Herman Willem Daendels, Akhir Kisah Hidup Sang Gubernur Jenderal Yang Romantis


kisah hidup dan cinta herman willem daendels
Rasanya hampir semua orang Indonesia, terutama yang tinggal di daerah Jawa, pasti mengenal Herman Willem Daendels. Ya, nama ini pernah sangat melekat di hati rakyat, terutama rakyat sepanjang Anyer – Panarukan, karena kekejamannya pada suatu masa di sekitar tahun 1808 – 1810. Sebutannya pada waktu itu beragam. Rakyat mengenalnya sebagai Raden Mas Galak, Raden Guntur, Marsekal Besi.
 

Daendels Dalam Buku Sejarah Sekolah

Yang saya ingat tentang Daendels saat belajar sejarah saat di bangku sekolah bahwa orang ini adalah diktator garis keras. Dia disebut-sebut bertangan besi, yang artinya sangat kejam saat menjalankan mega proyeknya membangun jalan yang menghubungkan ujung Barat dan Timur Pulau Jawa. Saya ingat dalam buku sejarah disebutkan bahwa Daendels menerapkan sistem kerja rodi, yang memaksa rakyat Indonesia untuk bekerja tanpa upah, dan siapa pun yang membangkang, maka akan dijatuhi hukuman berat, bahkan tembak mati. Salah satu tugu peringatan mengenai kerja rodi ini ada saat kita melewati Cadas Pangeran, yang juga merupakan jalur yang termasuk dalam mega proyek Jalan Anyer – Panarukan.
Di buku-buku sejarah belum pernah saya temukan mengenai kehidupan lain sang gubenur jenderal ini selain kehidupan keras seorang tentara. Sampai saya membaca mengenai kedatangannya pertama kali di Anyer, setelah menempuh perjalanan panjang dari benua Eropa, hampir 1 tahun lamanya (10 bulan).

Pendaratan Daendels Pertama Kali di Pulau Jawa

kisah hidup dan cinta herman willem daendels
Foto via Wikipedia
Siapa menyangka bahwa ternyata Daendels mendarat pertama kali di Anyer tanpa pengawalan yang berarti. Konon kabarnya Daendels hanya ditemani seorang ajudan. Daendels berangkat secara diam-diam di bulan Maret 1807 setelah mendapat perintah langsung dari raja Belanda saat itu, Louis Napoleon yang masih merupakan saudara Napoleon Bonaparte. Keberangkatannya yang sembunyi-sembunyi ini dilakukan supaya tidak diketahui oleh pihak Inggris, karena keberangkatannya ke Pulau Jawa ini mempunyai misi untuk mempertahankan Jawa dari serangan Inggris. Daendels berangkat melalui Paris, kemudian ke Lisbon dengan menaiki kapal Amerika setelah mengubah namanya menjadi H.W. van Vlierden. Dari Lisabon berlayar menuju Pulau Kanari dan selanjutnya menuju Pulau Jawa. Daendels mendarat di Anyer, dan menuju Batavia melalui perjalanan darat untuk menemui Gubenur Jenderal yang berkuasa saat itu. Pada tanggal 14 Januari 1808, Daendels menerima tampuk kekuasaan sebagai Gubenur Jenderal Hindia Belanda yang baru. 
 

Mega Proyek Ambisius Jalan Anyer – Panarukan

Ada cerita bahwa Jalan Anyer – Panarukan yang terbentang sepanjang kurang lebih 1.000 kilometer ini sesungguhnya bukan membangun jalan baru secara keseluruhan, tetapi membangun jalan untuk menghubungkan jalan-jalan yang telah ada sebelumnya. Jalur Anyer – Batavia, menurut het Plakaatboek van Nederlandsch Indie jilid 14, sudah ada sebelum kedatangan Daendels. Sang jenderal hanya tinggal meratakan dan mengeraskan jalan. Daendels mulai membangun jalan dari Buitenzorg (Bogor) menuju Cisarua dan seterusnya sampai Pekalongan. Jalur Pekalongan – Surabaya telah ada, karena tahun 1806, Gubenur Pantai Timur Laut Jawa telah menggunakan jalan ini saat membawa pasukan dari Madura ke Cirebon. Peranan Daendels hanya memperlebar jalan ini. Daendels kemudian memerintahkan pembukaan jalan dari Surabaya hingga Panarukan yang menjadi pelabuhan ekspor paling ujung Jawa Timur. Mungkin itu sebabnya jalan sepanjang 1.000 km, selain karena kedisiplinan, sikap keras serta kekejaman Daendels, dapat diselesaikan dalam waktu 1 tahun, yang pada waktu itu merupakan prestasi yang sangat luar biasa.
Tapi betulkan Daendels mempekerjakan pribumi tanpa upah? Disebut dalam salah satu sumber dari Majalah Historia, ternyata Daendels menerapkan sistem kerja upah. Direktur Jenderal Keuangan saat itu, Van Ijsseldijk menyiapkan dana untuk upah pekerja dan mandor, peralatan, dan konsumsi. Daendels menyiapkan dana sebesar 30.000 ringgit ditambah uang kertas dalam jumlah besar. Menurut berita dari Majalah Historia ini, besarnya upah disesuaikan dengan beratnya lokasi. Konon kabarnya ada bukti-bukti pemberian dana ke level prefek (setingkat residen) dari pemerintah, kemudian dari prefek ke para bupati. Tetapi dari bupati ke para pekerja, belum ditemukan bukti. 
kisah hidup dan cinta herman willem daendels
Daendels menjelaskan de grotte postweg. Foto via Historia.id
Diberitakan pula saat pembangunan jalan di daerah Sumedang yang medannya cukup sulit karena harus membelah batuan cadas, Daendels memerintahkan komandan pasukan zeni Brigadir Jenderal von Lutzow untuk mengatasinya, setelah mendapat laporan dari Pangeran Kornel yang meminta pengertian Daendels atas penolakan para pekerja melanjutkan pembuatan jalan. Bebatuan cadas pun digempur dengan tembakan artileri dan berhasil diratakan sehingga pekerjaan dapat dilanjutkan. Daendels juga mengundang semua bupati di pantai utara Jawa, pada Juli 1808 saat dana 30.000 gulden yang disediakan habis diluar dugaan. Dalam pertemuan di Semarang ini, Daendels menyampaikan bahwa proyek pembuatan jalan harus terus berlangsung karena kepentingan mensejahterakan rakyat. Daendels memerintahkan para bupati untuk menyediakan tenaga kerja dan para pekerja yang bekerja untuk pembangunan jalan dibebaskan dari tugasnya melayani bupati. Para bupati juga bertanggung jawab untuk menyediakan segala kebutuhan pangan bagi para pekerja.
Diceritakan bahwa tujuan pembuatan Jalan Raya Pos ini adalah untuk mempercepat informasi dan sebagai upaya menghalangi Inggris dari merebut Pulau Jawa. Tetapi sepertinya ini bukan alasan utama Daendels membangun Jalan 1.000 km ini. Melihat daerah-daerah yang dipilih untuk disatukan melalui jalan ini, kepentingan ekonomi sangat kental terasa. Kenapa dipilih Anyer sebagai titik awal dan Panarukan sebagai titik akhir?
Anyer pada masa Kesultanan Banten sangat terkenal sebagai penghasil rempah-rempah. Banyak kapal pedagang internasional singgal di Pelabuhan Banten Lama. Pada masa Daendels, Sultan Banten diminta untuk mengerahkan rakyatnya untuk membantu pembangunan pelabuhan militer di daerah Panimbang Pandeglang dan membantu pembangunan jalan di Anyer. Banyak percabangan jalan dari jalan utama yang dibuat pada masa Daendels. Jelas, ini untuk mempermudah pengangkutan rempah-rempah dari seluruh pelosok Anyer untuk dikirim ke Belanda sebagai upeti. Demikian juga Panarukan yang berfungsi sebagai pelabuhan ekspor. Manfaat dari pembuatan jalan ini adalah produk-produk dari pedalaman semakin banyak dapat di angkut menuju pelabuhan-pelabuhan, sehingga produk-produk ini tidak membusuk di gudang-gudang setempat. Contohnya kopi dari pedalaman Priangan yang selama ini sering tertimbun dan membusuk di gudang-gudang kopi di Sumedang, Limbangan, Cisarua dan Sukabumi. Kopi dapat diangkut semakin banyak ke pelabuhan-pelabuhan di Cirebon dan Indramayu, sehingga otomatis menggerakan roda perekonomian. Yang paling signifikan adalah jarak tempuh perjalanan. Yang sebelumnya jarak Batavia dan Surabaya ditempuh kurang lebih 40 hari, dengan adanya jalan ini dapat dipersingkat menjadi 7 hari. Tentu saja ini sangat bermanfaat bagi pengiriman pos yang kemudian oleh Daendels dikelola dalam dinas pos.
Selain alasan ekonomi ini, tentunya ada strategi militer dan politik. Saat datang ke Indonesia, satu-satunya koloni Belanda yang belum jatuh ke tangan Inggris, Daendels menyadari bahwa kekuatan Belanda tidak mungkin untuk menghadapi pasukan Inggris. Daendels bertindak cepat, selain membangun jalan yang akan mempercepat pengerahan tentara dari satu tempat ke tempat lainnya, Daendels juga membangun rumah sakit-rumah sakit, pabrik senjata, pabrik meriam, sekolah militer, dan benteng-benteng pertahanan.
Hmmm..., jadi sebetulnya Daendels itu orangnya seperti apa yak? Di satu sumber disebutkan sangat kejam sekali, disumber lain terlihat sisi humanisnya juga kepintarannya mengatur strategi ekonomi, militer dan politik. Apa yang terjadi jika Daendels tidak memerintahkan pembangunan jalan Anyer – Panarukan ini yak? Lah, kok tiba-tiba saya sedikit kagum ya sama Daendels. Ups!
 

Kehidupan Herman Willem Daendels Sebelum Menjadi Gubernur Hindia Belanda

Herman Willem Daendels lahir di sebuah kota di Belanda pada 21 Oktober 1762. Hattem nama tempat itu, terletak di provinsi Gelderland, Belanda. Berjarak sekitar 81 km dari Amsterdam, 127 km dari Den Haag. 
kisah hidup dan cinta herman willem daendels
Dengan Krayenhoff, 1795. Foto via Wikimedia.org
Terlahir sebagai putra dari Burchard Johan Daendels, seorang walikota (sebagian sumber menyebut sekertaris walikota), dan Josina Christina Tulleken. Sebelum menjadi tentara, Daendels mempunyai banyak pekerjaan. Awalnya dia bekerja di perusahaan manufaktur batu bata sambil menyelesaikan kuliah di bidang hukum tahun. Menjadi pengacara di Hattem pada tahun 1781. Daendels juga tergabung dalam kelompok politik, mendukung kelompok Patriot yang dan memimpin pergerakan kaum Patriot menentang kelompok Orange (kelompok pendukung William V, Pangeran Orange). Tahun 1787 Daendels ikut dalam peperangan melawan tentara Prusia yang menyerang Belanda untuk mengembalikan kekuasaan William V. Daendels kemudian lari ke Perancis, setelah kelompot Patriot berhasil dipukul mundur.
Daendels kembali ke Belanda pada tahun 1794 sebagai jenderal dalam pasukan tentara revolusioner Perancis. Daendels membantu politisi melancarkan 2 kali kudeta ditahun 1798 (Januari dan June). Daendels mengajukan aplikasi 2 tahun cuti tanpa upah di tahun 1800, setelah adanya invansi Anglo-Rusia di provinsi Noord-Holland, dan kembali ke Hattem. 2 tahun kemudian atas keinginannya sendiri, Daendels mengundurkan diri dari tentara dan memutuskan menjadi petani di De Dellen, Heerde. Pada masa ini Daendels tinggal bersama anak dan istrinya di De Dellen House.

kisah hidup dan cinta herman willem daendels
Kediaman Alieda Daendels di Hattem. Foto via shothotspot.com
Saat Belanda menjadi kerajaan di tahun 1806, Herman Willem Daendels bergabung kembali dengan militer setelah dipanggil Raja Belanda, Raja Louis (adik Napoleon Bonaparte) dengan pangkat Kolonel Jenderal. Ia kemudian berhasil mempertahankan provinsi Friesland dan Groningen dari serangan Prusia. Pada tahun 1807, atas saran Kaisar Napoleon, Daendels dikirim ke Hindia Belanda sebagai Gubenur Jenderal.
Daendels menuju Hindia Belanda dengan menggunakan nama samaran H.W. van Vlierden, yang tidak lain adalah nama keluarga istrinya, Alieda van Vlierden.
 

Kisah Cinta Romeo & Juliet antara Daendels & Alieda van Vlierden

kisah hidup dan cinta herman willem daendels
Foto via resources.huygens.knaw.nl
Siapa yang menyangka ternyata sang Gubenur Jenderal yang kejam ini memiliki kisah cinta yang mirip dengan Romeo & Juliet. Adalah Alieda Elisabeth Reinera, putri dari pasangan Constantius Vlierden dan Petronella Geertruida Greve, yang membuat Daendels jatuh cinta. Namun kisah cinta mereka terhalang karena suhu ketegangan meningkat antara partai patriot dan partai orange. Dimana Daendels merupakan pendukung partai Patriot yang dianggap sebagai kelompok pemberontak, sedangkan Alieda datang dari keluarga yang merupakan tentara sejati, pendukung partai Orange.
Daendels membawa lari Alieda pada suatu malam di bulan Agustus 1787, meninggalkan Hattem melalui sebuah gerbang di tembok selatan kota, yang dikemudian hari gerbang tersebut dikenal dengan sebutan Daendelspoortje. Saat itu Alieda berusia 19 tahun. Mereka melangsungkan pernikahan di Lage, Jerman, tanpa restu kedua orang tua. Dari pernikahannya, mereka memiliki 15 orang anak, 5 diantaranya meninggal.
 

Daendels & Korupsi, Another Side of Herman Willem Daendels


kisah hidup dan cinta herman willem daendels
Daendels melarikan Alieda melalui gerbang ini. Foto via Wikiwand.com
Kedatangan Daendels sebagai Gubenur Jenderal Hindia Belanda membawa dua misi utama dari Louis Napoleon, yaitu membela Jawa dari serangan Inggris dan membuat pemerintahan bersih di Hindia Timur. Yang harus dihadapi Daendels di Jawa, selain ancaman serangan Inggris, juga ketidakefisienan serta korupsi dalam pemerintahan kompeni Belanda. Bukan hanya menghubungkan desa-desa dengan Jalan Raya Pos, Daendels juga menyusun kembali administrasi pemerintahan. Dibentuknya badan-badan seperti kehakiman, perpajakan, keuangan, dan membuat undang-undang yang ketat. Daendels melahirkan berbagai kebijikan untuk memberantas korupsi. Para pejabat negara dilarang terlibat dalam bisnis perdagangan, tidak boleh ada suap untuk pejabat, timbangan barang juga diatur, termasuk penetapan bobot minimum. Daendels juga memberlakukan larangan penebangan kayu liar (ilegal logging). Penebangan kayu jati di Utara Jawa Tengah dilarang. Di Semarang, Daendels mengeluarkan peraturan untuk melestarikan hutan.
Korupsi dianggap sebagai tindak pidana. Pegawai yang korupsi, menyalahgunakan aset negara akan divonis dengan hukuman mati. Daendels berusaha menaikan gaji karyawan. Ia beranggapan bahwa korupsi terjadi karena rendahnya upah. Para bupati diberikan sebidang tanah sebagai gaji atas kesetiaannya pada Belanda yang pada zaman sebelumnya Bupati tidak pernah mendapat gaji. Daendels membuat peraturan baru yang menyebutkan pemberian gaji kepada semua pegawai, termasuk Bupati dan para staff.
 

Akhir Kisah Hidup Sang Gubenur Jenderal, Herman Willem Daendels

kisah hidup dan cinta herman willem daendels
Almina Castle, tempat Daendels meninggal. Foto via ancient-origins.net
Daendels dipanggil pulang dan kekuasaan diserahkan kepada Jan Willem Janssens. Banyak pejabat yang tidak suka dengan aturan yang diterapkan Daendels. Mereka membuat laporan bahwa Daendels memperkaya diri sendiri dan memberlakukan kerja rodi dalam pembangunan Jalan Anyer – Panarukan. Daendels sendiri melaporkan langsung ke Perancis, sehingga bukti-bukti semua aktivitasnya banyak tersimpan di Perancis. Sedangkan di Belanda, banyak informasi yang menyudutkannya, sehinggaDaendels dianggap sebagai biang penyakit.
Di salah satu sumber disebutkan bahwa pemanggilan pulang Daendels ini sehubungan dengan rencana penyerangan ke Rusia. Napoleon memerlukan seorang jenderal yang handal dan pilihannya jatuh pada Daendels. Daendels ditugaskan memimpin kesatuan legium asing Perancis (berisi tentara-tentara dari raja-raja sekutu Perancis).  Saking pentingnya Daendels, Napoleon sendiri yang menyambutnya dengan permadani merah di Istana Tuiliries, Paris. Daendels kemudian bergabung kembali dengan tentara Perancis dan ikut serta dalam penyerbuan ke Rusia. Setelah Napoleon dikalahkan di Waterloo, dan Belanda kembali menjadi negara bebas, Daendels menawarkan diri berbakti pada Raja Willem I. Sayangnya raja diliputi ketakutan bahwa Daendels akan menjadi pemimpin oposisi yang membahayakan istana, karena track recordnya menjadi pemimpin kelompok Patriot yang revolusioner. Di tahun 1815, akhirnya pemerintah Belanda menunjuknya sebagai Gubenur Jenderal di koloni Belanda di Afrika, Gold Coast (sekarang Ghana). Sekali lagi Daendels meninggalkan keluarganya menuju benua Afrika.
kisah hidup dan cinta herman willem daendels
Daendels dikuburkan di Elmina, Ghana. Foto via engelfriet.net
Di Gold Coast, Daendels mencoba menata ulang koloni perkebunan orang Afrika yang bobrok. Di Gold Coast, Daendels juga berambisi menghubungkan jalan antara Elmina dan Kumasi di Ashanti. Pemerintah Belanda memberikan bantuan dan menyediakan budget untuk rencana proyeknya yang sangat ambisius. Dilain pihak, Daendels juga melihat peluang bahwa penunjukannya sebagai Gubernur Jenderal Gold Coast adalah kesempatan untuk membangun monopoli bisnis pribadi. Hanya sayang, sebelum rencananya terlaksana, Daendels harus menyerah pada malaria yang akhirnya merengut hidupnya dari dunia fana ini.
Daendels meninggal di Elmina Castle (St. George d’Elmina). Jurnal Elmina hanya mencatat sedikit mengenai penyakit Daendles. Dalam jurnal tersebut dituliskan pada tanggal 2 Mei, Daendels meninggal, dan pada tanggal 3 Mei, jam 4 sore, jasad Daendels dikebumikan ditandai dengan 15 tembakan. Daendels dikebumikan di central tomb, pemakaman Belanda di kota Elmina. Alieda sendiri meninggal di Hattem pada tahun 1848, 30 tahun setelah kematian Daendels.
 

Hikmah Perjalanan Hidup Herman Willem Daendels

Begitulah dua sisi kehidupan sang jenderal. Dicaci sekaligus dipuji. Dibenci di negerinya sendiri, tetapi menjadi kepercayaan Napoleon di Perancis. Entah yang mana yang benar. Apakah Daendels memang sangat kejam seperti yang diceritakan dalam sejarah? Atau Daendels masih memiliki rasa kemanusiaan? Hmmm..., kalau menilik romantisnya saat melarikan Alieda untuk dinikahinya, mungkin sebetulnya Daendels adalah pribadi yang hangat. Tapi Daendels juga merupakan pribadi yang tegas dan enerjik, melihat bagaimana Daendels selalu terlibat dalam momentum-momentum perubahan.
Belajar dari catatan sejarah Daendels, saya jadi berpikir bahwa akan selalu ada dua pandangan, pro dan kontra. Bisa jadi apa yang menurut kita benar, dimata orang lain belum tentu sama. Begitu pula dengan atasan atau pemimpin kita. Bisa saja mereka membuat aturan atau kebijakan yang kejam menurut kita, misalkan tiba-tiba kita dirotasi, justru sebetulnya mereka ingin kita maju dan terus bergerak. Bisa jadi yang menurut kita baik, mungkin ke depannya malah membawa kerugian atau malah membuat kita terlena. Semua tergantung dari sudut pandang kita. Jadi komunikasi dan keterbukaan adalah solusinya.
Referensi
1. Encylopaedia Britannica, www.britannica.com
2. Herman Willem Daendels - Rijksmuseum, Amsterdam, www.rijksmuseum.nl
3. Daendels biography, www.frenchempire.net
4. Historia, Daendels, Napoleon Kecil di Jawa, www.historia.com
5. Alieda Elisabeth Reiniera van Vlierden, http://resources.huygens.knaw.nl
6. Dutch cemetery, central tomb, Elmina, www.engelfriet.net




23 komentar:

  1. Eh baru tahu kalo emang beneran dibayar. Tapi ma bupatinya mungkin ditilep hingga gak sampe rakyat. :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Katanya sih dibayar berdasarkan beratnya lokasi Mak. Kalau menurut majalah historia rute Cisarua-Cianjur (10 ringgit perak per orang/bulan), Cianjur-Rajamandala (4 ringgit perak per orang/bulan), Rajamanadala-Bandung (6 ringgit perak per orang/bulan), Bandung-Parakanmuncang (1 ringgit perak per orang/bulan), Parakanmuncang-Sumedang (5 ringgit perak per orang/bulan), dan Sumedang-Karangsembung (4 ringgit perak per orang/bulan). Terus si pekerja juga mendapatkan beras dan garam.

      Saya ngga tau Mak, pada zaman itu 1 ringgit - 10 ringgit itu nilainya besar atau tidak. Sepertinya kecil yak? Hanya feeling saya sih, segitu kecil...hehe.

      Hapus
    2. Kok ngefly sendiri sih saya bacanya :")

      Hapus
  2. Balasan
    1. Iya begitu...ternyata menarik juga menggali-gali cerita sejarah. Banyak hal baru yang baru tahu. Katanya Sukarno kan jangan sekali kali melupakan jas merah..alias sejarah. Uhuk!

      Hapus
    2. Test commen, e ini dimoderasikah, td aku dah ngetik panjang xixi

      Hapus
  3. Wah kisah daendels aleida ternyata mirip romannya shakespeare nih
    Aku jadi pnasaran, coba klo difilmkan pasti keren ni..kbayang pemainnya bakal pke gaun ala victoria gitu
    Btw aku klo baca sejarah tentang perhindia belandaan rasane ngeri ngeri sedep, suka kebayang noni noni belanda hihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya yak...model romantisme zaman dahulu. Saya juga ngebayangin gaun2 gede2 sama topi2 renda gitu ya. Di balik sisi kejamnya ternyata doi punya sifat romantis...

      Noni - noni belanda di gedung - gedung tua belanda yak. Iiih...ngebayanginnya ajah udah bikin merinding bulu kuduk. Haha...

      Hapus
  4. Wah keren nih pembahasannya... Saya tertarik pas baca dia memberlakukan larangan penebangan kayu liar (ilegal logging) dan bahkan dari dulu saja dia sudah sadar lingkungan harus dijaga dan dilestarikan. Lepas dari motifnya dia apa, memang sih tokoh seperti mereka ini pasti ada sisi negatif dan positif...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul Mbak..setiap tokoh memang selalu ada sisi pro dan kontranya. Tergantung dari sisi mana kita mengambil sudut pandang. Tampang di luaran mungkin jauh berbeda dengan tampang di dalam hati. Jiaah..jadi inget drakor The Mask niy...bahwa manusia itu intinya selalu pakai topeng.

      Hapus
  5. Hmm lengkap juga penyampaian ceritanya sangat jelas dan membuat saya puas untuk membacanya.

    Salam kenal dari blogger ganteng.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal juga blogger ganteng ... hehe.
      Terima kasih Mas...

      Hapus
  6. saya baru dengar namanya Mbak dan baru tahu setelah baca postingan ini :( (kudet banget yah saya)

    terimakasih infonya Mbak Levina, membaca tulisan ini saya akhirnya tahu :)

    BalasHapus
  7. terimakasih ni, bisa tambah-tambah pengetahuan sedikit :)

    BalasHapus
  8. Aelah romantis bgt mbak :"")

    BalasHapus
  9. Cerita-cerita seputar memperkaya diri dan kekejaman Daendels itu adalah fitnah yang dilakukan para bawahannya yang anti Prancis. Ditambah dengan intrik kotor mereka agar Dendels cepat-cepat dicopot. Semakin lama Dendels di Jawa artinya mereka rela berada di bawah bayang-bayang kekuasaan Prancis. Padahal Daendels sendiri adalah orang yang tegas dan memperhatikan kesejahteraan serdadu tanpa peduli dari mana asalnya. Ketidak sopanan para serdadu Bumiputera dan penyimpangan para perwira Belanda/Eropa lainnya ia perhatikan serius. Ia menerapkan hukuman tegas kepada serdadu Bumiputera yang melecehkan tradisi Eropa dan pemerasan yang dilakukan para perwira Belanda/Eropa. Ia tidak bisa menerima tindakan indisipliner dalam militer Prancis-Belanda di Nusantara saat itu...

    BalasHapus
  10. Ternyata begitu ya, korupsi sudah ada sejak zaman dulu ya. Seperti mata pisau aja ya mbak, yang satu tajam, tapi sisi lainnya (belakang) tidak.Romantis juga ya Daendels ini.

    BalasHapus
  11. parah... emg udah dari dulu, sekarang2 baru rame soalnya medianya lebih berani ekspos gak kaya dulu medianya pada ga brani

    BalasHapus
  12. klo kata guru saya jangan pernah sekali2 kamu masuk kedalam politik, klo emg mau bersosial ya fokus kemakmuran rakyatnya

    BalasHapus
  13. Daendeles mula-mula membuat jalan ditepi pantai seluruh Jawa, untuk pertahanan menghadapi Inggris. tentu saja jalan sederhana untuk pasukan kuda dan infantri dan merbaiki jalur yang sudah ada. tetapi setelah itu bikin jalan Bogor - Cirebon dengan motif ekonomi untuk ngangkut hasil bumi pakai gerobag jalan Bogor - cirebon inilah yang banyak makan korban karena medan berat dan jalan teknis untuk kendaraan

    BalasHapus
  14. aku baru tau tentang jenderal daendels ini. Duuh aku emang kudet mbak -__- Makasih ya mbak sharingnya. ;))

    BalasHapus
  15. hmm...kalo membaca kisah gubernur daendels ini, saya tiba-tiba teringat dengan seorang gubernur di suatu provinsi. Mirip-mirip.

    BalasHapus
  16. Wah, ini mah baru kece Bu, sangat informatif, dilihat dari rujukannya, tidak diragukan lagi. Agak disayangkan kenapa referensi sejarah kolonial kita tidak selengkap ini. Dulu tak seperti ini yang Saya dapatkan dari guru sejarah. Neranginnya menggebu-gebu, namun ternyata masih banyak yang terlewatkan. Hadehhh. Terima Kasih Bu atas bag-bagi pengetahuannya.Salam Kenal

    BalasHapus

Terima kasih telah berkomentar. Silahkan tinggalkan jejak, ya.

Follow my media social for any update of articles
Twitter: @mandalagiri_ID
Instagram: mandalagiri_ID

 

Ads

Followers

Ads

Warung Blogger

Hijab Blogger

Kumpulan Emak Blogger

Ads

IDCorner

ID Corners

Fun Blogging

Fun Blogging

Blogger Perempuan Network

Blogger Perempuan