditangani pasukan P3K. Pada saat saya harus berdiri tegak di barisan pasukan pramuka dan dibentak-bentak kakak angkatan, dia langsung pucat, mau pingsan, sehingga langsung digotong para kakak panitia. Ah, enak sekali jadi orang berpenyakitan, begitu pikir saya.

Senin, 10 Oktober 2016

Ada Apa di Launching XL 4G LTE, Banten Press Cenference

4G merata seluruh Banten?
Ah, yang bener?
Masa? Ngga percaya, ah! Mana buktinya?
Ketika mendengar acara peluncuran XL 4G LTE yang akan dilaksanakan di Hotel Ratu, Serang Banten, terus terang saya penasaran. Emang coverage area 4G XL ini akan sejauh mana, begitu pikir saya.
Bukan apa-apa. Beberapa bulan yang lalu, saya sempat kecewa gara-gara membeli paket XL plus bonus 19 Gigabyte di jaringan 4G dengan harga yang relatif murah. Eh, tahunya, itu kuota sebesar itu tidak bisa dipakai sama sekali di 4G gara-gara sinyalnya ngga lewat di area kediaman saya di daerah Cigodag City, alias Serdang Keramatwatu tercinta.

Jumat, 07 Oktober 2016

4 Drama Korea Favorit Yang Dibintangi Lee Sang Yoon

drama korea favorit lee sang yoon

Halo, Annyeong!
(Euuuh, sok pakai bahasa Korea, niy. Abis makan kimchi.)
Setelah beberapa lama istirahat dari kegilaan nonton drama Korea, sepertinya sindrom itu kembali hadir gara-gara Lee Sang Yoon.
Drama Korea itu bikin addicted. Saking addictednya, mata kamu bisa kayak panda, gara-gara nonstop nonton dari pagi sampai ketemu pagi lagi. Kamu bisa hilang nafsu makan, ngga bisa tidur gara-gara nunggu sambungan ceritanya minggu depan. Pun malas ngerjain aktivitas karena teringat adegan romantis OTP. Yang ketawa, mesem-mesem baca ini, pasti pernah ngalamin deh sindrom akut seperti ini.
Kayak sindrom orang jatuh cinta aja yak, sampai sebegitunya. Makanya, jika kamu belum terkontaminasi, saya sarankan sih jangan pernah sekali-kali mencoba nonton drama Korea.
Back to Lee Sang Yoon, awalnya saya tahu aktor Korea satu ini lewat drama Angel Eyes. Yang bikin saya tertarik adalah jalan ceritanya. Tapi, saat si karakter beranjak dewasa, saya sempet ngedumel, iih, pemeran pria dewasanya kok jelek sih. Walaupun ujungnya saya tetap bertahan menonton karena alur cerita dan pemeran utama wanitanya. Yang akhirnya saya ngga menyesal, karena lama kelamaan melihat akting si Lee Sang Yoon, kok jadi charming gitu, kharismatik. Dan, bisa ditebak setelah episode terakhir, saya jadi bongkar-bongkar film doi yang lama. Sampai sekarang terus mengikuti aktingnya di drama-drama terbarunya.
Aktor Korea kelahiran 15 Agustus 1981 ini, menurut saya sih ngga ganteng-ganteng amat. Tapiii, aktingnya yang bikin kelepek-kelepek. Emosinya dapat banget. Superb deh. Ekspresi muka saat sedih, saat menggoda, saat marah, saat bahagia, saat jahil. Pokoknya, termangu deh lihat ekspresinya saat berakting. Apalagi lihat lesung pipitnya. Walah, walah!!!
Nah, dia juga nih yang membuktikan bahwa aktor itu bisa pinter juga. Haha. Pacarnya Uee (After School) ini, meraih predikat sarjana fisika dari Universitas Nasional Seoul, di tahun 2013. Fisika, bo!! Iih, pelajaran paling menyebalkan dan susahnya minta ampun. Mendingan belajar kimia seharian deh.
Ya, itu deh perkenalan singkat profil Lee Sang Yoon. Selanjutnya, beberapa drama Lee Sang Yoon yang pernah saya tonton adalah sebagai berikut.
1. My Daughter Seo Young (2012)
Ini drama Lee Sang Yoon kedua yang saya tonton setelah Angel Eyes. 
Di drama ini, Lee Sang Yoon beradu akting dengan Lee Bo Young (I Hear Your Voice). Cocok lah, kebetulan saya pun suka dengan aktingnya Bo Young, sejak di Mr. Goodbye. 
Drama ini berkisah mengenai seorang perempuan bernama Seo Young, yang dari kecil hidupnya penuh dengan cobaan dan mencari nafkah sendiri untuk membiayai kuliahnya di fakultas hukum dan adik kembarnya yang kuliah di kedokteran. Seo Young juga membenci ayahnya, karena beranggapan kesulitan yang dihadapi keluarganya adalah akibat kelakuan ayahnya.
Hidup Seo Young yang keras, menyebabkan Seo Young sangat mandiri dan sukar memperlihatkan emosi/ekspresi perasaannya kepada orang lain, termasuk dengan Kang Woo Jae (Lee Sang Yoon) yang kemudian menjadi suaminya.
Seo Young tidak mengakui ayahnya, bahkan berbohong kepada Kang Woo Jae dan keluarganya bahwa dia adalah anak yatim piatu. Sampai bertahun kemudian, kebohongannya terkuak, dan pernikahannya diambang kehancuran. 
Bagaimana Seo Young berdamai dengan hatinya, dengan ayah dan saudara kembarnya, dengan suaminya, dengan keluarga suaminya yang kaya raya, sungguh mengaduk-aduk perasaan yang menonton. 
Walaupun jumlah episodenya terbilang cukup banyak, 50 episode, tapi drama yang satu ini adalah tetap merupakan drama favorit saya yang dibintangi Lee Sang Yoon. Akting Lee Sang Yoon di sini keren abis deh kalau menurut saya. Layak buat ditonton. 
Berkat My Daughter Seo Young, Lee Sang Yoon meraih penghargaan Popularity Award 20th Korean Culture and Entertainment Awards, Best Couple Award KBS Drama bersama Lee Bo Young, nominasi Best Actor pada ajang 49th Baeksang Art Awards, nominasi Excellent Award Actor di 6th Korea Drama Awards.
drama korea favorit lee sang yoon
My Daughter Seo Young, Lee Sang-yoon & Lee Bo-young
2. On The Way To The Airport (2016)
Sebenarnya sih, On The Way To The Airport ini, kalau saya mau jujur, this is the best drama that Lee Sang Yoon ever has. Tapi berhubung saya nonton My Daughter Seo Young terlebih dahulu, ya drama ini menjadi urutan kedua favorit saya dimana Lee Sang Yoon menjadi pemeran utama.
Drama On The Way To The Airport saat ini masih sedang berlangsung di KBS. Baru 6 episode sampai dengan minggu ini.
Cerita yang diusung drama ini, lain dari biasanya. Yaitu mengangkat tema mengenai mungkinkan ada pertemanan murni di antara perempuan yang sudah menikah dan lelaki yang sudah menikah. Hmmm, tema yang menarik sih kalau menurut saya.
Kali ini Lee Sang Yoon berpasangan dengan Kim Ha Neul. 
Drama ini menceritakan hubungan Soo Ah (Kim Ha Neul), seorang pramugari Air Asia yang bersuamikan pilot yang juga bekerja di maskapai penerbangan yang sama dan Seo Do Woo (Lee Sang Yoon), seorang dosen arsitektur yang beristrikan Hye Won. Mereka berdua masing-masing sudah dikarunia seorang anak yang berangkat remaja (12 tahun). 
Nasib akhirnya mempertemukan mereka, setelah Seo Eun Woo, anak perempuan Do Woo meninggal karena kecelakaan. Setiap kejadian malah semakin mendekatkan perasaan Soo Ah dan Do Woo, yang justru perasaan ini sebetulnya menimbulkan konflik karena keduanya terikat dalam pernikahan masing-masing.
Menurut saya, plot drama On The Way To Airport ini sedikit banyak menyerempet mengenai moral. Di satu sisi penonton berharap tidak ada perselingkuhan, di satu sisi penonton justru berharap Soo Ah dan Do Woo bersatu. Chemistry antara Lee Sang Yoon dan Kim Ha Neul kuat banget, sampai ibaratnya tanpa kata-kata pun, hanya dengan bahasa tubuh dan kalbu perasaan mereka terlukiskan. Drama ini sukses bikin galau penonton, terutama saya. Ending mana yang saya inginkan?
drama korea favorit lee sang yoon
On The Way To The Airport, Lee Sang-yoon & Kim Ha-neul
3. Angel Eyes (2014)
Seperti yang sudah diceritakan, Angel Eyes adalah drama Korea Lee Sang Yoon pertama yang saya tonton. Awalnya sih ngga tertarik blas baca sinopsisnya. Tapi karena waktu itu ngga ada daftar lain di kumpulan softcopy drama Korea di handphone saya, jadi deh nonton ini. Eaaa, sukses bikin saya nangis tersedu-sedu.
Kalau di Angel Eyes ini, Lee Sang Yoon berpasangan dengan Ku Hye Sun, itu loh yang memerankan Geum Jan Di di drama Boys Over Flower. Lee Sang Yoon memerankan karakter Park Dong Joo dewasa, sedangkan Ku Hye Sun memerankan karakter Yoon Soo Wan dewasa.
Dikisahkan Dong Joo remaja jatuh cinta dengan Soo Wan yang buta. Yoon Soo Wan berusaha mandiri ditengah kebutaannya, berusaha terlihat seperti orang normal. Dia menjadi part timer di observatorium. Awalnya Soo Wan selalu menolak Dong Joo, sampai akhirnya Soo Wan pun bisa menerima ketulusan Dong Joo. Lucu deh melihat cinta remaja ini.
Tetapi Dong Joo dan Soo Wan remaja berpisah saat Ibunya Dong Joo mengalami kecelakaan dan Dong Joo berangkat ke Amerika untuk penobatan adik perempuannya. Dong Joo tidak sempat pamit kepada Soo Wan yang pada waktu bersamaan menjalani operasi mata. Soo Wan menerima donor mata dari Ibu Dong Joo.
12 tahun kemudian, Soo Wan (Ku Hye Sun) menjadi pekerja emergency rescue wanita. Karakternya berubah menjadi ceria, tidak seperti di awal cerita yang pemalu dan menolak bergaul dengan orang. Dong Joo (Lee San Yoon) yang kini telah menjadi seorang dokter ahli bedah kembali ke Korea dan mencari Soo Wan. Dong Joo sempat salah paham, mengira Soo Wan sudah menikah saat melihat Soo Wan dari jauh sedang mencuci mobil emergency bersama seorang anak.
Tapi memang saat itu Soo Wan sudah bertunangan dengan Kang Ji Woon yang merupakan anak dari sahabat ayahnya. Walaupun begitu, Soo Wan belum bisa melupakan cinta pertamanya, selalu teringat kepada Dong Joo yang sekarang menggunakan nama Dylan Park.
Dong Joo yang mengetahui Soo Wan sudah bertunangan, memutuskan untuk diam, tidak mengungkapkan identitasnya dan kembali ke Amerika. Tapi Soo Wan kemudian bisa mengenali Dong Joo, dan menghiba agar Dong Joo mengakui kebenarannya serta tidak kembali ke Amerika. Akhirnya, Dong Joo memutuskan kembali ke Korea.
Kisah kasih mereka tidak langsung kemudian berlangsung mulus, semulus jalan tol. Ternyata di balik donor mata yang diterima Soo Wan, ada kisah tersendiri. Ayah Soo Wan, yang merupakan dokter kenamaan di Korea, saat melihat medical record Ibu Dong Joo yang mengalami kecelakaan, sempat mempunyai pikiran untuk mengakhiri nyawa Ibu Dong Joo yang sedang kritis. Sehingga hal ini menimbulkan penyesalan pada diri ayahnya Soo Wan, dan beranggapan bahwa ibunya Dong Joo meninggal karena dirinya.
Dalam kurun waktu Dong Joo berada di Amerika, Ayah Soo Wan mendatangi Dong Joo yang masih beranggapan bahwa ayah Soo Wan ini yang telah berusaha keras menangani ibunya saat kecelakaan itu. Sikap Dong Joo, melemahkan hati ayah Soo Wan, yang kemudian jatuh hati dengan Dong Joo dan menjadikannya anak angkat, menyekolahkannya sehingga menjadi dokter bedah terkenal. Tentu saja ini dilakukan tanpa sepengetahuan Soo Wan.
Ayah Soo Wan mengetahui bahwa anaknya dan Dong Joo saling menyukai. Tetapi karena peristiwa masa lalu yang melibatkan Ibu Dong Joo, Ayah Soo Wan berusaha memisahkan mereka. Padahal sebetulnya yang membunuh Ibu Dong Joo adalah Ibunya Kang Ji Woon, tunangan Soo Wan saat ini. Motifnya adalah untuk melindungi Kang Ji Woon yang ternyata terlibat dalam kecelakaan Ibu Dong Joo tersebut.
drama korea favorit lee sang yoon
Angel Eyes, Lee Sang-yoon & Ku Hye-sun
4. Twenty Again (2015)
Di Twenty Again, Lee Sang Yoon beradu peran dengan Choi Ji Woo.
Cerita berkisah mengenai Ha No Ra (Choi Ji Woo) yang mempunyai cita-cita untuk menjadi seorang penari. Tapi sesuatu yang tidak diharapkan terjadi, dia hamil pada usia 19 tahun dan harus berhenti sekolah untuk kemudian menikah. Ha No Ra menjalani kehidupannya sebagai ibu rumah tangga dan seorang ibu. Saat usianya 38 tahun, suaminya meminta bercerai. Kemudian dia menyangka hidupnya hanya tinggal 6 bulan karena salah diagnosa. No Ra kemudian mengambil keputusan kembali sekolah dan kuliah. Yang jadi masalah adalah anak lelakinya yang berusia 20 tahun dan pacarnya juga ternyata kuliah di kampus yang sama. Plus, suaminya yang menginginkan perceraian juga mengajar di situ.
Lucu deh melihat Ha No Ra sembunyi-sembunyi kuliah, juga perlakuan teman kuliahnya yang memandangnya sebagai mahluk aneh. Di sini Ha No Ra juga bertemu dengan Cha Hyun Seok (Lee Sang Yoon), temannya saat di sekolah dulu yang diam-diam menyukai No Ra. Hyun Seok sekarang menjadi profesor seni teater di kampus tempat No Ra kuliah.
drama korea favorit lee sang yoon
Twenty Again, Lee Sang-yoon & Choi Ji-woo
Nah, itu drama Korea yang dibintangi Lee Sang Yoon yang menjadi favorit saya. Sebetulnya ada beberapa dramanya yang lain seperti Goddess of Fire, Life is Beautiful, Liar Game, tapi saya belum menontonnya. Jadi ngga bisa memberikan komentar, apakah drama tersebut bagus atau tidak. Itu drama favorit saya, drama favorit kamu yang mana?