Senin, 28 November 2016

Liburan Impian Keluarga Kecil Kami

Liburan Impian
Berbicara mengenai liburan impian, rasanya banyak tempat yang ingin saya jelajahi. Dari mulai pegunungan, lembah berbukit, padang pasir, hingga pesisir pantai. Mulai dari tujuan wisata dalam negeri hingga luar negeri.
Orang tua saya berharap anak perempuannya ini bisa menjelajah negeri. Ibu saya bercerita, ketika saya lahir 39 tahun yang lalu, Mak Paraji (Dukun Beranak, dulu di kampung belum ada dokter kandungan atau bidan) yang menolong kelahiran saya mendoakan agar kelak saya bisa merantau ke Jakarta. Kata Mamah, dulu dalam benak orang kampung, Jakarta itu adalah tempat yang paling jauh, jadi doanya supaya bisa merantau ke Jakarta.
Doanya terkabul. Saya merantau sampai ke Cilegon. Lebih jauh dari Jakarta. Duuuh, coba Mak Paraji tahu negara-negara Eropa, yak. #keplak! Bangun, woy!
Ayah saya memberi nama Mandalagiri yang merupakan nama sebuah gunung di Garut, di belakang nama saya. Mungkin harapannya, agar saya bisa tangguh seperti gunung yang berdiri tegak, menaungi berbagai kehidupan di dalamnya, juga cinta dengan alam.
Cinta alamnya sih iya, terkabul. Karena saya suka liburan di alam terbuka. Sejak kuliah, saya senang menjelajah bukit, gunung dan pantai. Puncak Gunung Ciremai adalah yang tertinggi yang berhasil saya daki pada masa itu. Lho kok tidak sejak sekolah menengah atau sekolah dasar? Entahlah, dulu saya cupu sekali, ingetnya cuma belajar. Hmmm, sampai sekarang masih cupu juga sih, kata teman.
Hidup terus berputar, kecintaan saya menjelajah terus berlanjut. Pulau Peucang dan Kawasan Hutan Lindung Ujung Kulon menjadi saksi bagaimana saya menjelajahi tiap jengkal tanahnya. Setelah menikah dan dikaruniai dua orang putri, saya mengajak mereka menjadi bukit kecil dekat rumah. Saya ingin mereka belajar kehidupan pada setiap perjalanan yang mereka lakukan. Saat menaiki bukit, saya berharap mereka belajar, bahwa kehidupan pun ada kalanya naik dan turun. Saya berharap mereka semangat dan tidak mudah menyerah saat menghadapi kesulitan dan tetap rendah hati saat dalam suasana lapang.
Keinginan saya agar mereka belajar kehidupan pun terus bergulir. Saya ingin mereka mengenal sejauh dan sebanyak mungkin dunia yang mungkin berbeda dengan yang mereka kenal saat ini. Mengenal keanekaragaman budaya, memahami toleransi sesama umat, menanamkan empati, dan lain sebagainya.
Saya mengajak mereka traveling ...
Melalui traveling mereka bisa belajar banyak hal selain mendapatkan kesenangan liburan. Dari mulai merencanakan jadwal perjalanan, merancang tempat wisata yang ingin mereka kunjungi dangan efisien, mengatur pengeluaran, memikirkan keperluan yang harus mereka bawa, sampai bagaimana kita merencanakan hotel tempat kita menginap di setiap tempat yang kita datangi.
Jenis liburan yang kami pilih pun beragam. Backpacker, flash packer, ataupun luxury travel, tidak menjadi masalah. Saya pikir, mereka akan belajar banyak hal dari berbagai gaya liburan ini. Tentu saja mungkin jika diharuskan memilih mereka lebih senang jika kami staycation di hotel. Hmmm, anak-anak memang selalu suka staycation di hotel, santai tanpa terburu-buru dan menikmati semua fasilitas hotel.
Malah mereka berharap orang tuanya adalah owner hotel, biar bisa staycation lebih sering. Beuh, emang dipikirnya uang tinggal memetik dari pohon.
Balik lagi ke perihal liburan impian, dua tahun ini ada impian yang belum sempat kami realisasikan. Selalu saja gagal. Entah karena bentrok jadwal sekolah anak-anak, jadwal cuti kami, ataupun karena kekhawatiran saya yang berlebihan untuk mengadakan perjalanan liburan impian ini.
Ya, liburan impian kali ini, cukup memakan waktu, tenaga juga biaya. Suami sudah beberapa kali menyampaikan ajakannya, tapi saya selalu mundur dan mundur lagi.
Memangnya liburan impian seperti apa yang membuat saya khawatir berlebihan?
Liburan impian keluarga kecil kami adalah lintas Sumatra, menyusuri Lampung hingga Aceh di titik nol KM Indonesia dan lintas Jawa-Nusa Tenggara Timur, menyusuri Pulau Jawa hingga ke Ende.
Liburan Impian
See? Perlu persiapan matang kan? Apalagi keluarga kecil kami senang melakukan perjalanan melalui darat. Kata suami sih, dengan perjalanan darat kita bisa merasakan setiap jengkal tanah Indonesia, melihat keragaman di tempat yang satu dan yang lain, menikmati bentangan alam dari ujung ke ujung.
Perjalanan terjauh kami melalui jalur darat hingga saat ini adalah jalur Lampung - Palembang, dan jalur Anyer - Jogjakarta. Kalau saya ingat ke belakang, mengenang perjalanan ini, banyak melibatkan emosi dan mengalami berbagai peristiwa yang mewarnai perjalanan kami.
Saya dan suami terkadang banyak berselisih, terutama mengenai pemilihan jalur dan hotel tempat kami menginap. Terkadang karena sisi easy going saya, menyepelekan masalah booking hotel. Saya pikir, booking di tempat saja nanti, atau booking online satu hari, dan kalau cocok tinggal diperpanjang, kalau ngga cari hotel yang lain. Nah, gara-gara ini, hampir-hampir kami pernah harus bermalam di mobil. Padahal hotel yang kami tempati itu sangat strategis dekat dengan tempat pelaksanaan event, plus harganya murah. Mau murka ngga sih, saat ingin memperpanjang ternyata ngga bisa karena hunian penuh saat puncak event?
Kekhawatiran terbesar saya ketika merencanakan liburan impian ini, salah satunya adalah masalah hotel. Ya, karena budget terbatas, biasanya saya booking online jauh-jauh hari. Nah, bayangkan jika saya sudah booking di beberapa kota, mendadak ada pekerjaan yang ngga bisa ditinggalkan. Otak langsung mengkalkulasi kerugian yang akan ditimbulkan.
Liburan panjang yang akan datang di bulan Desember, suami sudah menanyakan jauh-jauh hari, kemana kita akan berlibur. Karena saat liburan panjang biasanya kita harus persiapan untuk cuti. Dan sepertinya, tahun ini pun kita pun harus melupakan perjalanan lintas Sumatra atau lintas Jawa menuju Flores.
Liburan Impian
Mengingat di bulan Januari jadwal padat dengan undangan-undangan nikah keluarga, yang mau tak mau kami harus mengambil cuti agak banyak juga. Jadi untuk liburan di Desember ini saya hanya ingin mencari yang dekat-dekat saja, seperti area Bandung dan Bogor. Impian saya tidak muluk-muluk, yang penting adalah kebersamaan.
Kelihatannya sih jatuhnya ke Kota Bandung, walaupun agak khawatir dengan cuaca ekstrim saat ini.
Terakhir kami berlibur di Bandung adalah awal bulan ini. Kami menghabiskan waktu dua hari di Lembang. Malam hari yang dingin kami mencoba jajanan khas Bandung, serabi panas aneka rasa di Setiabudi, dan di siang hari kami menjelajah Dusun Bambu.
Anak-anak gembira bisa mengeksplore Dusun Bambu. Banyak permainan yang mengasah kreativitas mereka di sana. Salah satunya adalah mewarnai celengan.
Sayangnya liburan kemarin kami agak terburu-buru, sehingga belum semua tempat tereksplor. Azka sampai merengek-rengek ingin mencoba Wonderland Rabbit di Dusun Bambu. Saya bilang, "lain kali kita ke sini lagi ya. Waktunya tidak cukup, kita harus segera balik ke Cilegon."
Hmmm, saya masih meninggalkan hutang rupanya.
Untungnya saya membaca Halaman Promo #HolidayFiesta di Traveloka App. Mengingatkan akan janji yang belum terlunasi. Saatnya #AppyTraveling nih.
Liburan Impian
Karena jarak yang tidak terlalu jauh antara Cilegon dan Bandung, promo yang sesuai yang bisa dimanfaatkan adalah #HolidayFiesta untuk Hotel. Ada banyak pilihan promo yang membuat saya galau, karena ratenya lumayan. Tapi, akhirnya saya memutuskan jika ke Bandung akan memilih Hotel Jayakarta yang terletak di Dago Atas.
Liburan Impian
Kenapa memilih itu? Saya pernah menginap satu kali di situ, dan hotelnya children friendly, jadi cocok untuk liburan keluarga kecil kami. Ada children club, outdoor pool untuk anak-anak, juga ada pasir pool kecil di pojokan yang menimbulkan sensasi berasa di pantai. Ke pantai yang ngga perlu panas-panas, ya di Jayakarta Hotel. 
Saya bayangkan dari Cilegon, berkendara mengambil jalur Subang menuju Lembang, mampir di Dusun Bambu, menghabiskan waktu di situ. Jika sempat ingin juga ke Sky Tree The Lodge, biar kekinian, foto diketinggian dengan pemandangan hutan pinus. Di sore hari baru kami beranjak menuju Dago untuk menginap.
Liburan Impian

Liburan Impian

Hmmm, untuk makan malam di mana yak? Ah, saya ingin mencoba Rumah Miring Bar (Cloud 9), atau ke Stone Cafe. Makan malam dengan menikmati pemandangan ke arah Kota Bandung yang penuh dengan kerlap kerlip lampu tentunya akan menyuguhkan sensasi makan malam yang fantastis, menyempurnakan liburan kami di Bandung.
Besoknya kami akan menikmati staycation saja di hotel, sampai waktu check out tiba. Sebelum pulang tidak lupa beli oleh-oleh khas Bandung.
Oya, liburan kali ini, selain keluarga kecil kami, sebetulnya ingin mengajak orang tua saya juga dan adik. Lebih mudah untuk kami berkumpul di Bandung, karena kota ini adalah tempat yang terdekat dari tempat kami masing-masing tinggal. Hmmm, seru kali ya liburan keluarga besar begitu. Langsung deh jingkrak-jingkrak kayak Tasya, "Libur tlah tiba! Libut tlah Tiba! Hatikuuu gembira!"
Semoga kesampaian bisa berkumpul dengan keluarga besar di bulan Desember ini.
Aamiin.

Minggu, 27 November 2016

Perjalanan Terjauh dan Terberat (Part-2)

perjalanan singapura, malaka, kuala lumpur
Di  Malaka, sangat beruntung sekali penginapan kami berseberangan dengan Masjid Kampung Kling yang terkenal sebagai salah satu masjid tertua di Kota Merah Malaka. Saya bertekad untuk menunaikan sholat Shubuh di masjid, esok hari. 
Tidak seperti halnya di Singapura, di Malaka saya mendengar suara adzan Shubuh yang menembus kayu-kayu jendela tanpa kaca, kamar saya yang kebetulan letaknya paling depan. Alangkah senangnya hati saya begitu mendengar suara tersebut. Tak sabar, saya membuka jendela kamar. Menara masjid terlihat dari tempat saya berdiri.  Walaupun suara adzannya tidak sekencang di Indonesia, saya sudah merasa senang, minimal suasananya lebih terasa dibanding saat di Singapura. 

Senin, 21 November 2016

Hal Penting yang Harus Diperhatikan Saat Memilih Kaos

TIPS MEMILIH KAOS
Bagi kebanyakan orang kaos atau T-shirt adalah salah satu pakaian dasar dan cukup penting untuk digunakan. Juga bagi kaum wanita. Mulai dari anak-anak sampai dewasa, kita terbiasa menggunakan kaos untuk kegiatan sehari-hari. Karena bentuknya yang sederhana dan sangat nyaman, kaos jadi favorit semua orang. Meskipun demikian, masih saja banyak orang yang tidak memperhatikan hal-hal penting saat menggunakan kaos, sehingga kaos tidak sesuai dengan badan mereka. Masalah yang paling umum adalah kaosnya kebesaran.
Belakangan memang ada trend menggunakan oversized T-shirt yang dipadukan dengan celana legging. Tapi jika kamu “tidak sengaja” menggunakan kaos yang kebesaran, maka akan terlihat aneh.
Berikut adalah beberapa yang perlu di perhatikan dalam memilih kaos:
Bagian Bahu
Bagian yang paling terlihat untuk mengetahui kaos kamu kebesaran atau tidak adalah jahitan bahu. Jahitan yang menghubungkan lengan dengan bagian utama kaos harus jatuh tepat di sudut tulang bahu, hal ini agar bahu kamu terlihat lebar atau menonjolkan bahu kamu yang sudah lebar.
Sangat tidak disarankan untuk memakai kaos yang jahitannya jatuh pada lengan karena tidak beresiko memakai kaos yang kekecilan. Bahkan pada oversized T-shirt, potongan bahu tetap pas di bahu.
Bagian Lengan
Beda hal nya dengan lengan, ukurannya agak lebih bebas. Untuk kaos lengan pendek, jatuhnya ujung lengan seharusnya sekitar pertengahan lengan bagian atas. Tetapi hal ini bebas kemauan Kamu, tergantung style/tampilan mana yang Kamu suka.
Jika Kamu ingin terlihat/menyukai style skinny, ujung lengan jatuhnya sekitar 1/3 (sepertiga) lengan bagian atas. Jika Kamu lebih nyaman dengan pakaian yang longgar, Kamu dapat memilih yang jatuhnya sekitar 2/3 (dua per tiga) dari lengan atas.
Kamu yang punya lengan kecil, sebaiknya memilh kaos yang mempunyai lingkar lengan lebih besar sekitar 2 jari dari ukuran lengan Kamu. Karena jika lebih besar dari itu akan membuat Kamu terlihat lebih kurus.
Panjang Kaos
Untuk urusan panjangnya kaos, sebaiknya minimal harus menutupi setengah ikat pinggang Kamu, dan maksimal sampai setengah zipper celana Kamu. Kaos yang panjangnya di luar itu akan terlihat aneh jika di kenakan. Tapi ada juga model kaos ngatung atau cropty, ini tentu saja pengecualian untuk ukuran kaos standar.

Jika Kamu ingin membeli kaos terutama belanja online, sebaiknya ketahui dulu ukuran beberapa bagian tubuh Kamu. Selain itu kamu juga bisa memilih kaos dengan berbagai harga, warna dan model. Dengan panduan di atas kamu bisa lebih efektif dalam memilih kaos. Sisanya tinggal urusan pilih harga kaos wanita dewasa yang kamu suka.


Rabu, 16 November 2016

Jaket Parka Cocok Untuk Traveling ke Daerah Dingin

Apa yang kamu pikirkan pertama kali saat akan bepergian ke daerah dingin?
Jaket tebal!
Ya, jaket tebal akan membantu kita menghalau dingin yang menyerang tubuh kita.
Nah, berhubung saya termasuk traveler yang setengah cuek, terkadang saya melupakan membawa barang penting yang satu ini. Akibatnya? Kedinginan semalaman, seperti saat ini berada di daerah Lembang yang dinginnya menusuk tulang saat malam hari tiba.
Ah, saya jadi teringat Jaket Parka yang fashionable itu. Selain hangat dan tebal, jaket yang satu ini digemari karena modelnya yang keren. Itu loh, yang sering dipakai artis dan aktor di drama Korea, saat musim dingin tiba.
jaket parka modis dan murah
Jaket Parka ini sebetulnya sudah dikenal sejak zaman dahulu. Jaket ini biasanya digunakan untuk melindungi tubuh dari udara dingin atau cuaca ekstrim, terutama di daerah kutub yang terkenal kedinginannya. Dulu, jaket ini terbuat dari kulit binatang dengan dilengkapi tudung, bahkan dilapisi bulu-bulu. Para pemburu di kutub sering menggunakannya.
Agak sedikit berbeda dengan jaket, parka ini lebih panjang jika dibanding jaket. Bahkan sampai menutupi pantat sampai lutut.
Nama parka sendiri berasal dari Bahasa Nenets yang tinggal di kepulauan Aleutian, yang bisa diartikan sebagai kulit hewan.
Dalam perkembangannya, parka digunakan oleh penerbang militer AS yang ditempatkan di daerah-daerah sangat dingin, di sekitar awal tahun 1950. Parka yang mereka gunakan didesign untuk bisa menahan suhu sampai -50oC. Baru pada tahun 1970-an, polyester mulai digunakan sebagai material untuk membuat parka, sehingga jaket tebal ini menjadi lebih ringan.
Di kawasan Eropa, parka menjadi populer dan tren di kalangan anak muda sampai akhir 1980-an, dan mulai tidak dilirik sampai akhir 1990-an karena parka identik dengan si kutu buku. Hmmm, emang kenapa ya dengan kutu buku?
Parka mulai kembali mengambil hati para pencinta fashion sejak akhir 1990-an, bahkan semakin tren hingga sekarang. Banyak yang jual jaket parka saat ini, bahkan brand-brand terkemuka juga memproduksi parka dengan beragam model juga beragam bahan sebagai produk eklusif.
Bukan hanya buat pria, tapi untuk wanita pun tersedia dengan model yang trendi. Bisa dipadu padankan dengan inner dan jeans. Keren deh. Duh, saya pun naksir dengan jaket parka ini. Tapi di mana ya ada yang jual jaket parka?
Jangan khawatir, sekarang banyak kok yang jual jaket parka. Bagaimana dengan harga jaket parka? Hmmm, ada harga ada kualitas dong yak.
Yakin deh, ini berguna sekali jika kalian yang akan bepergian ke daerah dingin, atau ke negara-negara 4 musim, seperti Rusia, Jepang, Korea, dan lain lain. Yuk, yang mau bepergian ke daerah dingin, beli jaket parkanya.

Selasa, 15 November 2016

Surga Itu Bernama Pahawang

Masih ingat saat terakhir kali kita berbincang-bincang di Masjid Raya Malaysia, awal tahun lalu. Kamu bilang tertarik untuk mengunjungi Indonesia suatu hari kelak. Kemarin Aku lihat di status media sosial, kamu kembali melanjutkan perjalanan keliling negara-negara di Asia termasuk Australia. Tetapi kamu melewatkan Indonesia.
Aku sedih, kenapa Kamu tidak mampir ke Indonesia.
Tawaranku masih berlaku. Seperti janjiku semula, jika Kamu datang ke Indonesia, please call me, I'll be your guide. Kan ku tunjukkan tempat-tempat terbaik di mana surga bersembunyi.
Jika kamu tidak punya waktu mengunjungi semua tempat indah di Indonesia, tak usah pergi terlalu jauh. Dari tempatku tinggal, sekitar 6 jam perjalanan, ada satu hidden paradise yang wajib kamu datangi. Namanya Pahawang.
hidden paradise Pulau Pahawang
Surga bernama Pahawang
Aku tidak tahu kenapa diberi nama Pahawang. Ada yang bilang dulu pada abad ke-17, orang yang pertama kali tinggal di sini adalah seorang perempuan Cina Betawi yang dikenal sebagai Mpok Awang. Dipercaya sebuah makam keramat yang terdapat di pulau ini adalah makannya Mpok Awang. Ada juga yang bilang, nama Pahawang berasal dari seorang nahkoda Cina bernama Hawang. Ah, entahlah mana yang benar. Tapi yang pasti gugusan pulau-pulau yang terletak di Kecamatan Pasawaran ini merupakan surga yang tersembunyi bagi para pencinta pantai dan underwater
Pulau Pahawang sendiri ada dua, yaitu: Pulau Pahawang Besar dan Pulau Pahawang Kecil. Di sekitarnya masih terdapat pulau-pulau kecil lainnya seperti Pulau Kelagian, Pulau Lalangga Lunik, Pulau Tanjung Putus, Pulau Balak, dan lainnya. Kesemua pulau di gugusan Pahawang ini terkenal masih asli dan asri, dengan pantai pasir putihnya yang bersih, juga terumbu karangnya yang indah.
Hmmm, terus terang aku ingin sekali menjelajah pulau-pulau Pahawang dan sekitarnya, bahasa kerennya hoping island. Sejak mengikuti websitenya salah satu blogger di Lampung, hasratku semakin menggebu. Namanya Yopie Pangkey. Foto-fotonya mengenai tempat-tempat wisata Lampung sangat memanjakan mata, termasuk video underwaternya yang terkagum-kagum.
Jika kamu punya kesempatan datang ke Indonesia, mari kita menjelajah Pahawang!
Dari Cilegon, kita akan menyeberang Selat Sunda menggunakan kapal ferry menuju Lampung dan kita akan terus berkendara menuju Dermaga Ketapang. Tujuan pertama kita adalah Pulau Kelagian Kecil untuk snorkeling.  
Aku lihat di status-status media sosial kamu, sepertinya kamu sangat suka dengan wisata alam dan wisata yang menantang adrenalin. Snorkeling pasti akan menjadi aktivitas menyenangkan bagi kamu. Katanya sih di sekitar gugusan Pahawang ini, kamu bakal bisa bertemu dengan Finding Nemo yang asli, bukan hanya sekedar Nemo di televisi.
hidden paradise Pulau Pahawang
Menemukan banyak Nemo di antara terumbu karang
Kata seorang teman, Kelagian Kecil mempunyai jenis pasir putih yang halus dan bersih. Asyik juga kali yak, berjalan sepanjang pantai tanpa alas kaki. Merasakan butir-butir halus pasir putih menyentuh kulit kita.
Tak jauh dari Kelagian Kecil, ada Pulau Kelagian Besar. Ada satu fakta yang mungkin kamu akan tertarik. Kamu tahu? Pulau Kelagian Besar sering dijadikan tempat latihan militer TNI Angkatan Laut. Oleh karena itu pulau ini dikenal juga oleh masyarakat sekitar sebagai Pulau Marinir. Jadi, jangan heran jika di sini, kamu tidak menemukan pemukiman penduduk.
Setelah puas dengan snorkeling, kita akan menuju Pulau Pahawang Besar. Kita akan menginap di sini. Oya, ada satu tempat peristirahatan di sini yang aku suka, di mana bangunannya penuh dengan unsur kayu dan terampung di atas air. Saat sore hari, duduk-duduk di terasnya, kaki tercelup ke dalam air, sambil menatap matahari tenggelam ke dalam laut, akan menjadi kenangan yang menakjubkan.
hidden paradise Pulau Pahawang
Menikmati sunset dari rumah terapung
hidden paradise Pulau Pahawang
Keindahan alam yang menakjubkan di Pahawang

Di malam harinya, kita habiskan malam dengan barbeque hasil tangkapan laut. Berbagi cerita mengenai perjalanan traveling kita. Aku ingin mendengar kisah petualanganmu di beberapa negeri yang telah kamu kunjungi. Hmmm, what a perfect life! Duh, tak sabar rasanya untuk segera ke Pahawang.
Ah, tapi kita tidak boleh kemalaman tidur, karena esok kita akan melihat Pahawang Kecil, yang letaknya sekitar 10 menit berperahu tradisional. Letaknya berdekatan ya? Tapi kita tidak bisa sembarangan turun di pulau yang ternyata sudah ada pemiliknya. Yah, minimal kita tahu keunikan Pulau Pahawang kecil. Apa uniknya? Jadi, ketika air laut sedang surut, akan terlihat Pasir Timbul yang menghubungkan Pulau Pahawang Kecil dan Pulau Pahawang Besar. Seru juga sepertinya berjalan meniti Pasir Timbul ini, seolah-olah kita sedang berjalan di atas jembatan.
Selain Kelagian dan Pahawang, ada juga Pulau Tanjung Putus. Konon katanya, dahulu pulau ini menyatu dengan daratan Sumatera, tetapi akibat letusan dasyat Gunung Krakatau pada tahun 1883, pulau ini terpisah dari daratan Sumatera. Itulah kenapa pulau ini dinamakan Tanjung Putus. Di tempat ini kamu bisa memuaskan hasrat snorkeling kamu yang menggebu.
hidden paradise Pulau Pahawang
Nemo dan aneka terumbu karang juga tanaman laut.
hidden paradise Pulau Pahawang
Mengejar Nemo tiada bosan, karena lucunya.
hidden paradise Pulau Pahawang
Terumbu-terumbu karang berwarna-warni

Jadi, kapan kamu akan berkunjung ke Indonesia? Aku berjanji akan sebisa mungkin untuk membuat kamu menikmati perjalanan di sini, terutama ke Pahawang. Oya, Desember ini kelihatannya Pahawang bakal ramai dengan orang yang akan merayakan tahun baru. Ada acara festival warna segala. Hmmm, kayak di India yak. Kelihatannya bakal seru. 
Sampai ketemu ya, please always keep in touch.

Mari Kita Ke Pahawang. The Hidden Paradise!!

***

Senin, 07 November 2016

Perkembangan Pariwisata Tanah Air, Kendala, Hingga Upaya Pembangunan Sustainable Tourism

"Situs Banten Lama ini adalah situs tata kota modern terbesar di Indonesia yang bentuknya masih bisa terlihat," suara pemandu terdengar masih bersemangat di tengah siraman sinar matahari terik siang itu.
Saya sedikit menyangsikan penjelasannya. Ah, masa iya situs kota modern terbesar? Bukannya Situs Trowulan, ya?
Seperti melihat keraguan di wajah saya, pemandu melanjutkan penjelasannya, "Situs Trowulan adalah situs tata kota dari zaman Hindu dan budha, sedangkan Situs Banten Lama adalah yang terbesar yang ditemukan dari Kerajaan Islam di Nusantara."
Wow! Saya semakin tertarik menjelasan mengenai sejarah keberadaan Situs Banten Lama, yang meliputi daerah Keraton Kaibon, Benteng Surosowan, Masjid Agung Banten Lama, Benteng Speelwijk, Vihara, Tasikardi, juga Pelabuhan Karangantu. Sejak menginjakkan kaki 15 tahun lalu di Banten, saya selalu merasakan ketertarikan yang kuat. Menurut saya, Banten Lama ini jika dikelola dan dikembangkan lebih jauh, bisa menyamai ketenaran Kota Tua Malaka. Ah, saya jadi berandai-andai.
Perkembangan Pariwisata Indonesia & Kendalanya
Saya pernah berkesempatan mengunjungi negara-negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam. Ketika ketika menginjakkan kaki kembali di bumi pertiwi, beribu pertanyaan berseliweran di kelapa saya. What’s wrong with this country? We have everything here! Kita punya Raja Ampat yang ngga kalah dari Phi Phi Island, Bintan yang ngga kalah cantik dari Phuket ataupun Langkawi, juga Borobudur sebagai candi Budha terlengkap dan terbesar di dunia, serta banyak destinasi wisata lainnya yang belum tersentuh.
Indonesia punya banyak potensi wisata yang jauh lebih indah dan bervariasi yang bisa diperkenalkan kepada dunia internasional.  Tapi dibandingkan dengan negara-negara tetangga, kunjungan wisatawan ke Indonesia masih kalah. Sebagai perbandingan, pada tahun 2015 walaupun jumlah kunjungan wisatawan asing mencapai target yaitu sekitar 10 juta turis, tetapi masih kalah jika dibandingkan dengan wisatawan yang mendatangi Singapura (15 juta) dan Malaysia (27 juta).
Diakui bahwa pariwisata merupakan salah satu sektor ekonomi yang terbesar dan tercepat pertumbuhannya. Oleh karenanya, pariwisata tetap menjadi primadona dalam program pembangunan nasional, karena pariwisata yang berhasil dapat menggerakkan roda perekonomian, mendatangkan devisa, menciptakan lapangan pekerjaan, juga mengembangkan usaha setempat.
Indonesia mencanangkan pertumbuhan kontribusi terhadap PDB menjadi 15% di tahun 2019 dari 9% di tahun 2014. Hmmm, suatu target yang fantastis yak. Itu berarti dalam 5 tahun target kedatangan wisatawan mancanegara harus meningkat dari 9 juta orang menjadi 20 juta orang. Ambisius? Ya! Tapi bukan berarti mustahil kan?
Indonesia juga mentargetkan indeks daya saing pariwisata Indonesia menjadi 30 pada tahun 2019 dari nilai 70 di tahun 2014. Pencapaian indeks pariwisata yang dikeluarkan oleh World Economic Forum dalam Travel & Tourism Competitiveness Report, tahun 2015, Indonesia menduduki peringkat ke-50, naik 20 tingkat dibanding tahun 2014. Masih jauh di bawah Singapura (peringkat ke-11), Malaysia (peringkat ke-25) dan Thailand (peringkat ke-35).
potret pembangunan indonesia di bidang pariwisata

Rabu, 02 November 2016

Perjalanan Terjauh dan Terberat (Part - 1)

wisata singapura bugis area
“Sometimes it's the journey that teaches you a lot about your destination.” (Drake)
 ---
Agustus 2015
Malam telah semakin larut. Mata saya sudah terasa berat, ibarat lampu yang sinarnya meredup. Jam menunjukkan pukul 12 malam, saat laporan hasil rapat kemarin selesai. Setelah menekan perintah shut down, saya bergegas bangkit dan menuruni tangga. Saya masih harus menyiapkan dan mengemas barang-barang ke dalam tas ransel. Besok malam sudah siap berangkat untuk menyusuri Jalur Sutra Gong Traveling bersama Azka dan ke 12 peserta lainnya. Barang bawaan harus seringkas mungkin karena perjalanan melintasi 2 negara dengan berbagai moda transportasi akan lebih nyaman dengan bawaan yang tidak memberatkan pundak. 
Kembali ke kamar atas, terdengar suara nafas Azka yang tiba-tiba memberat dan berbunyi. Aku panik, kuambil nebulizer dan kubangunkan Azka untuk memasangnya masker di mukanya. Aduh, ya Allah, aku mohon jangan sampai kambuh dan bertambah parah alerginya Azka. Besok malam, kami sudah harus berangkat. 
"Kapan berangkat?" tiba-tiba suara suamiku yang menahan kantuk terdengar. 
"Besok malam," jawabku singkat, tertunduk, dan khawatir dia akan menyuruh saya membatalkan rencana keberangkatan kami besok. 
"Bawa saja nebulizer-nya. Jaga-jaga kalau alerginya kambuh," sahutnya dengan mata masih terpejam.
Kulirik 2 tas ransel di sampingku. Hmm...ditambah nebulizer dan tas kecil berisi dokumen-dokumen perjalanan! Aku menarik napas panjang. Ah, sebelum berangkat pun barang bawaan sudah terasa berat di pundak. 
Bagi kamu, kemana perjalanan terberat dan terjauh yang pernah kamu lakukan?
Apakah ke Singapura? Jepang? Eropa? Amerika?
Atau, backpacker ke luar negeri bersama anak yang sewaktu-waktu kambuh alerginya, melintasi Jalur Sutra selama 5 hari . . .
Traveling melintasi 2 negara, membawa anak usia 10 tahun, saat alergi dan asmanya kumat, membuatku sedikit was-was. Bagaimana jika tiba-tiba asmanya bertambah parah di tengah perjalanan? Tanpa ayahnya, ditambah perjalanan backpacker yang menuntut stamina prima karena banyak mengandalkan kekuatan kedua belah kaki dan juga pundak, tentunya akan menjadi perjalanan yang cukup melelahkan.
Tak sadar saya melirik kembali kedua buah ransel dan tas kecil saya.
Terpaksa dengan berat hati saya meninggalkan nebulizer. Bismillah, Azka akan sehat dan kuat. Surat keterangan dokter yang saya dapat kemarin,  saya pastikan masuk di dalam tas dokumen. Saya berdoa dalam hati mudah-mudahan obat-obat cair Azka tidak kena sweeping di bandara, karena penerbangan internasional tidak memperbolehkan membawa cairan lebih dari 100 ml. 
Akankah perjalanan ini menjadi perjalanan terberat dan terjauh bagiku? 
--- 
Kisha o matsu kimi no yoko de boku wa (aku berdiri di sampingmu menunggu kereta)
Tokei wo kinishiteru (tidak bisa tidak melirik jam)
Kisetsuhazure no yuki ga futteru (salju turun dari langit, bukan musimnya)

Suara Kiroro sayup-sayup menelisik kuping saya. Sambil menahan kantuk dengan mata setengah tertutup, saya mencoba meraih telepon genggam yang seingat saya terselip di bawah bantal. Jam berapa ini? Sudah tiba waktu subuh? 
Jemari saya menyentuh layar touch screen LG G3. Suara Kiroro pun berhenti. Terlihat dilayar pukul 4.30 pagi. Ah, sudah tiba waktu subuh. Dengan susah payah, saya memaksa tubuh untuk bergerak bangun. Berat sekali! Tubuh rasanya remuk redam setelah seharian kemarin menyusuri Marina Bay menonton pertunjukan spektakuler, laser dan kembang api dalam rangka perayaan ulang tahun emas Singapura, kemudian dilanjutkan menyusuri kawasan Chinatown sebelum akhirnya kembali terkapar di Adamson Inn, penginapan cozy di area Bugis. 
Bu Nufus beserta anaknya yang berusia hampir sama dengan Azka, Alya dan Nabila masih tertidur nyenyak di ranjangnya masing-masing. Saya memanjat tangga yang menghubungkan ranjang bawah dan atas, melongok Azka yang juga masih meringkuk nyenyak dibuai mimpi. Hmmm . . . selagi yang lain masih asyik di pulau kapuk, lebih baik saya mandi dengan air hangat untuk menghilangkan penat dan kantuk. Dengan suasana guest house masih sunyi senyap, kita bisa sepuasnya mandi air hangat tanpa gangguan. 
Jam menunjukan pukul 5.30 pagi. Saya ingat perbedaan waktu Indonesia dengan Singapura adalah 1 jam. Berarti sekarang pukul 4.30 WIB, pikir saya. Jarum jam terus berputar. Lho, kok tidak ada tanda-tanda adzan dari Mesjid Sultan yang dua bangunan dari Adamson Inn. Saya menyingkap tirai jendela. Masih gelap. Sesekali terlihat mobil lewat di ruas Jalan Pinang. Kubah masjid berwarna kekuningan muncul dibalik gedung sebelah. Ah, sudah waktunya Shubuh mungkin, pikir saya. Kemudian saya memutuskan untuk sholat subuh 2 raka'at, walaupun saya tidak tahu apakah sudah masuk waktunya atau belum. Masjid Sultan dekat sekali, tapi saya ragu dan takut pergi sendirian untuk menunaikan sholat di sana. 

wisata singapura bugis area
"Satu-satunya mesjid di Singapura yang adzannya boleh dikeraskan adalah di Masjid Sultan ini," kata Gola Gong, saat kami melintasi masjid kemarin siang, menuju penginapan kami di Adamson Inn. Sama sekali tidak terlintas bahwa yang dimaksud boleh dikeraskan itu adalah panggilan adzan samar-samar yang saya dengar kemudian. Ah, panggilan yang sayup sekali dari arah Masjid Sultan.
Bukan suara adzan yang seperti sering terdengar di tanah air. Walaupun sangat dekat dengan masjid, hanya terhalang dua bangunan ruko dari Adamson Inn, suara adzan di sini hampir tidak terdengar. Dan Adamson Inn bukanlah sebuah bangunan hotel dengan peredam dinding yang bisa menghalangi suara masuk dari luar. Saya sampai harus mendekati jendela agar bisa mendengar suara adzan.
Tiba-tiba Saya dilanda kerinduan suasana Shubuh di tanah air, di mana suara adzan yang kencang saling bersahutan dari beberapa mesjid, mengguncang keheningan dini hari, membangunkan umat. Dada terasa sesak, dan kelopak mata mulai dipenuhi genangan air.
Masjid Sultan yang terletak di Muscat Street, Singapura. Masjid ini merupakan masjid terbesar di Singapura dan merupakan landmark daerah Bugis. Wisatawan banyak mendatangi areal masjid yang dibangun oleh Sultan Hussain, bangsawan Melayu dari Johor setelah perjanjian dengan Stanford Raffless. Letaknya berdekatan dengan istana sultan yang sekarang telah berubah fungsi menjadi Malay Heritage Centre. 

Jika kamu berjalan mengelilingi area ini, akan terasa suasana perpaduan budaya muslim Arab, Turki, Melayu, India, juga Sumatra dan Jawa. Di sini sebelah Malay Heritage Centre, didominasi oleh bangunan-bangunan tinggi khas Eropa. Menyusuri jalur ini seolah lost in time. Saya de javu, seolah terlempar ke abad lampau. 
wisata singapura bugis area
wisata singapura bugis area
wisata singapura bugis area
Terus berjalan melewati Bussorah Street, suasana Timur Tengah semakin terasa lebih kental. Dahulu, Bussorah Street ini bernama Jalan Sultan. Sebagian jalan yang dekat dengan Masjid Sultan terkenal dengan sebutan Kampung Kaji. Diduga kata ini berasal dari bahasa Jawa "haji", yang dilafalkan "kaji". Ya, sampai tahun 1970-an, area ini merupakan tempat berkumpul muslim Asia Tenggara yang mau berangkat haji menggunakan kapal laut, menuju ke dan kembali dari Jeddah. Tak heran jika area Bugis ini banyak ditemukan restoran makanan halal, seperti restoran India, Arab, bahkan warung Padang pun ada.
Menurut Gola Gong, Singapura merupakan negara multikultural yang melarang simbol-simbol agama di ruang publik. Walaupun begitu, penduduk Singapura saling menghormati kebebasan beragama.
wisata singapura bugis area
Mau tidak mau, di benak saya melayang wacana larangan penggunaan speaker untuk adzan di masjid. Ah, akankah ke depannya Indonesia seperti Singapura? Suara adzan, panggilan untuk sholat tidak boleh berkumandang lagi atas nama tolerasi beragama?  
Jika di Singapura ada Masjid Sultan, saya pun penasaran dengan wilayah antara Singapura dan Malaysia. Entah kenapa saya selalu tertarik dengan bangunan kuno, terutama masjid. Saya ingin mengetahui sejarahnya dan maknanya bagi masyarakat sekitar. Tujuan kami berikutnya adalah Malaka.  
Malaka, negeri yang pernah terkenal dan berjaya dengan kesultanan Islam.  Rasanya sudah tak sabar mengunjungi negeri ini. Azka pun seolah berkompromi dengan alerginya di hari pertama perjalanan ini. Alhamdulillah, dia tidur dengan nyenyak setelah seharian tanpa rewel menjelajah Bugis, Marina Bay dan China Town. 
wisata singapura bugis area
(Bersambung part-2)