Berbicara mengenai
liburan impian, rasanya banyak tempat yang ingin saya jelajahi. Dari mulai
pegunungan, lembah berbukit, padang pasir, hingga pesisir pantai. Mulai dari
tujuan wisata dalam negeri hingga luar negeri.
Orang tua saya berharap anak perempuannya ini bisa menjelajah
negeri. Ibu saya bercerita, ketika saya lahir 39 tahun yang lalu, Mak Paraji
(Dukun Beranak, dulu di kampung belum ada dokter kandungan atau bidan) yang
menolong kelahiran saya mendoakan agar kelak saya bisa merantau ke Jakarta.
Kata Mamah, dulu dalam benak orang kampung, Jakarta itu adalah tempat yang
paling jauh, jadi doanya supaya bisa merantau ke Jakarta.
Doanya terkabul. Saya merantau sampai ke Cilegon. Lebih jauh dari
Jakarta. Duuuh, coba Mak Paraji tahu negara-negara Eropa, yak. #keplak! Bangun,
woy!
Ayah saya memberi nama Mandalagiri yang merupakan nama sebuah
gunung di Garut, di belakang nama saya. Mungkin harapannya, agar saya bisa
tangguh seperti gunung yang berdiri tegak, menaungi berbagai kehidupan di
dalamnya, juga cinta dengan alam.
Cinta alamnya sih iya, terkabul. Karena saya suka liburan di alam
terbuka. Sejak kuliah, saya senang menjelajah bukit, gunung dan pantai. Puncak
Gunung Ciremai adalah yang tertinggi yang berhasil saya daki pada masa itu. Lho
kok tidak sejak sekolah menengah atau sekolah dasar? Entahlah, dulu saya cupu
sekali, ingetnya cuma belajar. Hmmm, sampai sekarang masih cupu juga sih, kata
teman.
Hidup terus berputar, kecintaan saya menjelajah terus berlanjut.
Pulau Peucang dan Kawasan Hutan Lindung Ujung Kulon menjadi saksi bagaimana
saya menjelajahi tiap jengkal tanahnya. Setelah menikah dan dikaruniai dua
orang putri, saya mengajak mereka menjadi bukit kecil dekat rumah. Saya ingin
mereka belajar kehidupan pada setiap perjalanan yang mereka lakukan. Saat
menaiki bukit, saya berharap mereka belajar, bahwa kehidupan pun ada kalanya
naik dan turun. Saya berharap mereka semangat dan tidak mudah menyerah saat
menghadapi kesulitan dan tetap rendah hati saat dalam suasana lapang.
Keinginan saya agar mereka belajar kehidupan pun terus bergulir.
Saya ingin mereka mengenal sejauh dan sebanyak mungkin dunia yang mungkin
berbeda dengan yang mereka kenal saat ini. Mengenal keanekaragaman budaya,
memahami toleransi sesama umat, menanamkan empati, dan lain sebagainya.
Saya mengajak mereka traveling ...
Melalui traveling mereka bisa belajar banyak hal selain
mendapatkan kesenangan liburan. Dari mulai merencanakan jadwal perjalanan,
merancang tempat wisata yang ingin mereka kunjungi dangan efisien, mengatur
pengeluaran, memikirkan keperluan yang harus mereka bawa, sampai bagaimana kita
merencanakan hotel tempat kita menginap di setiap tempat yang kita datangi.
Jenis liburan yang kami pilih pun beragam. Backpacker, flash
packer, ataupun luxury travel, tidak menjadi masalah. Saya pikir, mereka akan
belajar banyak hal dari berbagai gaya liburan ini. Tentu saja mungkin jika
diharuskan memilih mereka lebih senang jika kami staycation di hotel. Hmmm,
anak-anak memang selalu suka staycation di hotel, santai tanpa terburu-buru dan
menikmati semua fasilitas hotel.
Malah mereka berharap orang tuanya adalah owner hotel, biar bisa
staycation lebih sering. Beuh, emang dipikirnya uang tinggal memetik dari
pohon.
Balik lagi ke perihal liburan impian, dua tahun ini ada impian
yang belum sempat kami realisasikan. Selalu saja gagal. Entah karena bentrok
jadwal sekolah anak-anak, jadwal cuti kami, ataupun karena kekhawatiran saya
yang berlebihan untuk mengadakan perjalanan liburan impian ini.
Ya, liburan impian kali ini, cukup memakan waktu, tenaga juga
biaya. Suami sudah beberapa kali menyampaikan ajakannya, tapi saya selalu
mundur dan mundur lagi.
Memangnya liburan impian seperti apa yang membuat saya khawatir
berlebihan?
Liburan impian keluarga kecil kami adalah lintas Sumatra,
menyusuri Lampung hingga Aceh di titik nol KM Indonesia dan lintas Jawa-Nusa
Tenggara Timur, menyusuri Pulau Jawa hingga ke Ende.
See? Perlu persiapan matang kan? Apalagi keluarga kecil kami
senang melakukan perjalanan melalui darat. Kata suami sih, dengan perjalanan
darat kita bisa merasakan setiap jengkal tanah Indonesia, melihat keragaman di
tempat yang satu dan yang lain, menikmati bentangan alam dari ujung ke ujung.
Perjalanan terjauh kami melalui jalur darat hingga saat ini adalah
jalur Lampung - Palembang, dan jalur Anyer - Jogjakarta. Kalau saya ingat ke
belakang, mengenang perjalanan ini, banyak melibatkan emosi dan mengalami
berbagai peristiwa yang mewarnai perjalanan kami.
Saya dan suami terkadang banyak berselisih, terutama mengenai
pemilihan jalur dan hotel tempat kami menginap. Terkadang karena sisi easy
going saya, menyepelekan masalah booking hotel. Saya pikir, booking di tempat
saja nanti, atau booking online satu hari, dan kalau cocok tinggal
diperpanjang, kalau ngga cari hotel yang lain. Nah, gara-gara ini,
hampir-hampir kami pernah harus bermalam di mobil. Padahal hotel yang kami
tempati itu sangat strategis dekat dengan tempat pelaksanaan event, plus
harganya murah. Mau murka ngga sih, saat ingin memperpanjang ternyata ngga bisa
karena hunian penuh saat puncak event?
Kekhawatiran terbesar saya ketika merencanakan liburan impian ini,
salah satunya adalah masalah hotel. Ya, karena budget terbatas, biasanya saya
booking online jauh-jauh hari. Nah, bayangkan jika saya sudah booking di
beberapa kota, mendadak ada pekerjaan yang ngga bisa ditinggalkan. Otak
langsung mengkalkulasi kerugian yang akan ditimbulkan.
Liburan panjang yang akan datang di bulan Desember, suami sudah
menanyakan jauh-jauh hari, kemana kita akan berlibur. Karena saat liburan
panjang biasanya kita harus persiapan untuk cuti. Dan sepertinya, tahun ini pun
kita pun harus melupakan perjalanan lintas Sumatra atau lintas Jawa menuju
Flores.
Mengingat di bulan Januari jadwal padat dengan undangan-undangan
nikah keluarga, yang mau tak mau kami harus mengambil cuti agak banyak juga.
Jadi untuk liburan di Desember ini saya hanya ingin mencari yang dekat-dekat
saja, seperti area Bandung dan Bogor. Impian saya tidak muluk-muluk, yang
penting adalah kebersamaan.
Kelihatannya sih jatuhnya ke Kota Bandung, walaupun agak khawatir
dengan cuaca ekstrim saat ini.
Terakhir kami berlibur di Bandung adalah awal bulan ini. Kami
menghabiskan waktu dua hari di Lembang. Malam hari yang dingin kami mencoba
jajanan khas Bandung, serabi panas aneka rasa di Setiabudi, dan di siang hari
kami menjelajah Dusun Bambu.
Anak-anak gembira bisa mengeksplore Dusun Bambu. Banyak permainan
yang mengasah kreativitas mereka di sana. Salah satunya adalah mewarnai
celengan.
Sayangnya liburan kemarin kami agak terburu-buru, sehingga belum
semua tempat tereksplor. Azka sampai merengek-rengek ingin mencoba Wonderland
Rabbit di Dusun Bambu. Saya bilang, "lain kali kita ke sini lagi ya.
Waktunya tidak cukup, kita harus segera balik ke Cilegon."
Hmmm, saya masih meninggalkan hutang rupanya.
Untungnya saya membaca Halaman Promo #HolidayFiesta di Traveloka
App. Mengingatkan akan janji yang belum terlunasi. Saatnya #AppyTraveling nih.
Karena jarak yang tidak terlalu jauh antara Cilegon dan Bandung,
promo yang sesuai yang bisa dimanfaatkan adalah #HolidayFiesta untuk Hotel. Ada
banyak pilihan promo yang membuat saya galau, karena ratenya lumayan. Tapi,
akhirnya saya memutuskan jika ke Bandung akan memilih Hotel Jayakarta yang
terletak di Dago Atas.
Kenapa memilih itu? Saya pernah menginap satu kali di situ, dan
hotelnya children friendly, jadi cocok untuk liburan keluarga kecil kami. Ada
children club, outdoor pool untuk anak-anak, juga ada pasir pool kecil di
pojokan yang menimbulkan sensasi berasa di pantai. Ke pantai yang ngga perlu panas-panas, ya di Jayakarta Hotel.
Saya bayangkan dari Cilegon, berkendara mengambil jalur Subang
menuju Lembang, mampir di Dusun Bambu, menghabiskan waktu di situ. Jika sempat
ingin juga ke Sky Tree The Lodge, biar kekinian, foto diketinggian dengan
pemandangan hutan pinus. Di sore hari baru kami beranjak menuju Dago untuk
menginap.
Hmmm, untuk makan malam di mana yak? Ah, saya ingin mencoba Rumah
Miring Bar (Cloud 9), atau ke Stone Cafe. Makan malam dengan menikmati
pemandangan ke arah Kota Bandung yang penuh dengan kerlap kerlip lampu tentunya
akan menyuguhkan sensasi makan malam yang fantastis, menyempurnakan liburan
kami di Bandung.
Besoknya kami akan menikmati staycation saja di hotel, sampai
waktu check out tiba. Sebelum pulang tidak lupa beli oleh-oleh khas Bandung.
Oya, liburan kali ini, selain keluarga kecil kami, sebetulnya
ingin mengajak orang tua saya juga dan adik. Lebih mudah untuk kami berkumpul
di Bandung, karena kota ini adalah tempat yang terdekat dari tempat kami
masing-masing tinggal. Hmmm, seru kali ya liburan keluarga besar begitu.
Langsung deh jingkrak-jingkrak kayak Tasya, "Libur tlah tiba! Libut tlah
Tiba! Hatikuuu gembira!"
Semoga kesampaian bisa berkumpul dengan keluarga besar di bulan
Desember ini.
Aamiin.