Sail To Krakatau

sail to krakatau
“Ayo bangun, bangun, bangun!” Pagi-pagi saya sudah sibuk membangunkan anak-anak dari peraduannya yang penuh dengan bunga mimpi. Hari libur begini memang enaknya tidur lagi setelah sholat subuh. “Ayo dong! Kan hari ini kita mau sail to Krakatau,” seru saya lagi sambil menarik selimut tebal yang menutupi tubuh mungil mereka.

“Hah? Krakatau?” Si bungsu, Aisya, langsung terbangun dan mengucek-ngucek matanya. “Krakatau itu yang Dede lihat di TV, gunung yang katanya meletus itu?” Tanyanya dengan ekspresi melongo. “Iiiih, ngga ah, Dede ngga mau ikut. Takut. Dede di rumah aja,” lanjutnya sambil menggidikkan badannya. Mulutnya sedikit memberengut.

“Haa? Ngga ikut? Ih, Ade kok tega. Harus ikut pokoknya. Ibu kan sudah bayar muaahal,” saya membujuknya dengan hiperbola, membuat gerakan tangan membulat besar. “Berapa emang bayarnya?” Tanyanya penasaran. “Hmmm, pokoknya lumayan deh,” jawab saya singkat. Dia pun mangut-mangut dengan ekspresi muka yang enggan untuk ikut pergi. Saya juga jadi ikutan berpikir, cukup besar juga ya, hanya demi melihat Krakatau dari atas kapal. Sedikit sesal muncul di dalam hati.

“Duh, jangan pasang muka takut gitu dong. Ini kan hanya anaknya,” canda saya ketika melihat ekspresi Aisya yang tampak berat sekali untuk pergi. “Ibunya emang kemana?” Aisya pun terlihat mulai tertarik. “Kan ibunya meletus, terus dari letusan itu muncul deh anaknya yang sekarang diberi nama Anak Gunung Krakatau,” jelas saya lagi. “Ih, ibunya kok tega ninggalin anaknya. Kan kasihan anaknya sendirian,” dengan muka polosnya Aisya mengasihani Anak Gunung Kratakau yang ditinggal ibunya.

Ya, hari ini rencananya kita akan berlayar menuju Gunung Krakatau yang melegenda, bahkan namanya pun dikenal seluruh antero dunia. Eh, sebenarnya sih Anak Gunung Krakatau, karena gunung aktif ini muncul setelah letusan tahun 1883. Acara Sail to Krakatau ini diadakan dalam rangka ulang tahun kota Cilegon ke-17 dan ASDP ke-43. Sebanyak kurang lebih 1.500 orang akan mengikuti tur menuju kaldera Krakatau Purba. Hmmm, perjalanan yang menarik, sekaligus membuat hati berdebar-debar.

Kisah Krakatau Purba Hingga Anak Gunung Krakatau

Mendengar namanya, orang akan teringat dengan letusannya pada tahun 1883 yang konon katanya suara letusannya terdengar hingga 3.000 mil jauhnya. Letusannya diingat sebagai letusan yang paling mematikan dan paling merusak dan sejarah manusia. Bagaimana tidak, sekitar kurang lebih 36.417 orang menjadi korban akibat letusan dan dasyatnya tsunami yang terjadi. Beberapa sumber malah mengatakan bahwa korban jiwa melebihi 120.000 orang.

Penduduk Perth Australia Barat dan Mauritius yang berjarak 3.000 mil jauhnya, mengira ledakan tersebut berasal dari meriam yang ditembakkan dari kapal terdekat. Rata-rata suhu global turun sebesar 1,2oC dan cuaca di seluruh dunia tetap tidak beraturan beberapa tahun setelah ledakan. Tapi betulkah letusan pada tahun 1883 merupakan letusan yang pertama kalinya?

Para ahli geologi menyimpulkan dari hasil analisis lapisan vulkanik di sekitar Krakatau, letusan tahun 1883 bukanlah merupakan letusan yang pertama. Sebelumnya pernah terjadi beberapa kali letusan yang bahkan lebih hebat dari letusan tahun 1883. Duh, ngga kebayang seperti apa dasyatnya letusan sebelumnya. Tahun 1883 saja sudah sedemikian hebatnya sehingga bisa mempengaruhi perubahan cuaca dunia. Konon katanya letusan pertama kali dari Krakatau Purba sampai memisahkan Pulau Jawa dan Sumatera.

Jadi bagaimana sejarah letusan Gunung Krakatau ini? Yuk kita baca kisah tentang ibu Krakatau.

Menurut para ahli, awal mulanya terdapat Gunung Krakatau Purba yang kemudian meletus dan hancur berkeping, sehingga hanya menyisakan 3 bagian di tepi yaitu: Rakata, Panjang (Krakatau Kecil) dan Sertung dengan kaldera di tengah. Rakata yang masih aktif kemudian semakin membesar, dan dari tengah kaldera Krakatau Purba muncul 2 gunung aktif baru yaitu Danan dan Perbuatan dengan letak tidak berjauhan dari Rakata. Sehingga sebelum letusan pada tahun 1883, di bekas tempat Krakatau purba, terdapat 3 puncak gunung aktif, yaitu: Rakata, Danan dan Perbuatan.  

Keberadaan Gunung Krakatau Purba ini tercatat dalam teks Jawa Kuno, Pustaka Raja Parwa yang diperkirakan berasal dari abad ke 416 Masehi. Gunung Krakatau Purba ini disebut sebagai Gunung Batuwara yang letusannya memisahkan Pulau Jawa sehingga terbentuk daratan Sumatera. Menurut kitab ini, Gunung Batuwara mempunyai ketinggian 2.000 meter di atas pemukaan laut.   

Kedua gunung api yang muncul belakangan dari tengah kawah Krakatau Purba, kemudian menyatu dengan Gunung Rakata yang telah muncul terlebih dahulu. Nah, gabungan ketiga gunung api ini yang kemudian dinamakan Gunung Krakatau. Gunung ini diberitakan pernah meletus pada tahun 1680. Kemudian pada tahun 1880, diketahui bahwa Puncak Perbuatan aktif mengeluarkan lava meski tidak meletus. 20 Mei 1883, ada letusan kecil di Gunung Krakatau yang disusul dengan letusan-letusan kecil lainnya, sebagai pertanda awal letusan dasyat Krakatau. Puncaknya, Senin, 27 Agustus 1883, jam 10.20 terjadi ledakan dasyat di Selat Sunda, yang terdengar sampai 4.600 km dari pusat letusan.    

Begitulah kisah leluhur Anak Gunung Krakatau yang muncul dari tengah kaldera Kratakatu yang meletus tahun 1883. Jadi gunung yang ada saat ini, yang akan kita tuju, merupakan anak dari Krakatau.

30 April 2016, We’re Heading to The Famous Krakatau

Yes! We’re heading to Krakatau! Setelah menunggu dari jam 13.00, akhirnya kami berlayar menuju Krakatau pada pukul 15.00 WIB. Semua orang yang ikut tur ini sudah tidak sabar untuk segera mengarungi perairan Selat Sunda.

“Ini kesempatan langka. Jarang ada acara seperti ini,” kata seorang ibu separuh baya asal Cilegon yang ikut dalam Sail to Krakatau bersama anaknya. “Terakhir tahun 2003, kalau tidak salah. Ini baru diadakan kembali,” sahutnya lagi.

Peserta tur Sail to Krakatau telah mulai berdatangan dari pukul 12.00 siang. Begitu juga dengan kami yang antusias untuk datang lebih awal. Hampir saja kami tidak bisa melewati pintu pelabuhan untuk parkir di dalam, karena tiket masih dipegang teman saya. Jadi ingin ketawa sendiri kalau ingat bagaimana akhirnya kami bisa lolos dari pemeriksaan tiket masuk tanpa tiket ditangan.
sail to krakatau

sail to krakatau

sail to krakatau

“Maaf Pak, bisa ditunjukkan tiketnya?” Pinta penjaga yang sepertinya sih penjaga pelabuhan Merak kalau dilihat dari seragamnya. Beberapa orang panitia juga terlihat bergerombol memeriksa tiket masuk. Mereka bisa dengan mudah dikenali dari kaos seragam putih dengan logo khas Pesona Indonesia. “Ikut sama mobil depan,” tunjuk suami saya ke mobil yang sudah melaju masuk di depan kami. “Ditunjukin aja Pak tiketnya,” si petugas memaksa.

Saya makin panik, mulai mencubit si Bebeb, sebal karena dia nyelonong saja, percaya diri tiket ngga bakal diperiksa. Mau mundurpun tak bisa, karena jalan hanya satu arah untuk masuk menuju pelabuhan. “Tiketnya di teman Pak,” jawab si bebeb. Si petugas mungkin tambah curiga sekaligus kebingungan, akhirnya memanggil panitia. Seorang perempuan mengenakan kaos putih berlogo Pesona Indonesia pun mendatangi kami dan menanyakan masalahnya. Si Bebeb dengan tenang menjelaskan bahwa tiket kami dipegang oleh teman kami. “Boleh tahu Pak, nama temannya?” Tanyanya. “Windy,” jawab si Bebeb. “Oh, Windy. Berapa orang?” Si Mbak menanyakan jumlah kami. Saya sendiri keheranan, wah si Mbaknya kenal dengan Windy, teman saya. Ngga heran sih kalau si Mbaknya kenal, soalnya teman saya yang satu ini memang punya banyak relasi. “Ini tiketnya ada di Mbak Windy, 4 tiket. Mbak Windy-nya udah di dalam,” Si Mbak menoleh ke petugas tadi dan mempersilahkan kami lewat. Dan, saya pun bengong, jelas-jelas teman saya masih di rumah, lah kok sekarang tiba-tiba ada di dalam? 

Sepertinya si Mbak salah orang. “Makanya, pede aja kali,” kata si Bebeb, “ini malah panik ngga jelas. Yang penting kan kita ngga bohong. Tiketnya memang masih di Windy kan.” Saya hanya bisa geleng-geleng kepala. Bersama si Bebeb memang harus selalu siap-siap sport jantung. “Harusnya kita nunggu yang lain biar rombongan. Nih, kata teman parkirnya di parkiran khusus partisipan, parkiran PT. Kajima, jangan di Dermaga 2,” saya menunjukkan message teman pada si Bebeb, “kepedean sih,” ledek saya sebal. Kami pun parkir di tempat parkiran sesuai arahan petugas. “Parkir di sini kan kejauhan. Harusnya di sana kali tuh, lebih dekat  ke kapal,” tunjuk saya pada mobil-mobil yang lewat, sepertinya mobil yang membawa tamu VVIP.

Si Bebeb ngeloyor ke arah sebuah gapura yang menanjak, mungkin pusing karena istrinya ngomel melulu. “Sholat dulu,” katanya. Saya mengikuti bersama anak-anak di belakangnya. Terbaca di atas gapura tulisan: Makan Kramat Syeikh Djamaluddin. Eh? Tempat apa ini?

Sebuku, Kapal Motor Terbesar Karya Anak Bangsa, Berlayar Menuju Krakatau

Kapal yang membawa kami menuju Krakatau adalah KMP Sebuku, salah satu kapal terbaru ASDP. Duh, saya pikir pakai kapal pesiar, mengingat jumlah peserta yang diangkut sekitar 1.500 orang. Hihi, berkhayal boleh dong.

KMP Sebuku ini ternyata merupakan kapal penumpang terbesar yang diproduksi galangan kapal dalam negeri yang biasanya untuk kapal sekelas ini diimport dari luar negeri. KMP Sebuku ini dibuat di galangan kapal Palembang. Oh, pantas di lambung kapal tertulis kata: Palembang. Keren ya!
sail to krakatau

KMP Sebuku diresmikan oleh Menteri Perhubungan EE Mangindaan pada 19 Agustus 2014. Kapal motor ini merupakan satu dari tiga unit kapal pesanan Dirjen Perhubungan Darat yang dibiayai dari APBN Negara tahun 2012-2014. Hmmm, jadi KMP Sebuku punya dua saudara kandung. KMP Legundi, yang dibangun di galangan kapal Surabaya, telah diluncurkan lebih dahulu pada 12 Agustus 2014, dan KMP Batu Mandi yang dibuat di Lampung. Ketiga kapal ini diserahterimakan pada Desember 2015. Hmmm, saya harus bilang salut lagi nih, ternyata pemerintah sebelumnya telah concerned dalam pengembangan pelayaran Indonesia juga menghargai hasil karya anak bangsa. Semoga terus dilanjutkan oleh pemerintahan ke depannya ya.

Berhubung kami hanya kebagian tiket kelas ekonomi, jadi dengan sangat terpaksa harus mencari sendiri tempat strategis di geladak kapal. “Yah, kan tujuannya mau lihat Krakatau. Ngapain cari yang ruangan AC?” Saya membujuk anak-anak yang mulai mutung karena tidak bisa masuk ruang ber AC yang diperuntukan bagi kelas bisnis dan eksekutif. Mahal bo! Kelas eksekutifnya Rp 500.000/orang sedangkan kelas bisnis beda Rp 50.000 dengan kelas ekonomi.  Dan akhirnya kami memilih di lantai kapal paling atas, yang sepertinya digunakan untuk helipad, dilihat dari tanda lingkaran di tengah.
sail to krakatau

“Gelar tikarnya Ka, bantuin,” seru saya membuka tikar princess dan menempatkannya percis di tepian kapal. Sepertinya beberapa mata memandang ke arah kami. Hihi, niat amat bawa tikar dan bantal tidur. Yeap! Saatnya duduk manis, berleha-leha menikmati angin laut yang berhembus dan melihat pemandangan sekitar.

Sail To Krakatau & Titanic

Titanic? Lho kok bisa? Jauh kali kalau mau dibandingkan. Haha.

Perjalanan menuju gunung yang terletak di Selat Sunda ini memakan waktu cukup panjang, sekitar 2 jam untuk tiba di Krakatau. Perjalanan tanpa kegiatan yang berarti di atas Sebuku, membuat saya tanpa sadar mengamati orang-orang yang berlalu-lalang di dalam kapal. Berbagai macam kalangan ada di sini. Dari mulai yang backpacker hingga yang luxury. Para wanita berpakaian modis, demikian juga dengan para ibu tidak mau ketinggalan. Berbagai macam model hijab masa kini pun menjadi pemandangan yang menarik, dipadu dengan baju muslim dan sepatu boot yang lagi tren sekarang. Di atas helipad orang-orang bergantian berpose dengan bermacam-macam gaya. Ada yang membentuk formasi panjang berpegangan tangan dengan orang yang paling ujung memegang payung seolah-olah mau terbang terbawa angin ke angkasa. Ada yang ala-ala koboy, ada yang gaya ngedeprok di tengah lingkaran helipad. Lucu juga mengamati tingkah polah orang-orang berselfie dan berwefie ria. Berbagai gaya inspiratif bermunculan, terutama untuk foto bersama kelompok.
sail to krakatau

Di lantai dua kapal, dikhususkan untuk area kuliner Cilegon dan panggung budaya. Bermacam makanan tersedia, seperti nasi samin, nasi rabeg, nasi kebuli, sate bandeng, ayam bakar, dan aneka jajanan lainnya. Adapun panggung budaya diisi dengan musik juga pagelaran seni dan tari.

Sayangnya untuk kulinernya sendiri, mungkin karena untuk keperluan wisata, jatuhnya lebih mahal. Semangkuk kecil nasi kebuli dan sepotong daging dihargai Rp 25.000/porsi, sedangkan nasi samin seharga Rp 20.000/porsi kecil. Rasanya? Menurut saya sih enak. Haha, maklum dalam kamus saya mengenai kuliner hanya kenal enak dan enak banget. Yang kalau teman saya, “jangan percaya lidahnya Ina. Di kamusnya hanya ada kata enak.”
sail to krakatau

Hiruk pikuk di area kuliner, pertunjukan seni dan tari yang hingar bingar, kapal yang segala fasilitas yang bagus serta fashion yang memenuhi isi kapal, mau tidak mau mengingatkan saya, saat menonton film Titanic-nya Kate Winslet. Terlebih kapal akan segera memasuki perairan Krakatau. Dari Kejauhan pulau Sebuku dan Sebesi mulai menghilang, berganti dengan pemandangan puncak Rakata yang hijau dan puncak anak Krakatau yang hampir sebagian besar merupakan sisa-sisa lumpur vulkanik. Tiada kehidupan di puncak anak Krakatau. Hanya sebagian ujung Timurnya yang hijau penuh dengan vegetasi tanaman. Mungkin sebelah itu tidak terkena semburan material vulkanik yang dikeluarkan Gunung Anak Krakatau saat sedang aktif.
sail to krakatau

KMP Sebuku mulai memasuki area di tengah antara Rakata dan Anak Krakatau. Terdengar di speaker, suara seorang perempuan yang menjelaskan bahwa kita telah sampai di Krakatau. Disusul penjelasan singkat mengenai sejarah Krakatau. Bagian helipad kapal mulai penuh sesak. Setiap orang ingin mengabadikan keberadaannya dengan latar belakang Krakatau.

Saya sendiri, tiba-tiba merinding ketakutan, saat mengamati GPS di LG G4. Kita berada di tengah – tengah pulau-pulau yang membentuk Krakatau: Pulau Rakata, Pulau Sertung, Pulau Krakatau Kecil (Panjang) dan Anak Gunung Krakatau. Saat ini kita berada di atas bekas kaldera Krakatau Purba!! Dan Anak Gunung Krakatau tepat berada di depan mata kita.
sail to krakatau

Sebuah kapal nelayan penangkap ikan terlihat berlayar dari arah Anak Krakatau. Kapal kecil itu terseok-seok dengan layar terkembang. Angin memang agak cukup besar saat itu. Kapal nelayan memotong jalur dengan posisi agak miring. Akhirnya kapal nelayan itu pun berhasil keluar dari area Krakatau. Saya menghela napas lega.

Anak Krakatau, Keindahan yang Menakutkan

Anak Krakatau terlihat anggun dan cantik di atas permukaan laut yang biru. Awan putih tipis di puncaknya menandakan bahwa gunung tersebut aktif. “Pasti panas sekali yak, di dalam,” seorang ibu mengguman di samping saya. Saya malah berpikiran, betapa tinggi dan besar Anak Krakatau di bawah permukaan laut, jika atasnya saja sudah sebesar ini. Dan seandainya Anak Krakatau marah, memuntahkan semua isi perutnya seperti halnya ibunya di zaman dahulu, apa jadinya Cilegon, Serang dan Pandeglang? Rasanya akan tersapu semua. Hiiih! Tak sadar, saya pun bergidik.

Indah sekaligus menakutkan! Itulah Krakatau. Permukaannya yang terlihat berupa pasir berwarna keabuan dengan awan putih tipis di puncaknya, berpadu dengan latar belakang laut biru sungguh membuat orang berdecak kagum. “Subhanallah! Allahu Akbar!” gumaman-gumanan kalimat menggagungkan Allah terdengar tak henti. Kapal berputar 180o, supaya semua sisi dapat melihat Rakata dan Anak Krakatau dengan jelas.
sail to krakatau


Letusan Gunung Krakatau pada 1883 telah membuat dunia gelap selama 2,5 hari. Semburan debu vulkanisnya mencapai 80 km. Material dari perut bumi berhamburan ke angkasa dan jatuh di dataran Jawa, Sumatera bahkan sampai ke Sri Langka, Pakistan, India, Selandia Baru dan Australia. Gunung Rakata, Danan, & Perbuatan runtuh ke bawah laut, membentuk cekungan sedalam 250 meter dengan lebar 7 meter. Akibat longsoran bawah laut, tsunami setinggi 40 meter terjadi dan menghancurkan desa-desa sekitarnya. Seandainya Anak Krakatau ini meletus dasyat, akan kah letusannya menyamai letusan 1883 atau bahkan lebih dari itu? Iiih!! Saya memejamkan mata. Semoga segalanya baik-baik saja.

Anak Krakatau merupakan tipe gunung dengan letusan Strombolian, yaitu tipe letusan dengan periodik pendek yang biasanya tidak disertai lontaran abu vulkanik ke angkasa. Letusannya mirip dengan kembang api. Gunung ini mengalami beberapa kali erupsi dan memuntahkan lava panas berpijar. Setiap tahun bertambah tinggi sekitar 6 meter. Saat ini ketinggian Anak Krakatau sekitar 230-an meter di atas pemukaan laut, jika dibandingkan dengan Gunung Rakata yang meletus pada tahun 1883 dengan ketinggian 813 meter di atas permukaan laut.
sail to krakatau

sail to krakatau

Seandainya waktu itu cuaca cukup cerah, keindahannya akan sangat sempurna. Sunset di Krakatau, what amazing scenery ever! Sayangnya awan mendung yang bergelayut sejak pagi, tak kunjung mau beranjak. Sunset yang ditunggu pun tidak kelihatan.

Pijar Kembang Api Mewarnai Langit Merak

Perjalanan pulang menuju Pelabuhan Merak dihabiskan dengan mengobrol dan menikmati angin malam serta kerlip bintang. Mendekati kawasan industri, gemilang cahaya lampu-lampu pabrik menghiasi langit malam. Cahayanya yang warna-warni menambah keindahan perjalanan kami.

Angin malam berhembus kencang. Si Bebeb memberikan jaketnya untuk menyelimuti tubuh mungil Aisya yang tidak mengenakan kain tebal. Sedangkan saya masih berusaha mengambil keindahan malam tanpa menggunakan tripod, yang hasilnya pun sudah bisa ditebak. Hancur!
sail to krakatau

“Ibu! Ada kembang api!” Teriak Aisya berlari-lari mendekati saya. “Ayo Bu, ke sana. Minta kembang apinya!” Dia pun menaik tangan saya untuk mengikutinya. Terlihat panitia dikerubuti anak-anak, membongkar kardus berisi kembang api yang berbentuk silinder panjang.

Tak lama, kapal pun berhenti. “Lho kok berhenti? Nunggu dermaga kosong kah?” Gumam saya. Tapi rupanya kapal berhenti bukan karena dermaga penuh, tetapi sengaja untuk pesta kembang api. Panitia membagi-bagikan kembang api kepada para peserta yang berada deck kapal paling atas.
sail to krakatau

“Diarahkan ke laut ya!” Teriak ABK kapal sambil mencontohkan menyalakan petasan kembang api mengarah ke laut. Panitia pun mengingatkan bahwa 1 selongsongan petasan kembang api berisi 5 lontaran. Langit Merak pun menjadi semarak dengan pijaran bunga-bunga api di langit. Happy birthday Kota Cilegon ke-17. Happy birthday ASDP ke-43.

“Waah, cantiknya!” Teriak Aisya. “Ibu! Bagus sekali!” Teriaknya lagi. Azka pun tak mau kalah berteriak penuh kekagumaman dan berloncat-loncat. Sail to Krakatau pun berakhir. Setiap orang pulang dengan kenangan yang terpatri dalam benaknya masing-masing.  Begitu pula Azka dan Aisya. “Bagaimana Ka, De, kesannya?”
sail to krakatau

sail to krakatau

sail to krakatau

sail to krakatau

“Buaaguus sekali Bu!” Seru mereka serempak. Hehe. Jadi teringat bagaimana pertama kalinya Aisya menolak ikut berlayar menuju Krakatau. This is one of what I want to give you gals. To have much and colorful experiences, eventhough there’s a cost to make us here. I’ll try the best of me. Now, sleep well gals, after this long journey to Krakatau. 

Bunyi terompet panjang telah dibunyikan sebagai tanda bahwa kapal sudah merapat di dermaga.  

sail to krakatau

sail to krakatau

sail to krakatau

41 komentar:

  1. Perjalanan yang sangat mengesankan...

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya...petualangan baru selalu seru. xixixi.

      Hapus
  2. Aku kalau pulang ke Lampung, selalu mengamati Gunung Anak Krakatau dari atas kapal Mbak, memang indah banget.... Tapi ya ya mbak, menakutkan. Ini yang namanya menjebak setelah tak pikir mbak,,, cantik - cantik tapi menakutkan, hahaha. Iya ya, itu ibunya tega banget meninggalkan anaknya, hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya...suka agak-agak gimana gitu kalau mendengar krakatau siaga. Dulu katanya seluruh pandeglang. cilegon, serang dan merak habis tersapu tsunami katanya yak. Gunung berapi masih ada tanda-tanda kalau mau meletus. Jadi masih ada waktu. Beda sama tsunami yang waktunya cepet banget terjadinya.

      Hapus
  3. kerennyaaa menggodaaaaaaa bundaa :)
    liburan nya puass bgt ya bun. amazing ^.^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini dalam rangka hut Kota Cilegon dan hutnya ASDP. Jarang-jarang sih katanya. Tapi mudah-mudahan sail to krakatau ini jadi acara rutin.

      Hapus
    2. hallo mba apa kabar? terima kasih sudah bergabung di acara sail to krakatau dan terimakasih juga suda membuat dan share artikel mengenai trip mba dan keluarga, kami dari panitia pelaksana sail krakatau sangat berterimakasih. alhamdulillah acara sail menjadi acara rutin tahunan dan tahun 2018 ini kami berencana untuk melaksanakan kembali trip sail to krakatau 3. semoga mba dan keluarga bisa kembali bergabung dengan kami mungkin untuk kembali mengulang trip mendebarkan yang seperti mba ceritakan. jangan lupa untuk mengajak sahabat, kerabat dan koleganya. salam dari kami panitia sail to krakatau

      Hapus
  4. Ingin kesana belum kesampaian.
    Kalo nyebrang selat sunda sudah sering, beberapa kali.

    Kapal Seibu cakep, interior masih bersih.

    Dibanding dengan Jatra, dan ferry lainnya yg pernah saya naiki hihi.

    Turun ke daratan Krakatau? boleh kah? atau berkeliling kapalnya saja.

    Terimakasih sudah membawaku ke Krakatau. Nice trip.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak, Sebuku masih kapal baru jadi masih cakep. Ada semacam pramugarinya pulak. Pas kita turun ada yang berjejer ngucapin terima kasih. Cakep - cakep lagi. Hehe.

      Hapus
    2. Kalau pakai kapal kecil bisa Mbak turun. Naik ke Krakataunya kalau lagi ngga aktif nyemburin material boleh. Cuma kalau ngga salah sampai ketinggian tertentu saja. Kalau yg aku dengar mau ke sini juga harus ijin authoritas setempat. Orang sih lebih banyak nyebrang dari Lampung.

      Hapus
  5. Jadi kangen ke krakatau lagi, foto2 saat letusan kapan lalu itu bikin deg2an

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya mah ngeliat dari kapal saja udah deg degan. Eh busyet..gede juga yg udah muncul di permukaan laut. Pigimana yang di dalemnya. Cakep sih, cuma ngeri-ngeri sedap. Hiiii....

      Hapus
  6. Ih seru sekali perjalanannya...Selama ini hanya melihat dari kejauhan saja. Pengen juga kesana sich tapi sampai sekarang belum kesampaian..

    Oya...kalau baca sejarah tentang letusan gunung krakatau, serem juga ya mbak...konon katanya banyak merenggut korban jiwa sekitar 36 ribu jiwa pada kejadian itu. Dapat dibayangkan jika bencana yg sama terjadi di jaman sekarang yang populasi manusianya sudah begitu banyak...ngeri bayanginnya...Semoga kejadian itu tidak terjadi lagi. amin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Serem banget. Apalagi jaraknya ke ujung pulau jawa ini dekat sekali. Betul juga populasi bertambah banyak. Sehingga kemungkinan korban juga akan banyak. Tapi mudah-mudahan sih ngga yak. Berharap....

      Hapus
  7. aduh asyik bangte mbak jadi pingin sekali

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya nih Mbak..pengalaman baru. 15 tahun tinggal di Banten, baru kali ini bisa mendekat ke Krakatau.

      Hapus
  8. wuihhh seru banget, saya kepingin ke krakatau tapi gak jadi2, katanya panas ya anak gunungnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa jadi iya Mbak. Kemarin sih denger bisik-bisik di kapal, katanya panas banget. Ada asap putih tipis di atasnya kt y sih tandanya panas banget di dalamnya. Haha. Entah juga sih, kemarin ngga bawa teropong yg putih itu asap atau awan. tp pas di atasnya banget sih mbak..nempel ke kawahnya, kemungkinan sih asapnya.

      Hapus
  9. Wah, pengalaman yang sangat mengesankan
    Gunung juga punya anak ya, ini Krakatau, adalagi kaya Rinjani, :)

    Btw, anaknya yang berjilbab itu si kakak atai si adek? Kok tidak dua-duanya berjilbab? :) #gagalfokus

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha..iya kakak adik. Maklum masih angot-angotan pakai kerudungnya. Kalau yang kecil sih tiap ke luar ga mau lepas kerudungnya. Ya, ada sih kadang kalo lagi angot. Kakaknya lebih "fashionable" ngga mau dia pakai kerudung yg tabrakan...wkwkwkwk. Bocah yak. Saat ini sih saya belum terlalu ketat untuk kerudung anak. Tapi tetep harus belajar supaya terbiasa ya nantinya. Saya sih maunya slowly tapi kesadaran sendiri Mbak.

      Hapus
  10. Wah saya takjub dengan mbak Levi yang selalu bisa menyempatkan waktu untuk wisata. Dan kali ini ke Krakatau, keren deh. Orang yg biasa wisata aja mungkin jarang berkesempatan ke Krakatau ya mbak. Sungguh pengalaman yang tak terlupakan :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak, dipaksa bareng-bareng. Habis kalau udah di rumah pegangannya semua Hp. Jd kagak ada interaksi kayaknya. Kalau pergi, minimal dipaksa bareng dan ngobrol. Hahaha. Tips yang aneh yak???

      Hapus
  11. Wah asyik banget bisa berlayar ke dekat gunung anak krakatau..
    acaranya asyik dan keren :)))

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, sekaligus ngeri-ngeri sedap. Haha. Cakep sih di sini, cuma ga pengen nginep di sini. Haha.

      Hapus
  12. Wuihhh.. seru ya sampai berkeliling krakatau, saya aja blm kesampean :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha. Ini baru pertama kali Mas setelah beberapa tinggal di Cilegon. Makanya exciting banget pas Dinas Pariwisata Cilegon bekerjasama dengan ASDP untuk merayakan ultahnya.

      Hapus
  13. Balasan
    1. Yuk. Tapi sekarang katanya gunung Krakatau lagi batuk-batuk. Belum diturunkan statusnya dari siaga. Tp masih bisa trip kok. Hanya saja supaya lebih berhati-hati.

      Hapus
  14. Mba Levina jalan-jalan trus nih :)
    belum pernah lihat gunung anak krakatau secara langsung, mendengar ceritanya saja sudah bikin deg-degan..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Awalnya sih degdegan juga mau ke sini. Beuh, mendekati gunungnya aktif dan terus menerus gempa. Trus pas sampai, tetep ajah takut. Hahaha. Duh, ini gunung ditengah lautan, yang nongol sih kepalanya kecil, di dalamnya bearap besar...whuaaa

      Hapus
  15. Aisya pinter hihi
    Tanyanya ibu krakatau tega ninggalin anaknya
    Polos

    Hihik

    Wah aku sempet tegang pas petugas tiket curiga nanya tiket ahahhaha

    Jadi kbawa suasana
    Btw itu nasi kebuli seuprit muihil juga ya mb lev

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyah..mahal banget. Eh, begitu terakhir diobral juga sih makanannya. Tapi yang kebuli mah udah habis ternyata. Mahal tapi laku keras. Xixixi.

      Saya ajah udah degdegan, bisa masuk apa ngga, xixixi. Kalau inget itu jadi ketawa tiwi sendiri.

      Hapus
  16. seru banget ih mbak, jadi pengin traveling kesana deh :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau yang perjalanan sail to Krakatau ini sebetulnya hanya mirip2 kayak pesiar gitu, hanya lihat dari kapal roro nya. Ngga turun untuk snorkeling atau naik ke gunungnya. Saya dengar sih ada juga yang melakukan snorkeling di pulau sebesinya, juga menaiki Krakatau hingga ketinggian tertentu.

      Hapus
  17. aku pernah nonton filmnya.. pas krakatau meletus 1883.. merinding mbak.. ga kebayang kalo kita hidup di masa itu.. serem ya kalo bayangin gunung2 api raksasa ini meletus dulu.. kayak danau toba dulu juga terjadi dr letusan gunung apinya.. sedahyat apa coba kalo danaunya aja bisa melewati 3 kota :O

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul Mbak. Duh apalagi sekarang. Kalau beneran kejadian lagi kayak tahun 1883, whedew, saya ngga bisa bayangin Anyer bakalan kayak apah. Hiks. Untungnya kalau gunung meletus sekarang bisa dideteksi dari peningkatan gempanya. Beda dengan tsunami yang hanya hitungan menit. Saya pernah simulasi (drill) gempa dan tsunami, duh nanti kenyataannya bisa ngga yak lari ke bukit.

      Hapus
  18. Waw. Krakatoa. Liat filmnya aja merinding. Serem seru gimanaaa gitu. Mudahan gak meletus lagilah, bubar Indonesia kalo Krakatoa meletus lagi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, saya malah belum lihat filmnya. Katanya sih letusannya emang dasyat. Tapi kebayang sih, waktu itu 3 gunung berjejer sih yak.

      Hapus
  19. Tak banyak yang tahu kalau Krakatau itu sebenarnya aman, letusannya jenis strombolian. Asal berada di jarak aman (2 km) dari puncak, kita sudah aman. Kami beberapa kali mendekat saat erupsi :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener Mas Yopie, yang saya dengar juga begitu. Jenisnya stombolian, jd hanya letusan lava, trus material vulkaniknya nambah numpuk ke atas gitu ya Mas. Di sini juga untuk daerah industrinya terkait disaster planning masalah nature disaster suka dibahas dan ada drillnya.

      Hapus
  20. amazing. rasanya saya juga ingin ikut serta didalamnya. gunung krakatau membayangkan kisahnya yg dlu saja tdk berani.tapi intinya gak mengahalangi aku untuk ikutan tarvelling kesana.

    BalasHapus

Terima kasih telah berkomentar. Silahkan tinggalkan jejak, ya.

Follow my media social for any update of articles
Twitter: @mandalagiri_ID
Instagram: mandalagiri_ID

 

Ads

Followers

Ads

Warung Blogger

Hijab Blogger

Kumpulan Emak Blogger

Ads

IDCorner

ID Corners

Fun Blogging

Fun Blogging

Blogger Perempuan Network

Blogger Perempuan