Ada Gas di Mulut Caca


gigi berlubang"Tadi dari salah satu saluran akar gigi keluar darah segar, tetapi saya belum telusuri lebih lanjut," dokter Melanie, dokter spesialis gigi endodontik, menggambarkan struktur gigi dengan 3 saluran akarnya di kartu berobat Caca, "saluran yang ini saya bersihkan dan saya isi dengan antibiotik, jadi tidak perlu minum antibiotik."


"Darah Dok? Bermasalah tidak?" tanyaku khawatir.

"Itu belum saya telusuri lebih lanjut," jawabnya, "mudah-mudah tidak apa-apa. Darahnya segar, kemungkinan ada masih ada jaringan hidup di saluran akar yang dua lagi. Kalau masih ada, berarti nanti kita ambil."

"Jadi gigi mati dong Dok?"

Terus terang aku bingung, kalau gigi mati, kenapa dipertahankan? Kok tidak di cabut saja ya? Bikin ribet saja. Duh, inilah akibat lalai tidak tahu mengenai pertumbuhan gigi permanen anak. Kenapa sampai berakhir di meja dokter spesialis gigi endodontik atau spesialis konservasi gigi, ini berawal dari beberapa minggu lalu.

-----

Gigi Yang Tidak Bisa Diajak Kompromi

"Kenapa nangis Ka?" tanyaku pada Naylal Azka Farid. Suara nyanyian yang ceria dan riang menemani santapan siang. Bunyi dendang botol aqua terdengar nyaring. Salah seorang mengedarkan plastik kecil kepada pengunjung untuk diisi recehan. 

"Sedih dengar lagunya?" tanyaku lagi sambil menyuapkan kupat tahu ke mulutnya. 

"Sakit giginya Bu. Sakitnya sampai ke telinga. Suara gendangnya bikin sakit," jawab Caca meringis memegangi pipi kirinya. 

Tot! Tot! Bunyi klakson bis bersahutan. Asap kendaraan berhamburan dari knalpot bis. "Kalau mau ke Dago, bisnya yang mana ya Mas?" tanya wanita berkerudung putih di sebelahku kepada penjual kupat tahu. "Oh, yang itu Bu. Sebelah bis Damri Leuwi Panjang - Cicaheum ada Damri Leuwi Panjang Dago." 

"Sanmolnya diminum dulu yak. Semalam Dokternya ngga bilang apa-apa?" 

"Ngga Bu, hanya dibilang sikat giginya kurang bersih sama karena banyak makan coklat. Bukan dari tambalannya Bu," jawabnya sambil susah payah menelan tablet Sanmol. 

"Masih sakit Bu. Nyut-nyutan telinganya," kata Azka 30 menit kemudian. 

"Ya, udah nanti kita cari dokter gigi ya di Antapani. Mudah-mudahan dokternya tidak liburan long weekend. Ayo kita harus naik bis dulu ke arah Cicaheum. Tuh bisnya sudah mau berangkat. " 


-----


Gas Yang Terakumulasi


Sanmol 500 gram pun tak mempan lagi menahan sakit giginya Caca. Semakin sore, wajahnya tambah murung, hilang keceriaan yang selalu ada di wajahnya. Aduh, hari libur begini, adakah dokter gigi yang praktek? Batinku.


Alhamdulillah, ternyata di Medika Antapani, ada dokter gigi yang praktek, namanya dokter Benedicta. Tidak menunggu waktu, langsung menuju ke sana, kebetulan rumah adikku dekat dengan klinik tersebut.

Setelah menunggu agak lama, akhirnya, "anak Nayla!" panggil perawat dari dalam ruang praktek. 

"Ini, harus dibongkar Bu," kata dokter setelah memeriksa gigi Caca, "kalau tidak, tetap akan sakit. Sanmol pun tidak akan mempan."

Mendengar kata dokter, Caca langsung berteriak, "jangan dibongkar! Kata dokter di Cilegon ngga boleh dibongkar, soalnya masih sakit," tangisnya.

"Emang boleh ya Dok? Lagi sakit gigi dibongkar tambalannya?" tanyaku, Caca masih tersedu berbaring di kursi periksa.

"Justru harus dibongkar, karena di dalam ada gas yang dihasilkan dari bakteri yang terjebak tidak bisa keluar terhalang tambalan permanennya. Gas ini menekan syaraf di bawahnya, sehingga menimbulkan sakit. Kalau tidak dibongkar, gas akan semakin terakumulasi," jelasnya.

"Kamu mau cepat sembuh ngga? Mau liburannya ngga terganggu sakit?" kata dokter kepada Caca dengan tegas. Caca langsung terdiam.

Proses membongkar tambalan berlangsung cepat.  "Obatnya dilanjutin saja yak. Saya akan memberikan surat rujukan untuk perawatan lanjutan di Cilegon" kata dokter sambil menuliskan sesuatu di kertas periksa.

"Obatnya yang dikasih antibiotik dan sanmol Dok, 3 x 1 tablet," aku menunjukan obat-obatan Caca. "1 tablet?" dengan muka sedikit terkejut, dokter melihat kemasan obatnya, "cukup 1/2 tablet saja Bu. Kebanyakan kalau 1 tablet."

Deg! Rasanya seperti ditampar dan ingin marah, bisa-bisanya dokter sebelumnya memberikan obat terlalu banyak. Memang sebelumnya sedikit ragu, biasanya sanmol 500gr adalah untuk ukuran dewasa. Sepanjang perjalanan pulang, tak henti-hentinya kusesali karena tidak teliti bertanya dan langsung memberikan obat-obatan tersebut.

Besoknya, Caca sudah kembali ceria, dan

-----

Bakteri Yang Bandel

Setelah konsultasi dengan Suster Rani di klinik perusahaan, akhirnya aku putuskan untuk melanjutkan perawatan gigi Caca di dokter Ane Rufaida. Menurut Suster Rani, dokter Ane, dokter yang bagus di area Cilegon dan Serang. "Orangnya juga asyik," kata Suster Rani.

Setelah melihat rujukan dokter di Bandung, dokter Ane, mengganti obat di dalam gigi Caca dan menambalnya sementara. Masih harus satu kali datang lagi untuk melihat perkembangannya, dan ditambal permanen, jika memungkinkan. Dokter Ane juga terkaget-kaget mendengar sanmol 500gr diberikan kepada Caca. "Dokter siapa yang ngasih resep obatnya?" tanyanya dengan suara sedikit kencang. 

"Bu, kalau ibu bingung, ini kan 500gr. Ingat saja, 500gr itu dosis orang dewasa," jelasnya.

"Iya, Dok, waktu itu baru diminum 3x, selebihnya 1/2 tablet atas anjuran dokter di Bandung."

Setelah seminggu berjalan, waktunya untuk cek gigi lagi. "Mudah-mudahan, bisa langsung ditambal permanen ya," kataku sambil membelai rambut Caca. Caca hanya mengangguk. "Masih terasa sakit?"

"Udah tidak sakit," jawabnya. Antrian dokter gigi lumayan lama. Padahal tadi berusaha datang lebih awal, tetapi tetap saja kebagian nomor urut 10. Aduh, dari jam berapa orang-orang ini datangnya. Di sini, memang sedikit berbeda, walaupun telah mendaftar sebelumnya, yang diakui adalah berdasarkan kedatangan.

Sudah mendekati jam 9 malam. Mata sudah mulai teler berat. Untungnya anak-anak masih liburan sekolah, jadi tidak terlalu masalah jika pulang malam, dan aku pun besok cuti. Semoga, langsung beres, jadi tidak mesti mengantri seperti ini lagi. Akhirnya giliran Caca tiba. Dokter membuka tambalan sementaranya, dan rupanya tidak selesai di sini. Menurut dokter, giginya kotor terus, dan dokter meminta dilakukan rontgen gigi, untuk mengetahui permasalahannya.

alat rontgen gigi
Peralatan Rontgen Gigi
Satu-satunya yang bisa melakukan rontgen gigi adalah Rumah Sakit Krakatau Steel. Jadilah keesokan harinya pergi ke Rumah Sakit KS, untuk rontgen gigi Caca. Rupanya untuk rontgen bisa langsung ke bagian radiologi, tanpa mendaftar di bagian depan. Radiologi letaknya di sayap kanan Rumah Sakit KS. 

Tidak memerlukan waktu lama untuk rontgen gigi. Hasil rontgen pun langsung jadi, tanpa harus menunggu berjam-jam. Alat rontgen giginya lucu, mirip di pesawat-pesawat luar angkasa. Ketika rontgen sedang berlangsung bagian yang mengelilingi kepala berputar-putar, seperti sedang scanning.

Caca diminta untuk menggigit bagian yang mirip pipa besi, dan tidak melepaskannya sampai alat berhenti berputar.

Prinsip kerja rontgen adalah menggunakan sinar X. Nah, sinar X ini ditemukan oleh Wilhelm Conrad Rontgen yang berkebangsaan Jerman, melalui percobaan menggunakan sinar katoda.

Jadi, alat rontgen ini membantu dalam membantu diagnosa dokter. Kebayang seadainya, dunia tanpa alat rontgen, hmmm...kira-kira seperti apa ya? Mungkin seperti kasus giginya Caca, dokter hanya bisa mengandalkan meraba-raba.

Menurut dokter Ane, setelah melihat hasil rontgennya, ada peradangan di bawah akar gigi, oleh sebab itu dokter merujuk ke spesialis untuk dilakukan perawatan lebih lanjut terlebih dahulu. "Yang bagian hitam ini menunjukkan perarangan," dokter menunjuk pada area di bawah benda-benda putih yang tumpang tindih.

"Oh, begitu," aku mengangguk-angguk, tapi terus terang agak bingung, kok bisa tahu warna hitam itu peradangan. Ah, dokter kan lebih tahu.

Jadilah kita bertemu dokter Melanie, dokter gigi spesialis konservasi gigi (endodontik), lulusan UNPAD, yang hanya satu-satunya searea Cilegon dan Serang.

Gigi Permanen Tumbuh Usia 6 Tahun. Ada Yang Tidak Tahu?

Dokter Melanie menjelaskan, kebanyakan orang tua kecolongan mengenai gigi geraham pertama atau sering disebut first molar ini, disangka gigi susu, padahal gigi permanen. Gigi geraham permanen ini tumbuh pada usia anak 6 tahun dan gigi menjadi sempurna pada sekitar usia 10-11 tahun. Terkadang orang tua membiarkan gigi ini rusak, karena berpikir gigi ini akan tergantikan, tetapi sebetulnya tidak.

"Ini kan kategorinya perawatan gigi mati. Kenapa mesti dipertahankan? Ada konsekuensinya tidak jika dicabut?"

Gigi yang dicabut tidak bisa tumbuh lagi. Jika dicabut pada usia terlalu dini, akan mempengaruhi kebiasaan makan, yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak. Gigi geraham ini berfungsi untuk mengunyah, sehingga jika dicabut, makan menjadi tidak nyaman, dan juga bisa menimbulkan rasa sakit di persendian rahang.

Jadi, jangan anggap remeh pertumbuhan gigi geraham pertama ini ya. Mumpung belum terlambat, buat para ibu yang anaknya masih dalam usia tumbuhnya first molar, ayo rawat gigi anak dengan baik, jangan kayak saya, kecolongan.





2 komentar:

  1. terima kasih untuk informasi yang bermanfaat ini.

    BalasHapus
  2. Haloo boleh tanya. Drg. Melanie itu prakteknya dimana ya? Karena saya belum pernah nemu spesialis konservasi gigi di Serang hehe. Terimakasih infonya..

    BalasHapus

Terima kasih telah berkomentar. Silahkan tinggalkan jejak, ya.

Follow my media social for any update of articles
Twitter: @mandalagiri_ID
Instagram: mandalagiri_ID

 

Ads

Followers

Ads

Warung Blogger

Hijab Blogger

Kumpulan Emak Blogger

Ads

IDCorner

ID Corners

Fun Blogging

Fun Blogging

Blogger Perempuan Network

Blogger Perempuan