Lebih Baik Menjadi Yang Dibutuhkan Atau Tidak Dibutuhkan?

menjadi yang dibutuhkan dan tidak dibutuhkan dalam leadership
Tiba-tiba pertanyaan itu terlontar dari mulut seorang teman. “Sebetulnya mending menjadi yang dibutuhkan atau tidak dibutuhkan?”
Saya lupa awal mula percakapan kami seperti apa, sampai akhirnya terlontar pertanyaan seperti ini. Hmmm, terus terang saya jadi terdiam dan berpikir. Lebih baik mana yak?
Menjadi orang yang dibutuhkan artinya sesuatu tidak akan berjalan lancar tanpa ada diri kita. Sebaliknya menjadi orang tidak dibutuhkan, ada dan tidak ada kita sesuatu bisa berjalan seperti biasanya. Ibaratnya menjadi orang tidak dibutuhkan, kasarnya dunia tetap berputar kok dengan atau tanpa elo ada di sini.
Sedih ngga sih menjadi orang tidak dibutuhkan seperti di atas? Kok kayaknya ngga dianggap sekali yak. Lebih enak menjadi yang dibutuhkan dong kalau kayak gitu.
Tapi, sebelum saya menyahut dengan pilihan lebih enak menjadi orang yang dibutuhkan, teman saya, berkata, “menjadi tidak dibutuhkan berarti sistem berjalan tanpa tergantung kepada orang tertentu. Artinya kita berhasil membuat anak buah kita tidak bergantung pada atasannya. Leadership kita berhasil.”
Wait the minute! Menjadi yang tidak dibutuhkan artinya mempunyai leadership yang bagus? Bagaimana ceritanya? Bukankan menyedihkan menjadi yang tidak dibutuhkan?
Seolah mengetahui isi pikiran saya, dia pun melanjutkan.
“Contohnya, seorang manager membuat sistem di departemen, kemudian menerapkannya sampai akhirnya anak buahnya dapat menjalankan semuanya dengan baik tanpa membutuhkan managernya harus turun tangan langsung. Organisasi jalan dengan baik dan lancar. Tapi di satu sisi, manager tersebut, karena kerjaan sudah di-handle dengan baik oleh anak buahnya, menjadi tidak punya kerjaan lagi alias jobless alias tidak dibutuhkan. Menurut kamu sebagai dia bagus tidak leadership-nya?”
“Hmmm, bagus sih. Berarti dia berhasil mendidik anak buahnya,” jawab saya ragu.
“Tapi sebagai manager, dia menjadi ngga punya pekerjaan. Jadi yang ngga dibutuhkan di situ. Bagaimana dong?” Tanyanya.
“Iya juga sih,” jawab saya sambil garuk-garuk kerudung.
“Supaya tetap menjadi yang dibutuhkan, bisa saja si manager itu hanya memberikan ilmunya sedikit kepada anak buahnya.”
“Bener juga sih. Kalau ngga kayak gitu, ya nanti ngga ada kerjaan,” jawab saya sambil berpikir, that’s not the right thing! Menurut saya, setidaknya, seorang pemimpin harus bisa mendorong anak buahnya untuk maju dan berhasil.
“So, mending menjadi yang dibutuhkan atau tidak dibutuhkan?”
Au ah gelap. Terus kalau Bapak Manager pilih yang mana?” Ledek saya.
“Jadi, teman saya bilang, ada beberapa pilihan jika memilih menjadi yang tidak dibutuhkan. Pertama, setelah tidak ada kerjaan karena semua sudah dikerjakan anak buah, si manager bisa bilang ke atasan lagi, gue udah ngga ada kerjaan nih, kasih gue kerjaan lain dong. Nah kalau atasannya diam saja, itu tandanya pilihan kamu mau tetap tinggal di tempat sekarang atau cabut mencari pekerjaan lain,” jelasnya, masih menurut temannya.
Saya manggut-manggut. Hmmm, benar juga sih yang dikatakannya.
“Jika atasannya cerdas, dia akan melakukan hal yang sama seperti halnya si manager tadi ke atasannya lagi, dan membekali si manager untuk menggantikan posisinya. Begitu seterusnya.”
“Oh, kalau begitu semua sama-sama improve yak.”
Saya teringat seorang atasan yang saya hormati yang telah pensiun. Betul sekali apa yang dikatakan teman saya ini. Tidak mudah untuk membangun sebuah sistem sehingga orang bisa yang masih bekerja di situ hanya tinggal mengikuti sistem yang telah ada.
“Ya. Teman saya bilang, kalau dia lebih memilih mengajarkan semuanya. Jadi ngga perlu takut untuk menjadi yang tidak dibutuhkan. Tidak perlu takut untuk mengajarkan semua ilmu pada orang lain.”
“Iya ya. Dengan begitu, kita juga punya waktu untuk lebih meng-upgrade kemampuan kita lebih dari yang sebelumnya.”   
“Yup. Betul sekali. Setiap orang pasti ingin berkembang dan ingin mengaktualisasikan dirinya.”
Sungguh sebuah obrolan yang menyenangkan dan menginspirasi bersama seorang teman hari ini. Sesuai dengan pelatihan leadership yang pernah saya dapat beberapa minggu lalu. Tapi sampai sekarang saya ngga tahu pilihan teman saya ini apa, obrolan kami berhenti sampai di sini karena saya sudah harus turun. 
Nah, kalau kamu bagaimana? Mending menjadi yang dibutuhkan atau menjadi yang tidak dibutuhkan?

8 komentar:

  1. Kalau saya lebih suka menjadi yang dibutuhkan mba hahaha artinya saya memiliki peranan yg besar sementara kalau saya ga dibutuhin lagi berarti ga ngaruh deh mendingan cabut klo gicuh :) CMIIW ini pernah dibahas sama trainer waktu pelatihan ISO dan dy blg jdlah yang dibutuhin :) beda kepala beda isi *lalu kita menyimak sambil makan kuaci :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. haha..beneeer. Beda kepala beda isi. Kalau gitu kesimpulannya menjadi yang dibutuhkan untuk menjadi tidak dibutuhkan. Hahaha.

      Tapi kalau dipikir-pikir sih yak, bedanya leader sama pemimpin disitu kali yak. Kalo leader istilah saya mirip kayak tut wuri handayani tea. Mendorong dari belakang, perannya ada tapi ngga keliatan orang. Jadi seolah ngga dibutuhin. Karena anak buah atau anak didiknya maju.

      Iya ngga sih? Ah, mulai ngelantur nih...

      Hapus
  2. Kalau bicara leaderahip saya punya satu referensi yang cukup lengkap mengenai leaderahip mba, judul bukunya itu leaderahip mastery penulisnya del carnigie, menurut saya buku yang paling lengkap mengenai kepemimpinan, banyak hal yang dikuasai dari pemimpin2 sukses dunia, bagaimana seharusnya bersikap dengan bawahan dan masih banyak lagi hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, saya belum baca sih bukunya. Kayaknya pernah beli, tapi ngga kuat bacanya haha. Waktu itu berasanya seriusan amat gitu tulisannya, jadi bikin mata ngga kuat lama baca. Tapi katanya sih memang bagus.

      Hapus
  3. Maksud nya leadership, malah salah ketik.

    BalasHapus
  4. jadi bingung juga kalau pertanyaan itu di lontarkan kepada saya.. karena saya bukan atasan juga sih.. jadi saya pilih lebih baik jadi orang yang di butuhkan deh soalnya karena saya bukan atasan jadi jika saya tidak di butuhkan kemungkinan akan di tendang jauh-jauh. huft :-(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah itu dia. Saya juga sempet bilang begitu, tapi dibilang tetep punya anak buah kan. Bos kita juga jadi anak buah bos yang diatasnya lagi ... xixi. Jadi mumet. Ya wes lah sing penting kita hidup lakukan yang terbaik yak. #garukgarukkepalabingung. hihihi

      Hapus

Terima kasih telah berkomentar. Silahkan tinggalkan jejak, ya.

Follow my media social for any update of articles
Twitter: @mandalagiri_ID
Instagram: mandalagiri_ID

 

Ads

Followers

Ads

Warung Blogger

Hijab Blogger

Kumpulan Emak Blogger

Ads

IDCorner

ID Corners

Fun Blogging

Fun Blogging

Blogger Perempuan Network

Blogger Perempuan