Tari Topeng Yang Mendunia, Pesona Kota Budaya Indramayu


Kenangan Masa Kecil
Patrol!
Itulah yang terlintas pertama kali di benak saja ketika orang membicarakan Indramayu. Karena daerah ini beberapa kali saya lewati dalam perjalanan saya dari Kuningan menuju Cilegon. Terakhir kalinya melintas di sini bersama suami 12 tahun yang lalu, pernikahan kami baru berusia 2 hari kala itu.
Bagaimana tidak selalu terkenang dengan Patrol? Daerah itu adalah tempat terpadat yang harus dilalui kendaraan umum, bercampur baur dengan truk-truk juga pasar tumpah. Kamu akan merasa lega setelah melewati Kalitimbang dan Patrol. Walaupun begitu, suasananya selalu membuat kangen.
Sejak kecil saya tinggal di sebuah kota kecil di bawah kaki Gunung Ciremai. Bapak saya bekerja di Dinas Pendapatan Daerah yang terkadang mengharuskan beliau untuk pergi ke beberapa daerah di sekitarnya, seperti Cirebon dan Indramayu. Sepulang dari tempat-tempat tersebut, biasanya Bapak banyak cerita tentang tempat-tempat yang dilaluinya.
Jatibarang, Haurgeulis, Patrol, Karangampel, Bongas, Kandanghaur, Eretan adalah nama-nama yang masih saya ingat dari cerita beliau. Tapi, dari semua itu yang paling saya suka adalah saat pulang ke rumah, Bapak selalu membawa buah tangan buah mangga khas Indramayu yang dikemas dalam "boboko", keranjang yang terbuat dari ayaman serutan bambu. Gedong Gincu, begitu kami menyebutnya. Mungkin karena warna merah kulitnya mirip dengan gincu atau lipstik.
Indramayu, kota pinggir laut Jawa ini, letaknya berbatasan dengan Cirebon yang dipengaruhi budaya Jawa Timur dan Sumedang, Majalengka serta Subang yang membawa pengaruh budaya Sunda. Hmmm, bisa dibayangkan betapa Indramayu ini mempunyai keanekaragaman budaya. Belum lagi di zaman dahulu di sekitar pertengahan abad ke-17, daerah yang terletak di Lembah Sungai Cimanuk ini pernah menjadi kota pelabuhan yang ramai. Berbagai bangsa bertemu di sini. China, Belanda, Jepang pernah mendarat di bumi Pangeran Wiralodra ini dan berbaur dengan penduduk lokal. Tidak heran jika seni dan budaya di kota yang berjarak 207 KM ke arah Timur Jakarta ini, sangat beragam.
"Indramayu itu jauh ngga, Pak?" Samar-samar saya teringat percakapan dengan Bapak di waktu kecil. "Indramayu itu seperti apa?" Lanjut saya penasaran.
Bapak menjawab, "Indramayu itu tempat pertemuan budaya. Jasun! Perpaduan  budaya Jawa dan Sunda. Dulu, sebagian Indramayu masuk Kerajaan Sumedang Larang dan Galuh."
“Indramayu, kota yang kaya warna dan beragam seni budaya”
Setelah beranjak remaja dan melewati Jalur Pantai Utara yang melintasi Kabupaten Indramayu, baru saya mengerti dengan ucapan Bapak. Indramayu dilalui jalur utama Pantura yang menghubungkan daerah Sunda dan Jawa. Akulturasi kebudayaan terjadi ketika para perantau dari Timur (Suku Jawa) dan perantau dari Selatan (Suku Sunda) bertemu dengan penduduk asli Indramayu. Sehingga tidak heran jika di sini ditemukan berbagai jenis dialek dan tradisi yang justru semakin memperkaya khasanah budaya daerah Indramayu, selain dari pengaruh luar.
"Pokoknya lucu deh, Na, cara ngomongnya itu lho. Ucapannya Bahasa Sunda tapi dialeknya Jawa," papar seorang teman sehabis mengunjugi keluarga bapak mertuanya di Indramayu. "Bahasa aslinya dipengaruhi Cirebon. Jadi bahasanya mirip Cirebon, tapi dialek Indramayu. Orang menyebutnya Bahasa Dermayon," imbuhnya lagi dengan mimik muka takjub dan bersemangat saat menceritakan tentang Indramayu.
Selain dari uniknya bahasa sehari-hari yang dipakai, tentunya akulturasi budaya ini membawa pengaruh dalam hal kesenian atau pun adat istiadat setempat. Adat dan tradisi yang berusia ratusan tahun ini masih bertahan di tengah gempuran zaman di era globalisasi seperti saat ini.
Tradisi Nadran yang dilakukan para nelayan Pantura untuk mensyukuri hasil laut yang mereka peroleh; tradisi Ngarot di Desa Lelea, para gadis berdandan cantik dengan hiasan bunga-bunga di kepala untuk menyambut datangnya musim penghujan yang berarti musim tanam padi sudah di depan mata; tradisi Mapag Sri sebagai ucapan syukur para petani kepada Yang Maha Esa atas hasil panen yang melimpah; dan tradisi-tradisi lainnya yang semakin memperkuat posisi Indramayu sebagai Kota Budaya.
Dari segi kesenian pun, Indramayu kaya warna. Sebut saja Sintren yang mana penarinya dipercaya dalam keadaan trance. Si penari diikat, dikurung dalam kurungan ayam yang tertutup, dan beberapa saat kemudian dia bisa lepas, keluar dari kurungan tersebut dalam keadaan lengkap berpakaian tari dan berkacamata hitam. Ada juga seni Tarling, Berokan yang mirip dengan Barongsai. Lho kok ada pengaruh Cina juga? Seperti telah diutarakan di atas, disinyalir daerah Pantai Utara Jawa ini merupakan gerbang masuk bangsa lain, seperti orang-orang Cina yang memberi warna terhadap budaya lokal. Ciri khas ini tampak pula pada motif batik Paoman, khas Indramayu pun diwarnai kebudayaan Cina.
Terpikat Pesona Tari Topeng Indramayu
Tetapi dari beragam seni dan budaya Indramayu, ada satu kesenian yang membuat saya tertarik, yaitu Tari Topeng. Maestro Tari Topeng Indramayu yang termasyur adalah Mimi Rasinah. Beliau mempunyai tekad yang kuat untuk melestarikan salah satu seni budaya Indramayu ini. Saat membaca kisah Mimi Rasinah, yang hingga menjelang akhir hayatnya pun masih menari, mau tidak mau hati saya penasaran.
“Saya Akan Berhenti Menari Kalau Sudah Mati.”
(Mimi Rasinah, Maestro Tari Topeng)
Saat menari, muka penari ditutupi oleh sebuah topeng yang melukiskan karakter tertentu, dilengkapi dengan ronce panjang di kedua sisi telinga mahkota yang dikenakan penari. Mimi Rasinah yang sudah berusia sepuh terlihat masih enerjik menarikan tarian Topeng Panji di panggung Bentara Budaya. Lengannya dengan lemah gemulai menari dibalik topeng berwarna putih itu. Tidak terlihat sama sekali bahwa yang menari itu adalah sosok yang telah sepuh. Keren sekali!
Tari Topeng telah melalui proses perjalanan yang panjang selama berabad lamanya. Topeng yang digunakan bermacam-macam, ada topeng Panji, topeng Tumenggung, topeng Klana (Rahwana), topeng Rumyang, dan topeng Samba. Biasanya karakter tersebut diambil dari tokoh-tokoh kerajaan zaman dahulu.
Jenis-jenis topeng yang digunakan pada Tari Topeng Indramayu.
Saya ingat Ayah pernah bercerita mengenai tokoh ratu Kencana Wungu dan Menak Jingga. Ayah memang penggemar budaya dan sejarah, cerita beliau selalu menarik bagi saya. Mungkin itu sebabnya saya suka sejarah dan seni budaya. Pada Tari Topeng Kelana Kencana Wungu ini, menceritakan tentang Menak Jingga yang tergila-gila dengan kecantikan Kencana Wungu dan mengejarnya dengan segala cara, namun tidak membuahkan hasil.
Sayangnya tarian ini sempat dilarang karena disinyalir gerakan tariannya membangkitkan syahwat dan abangan. Mengenai hal ini, saya pernah bertanya kepada salah seorang kawan yang berasal dari Indramayu.
“Benarkan gerakan Tari Topeng ini sensual sehingga pernah pada zaman dahulu tarian ini dilarang, karena takut membawa pengaruh negatif?”
Kebingungan terbersit di wajahnya. “Wah, kalau ini malah baru tahu. Seingat saya, di waktu kecil dulu sering nonton, gerakannya sih tidak sensual atau erotis,” bantahnya. “Terkadang gerakannya justru gagah, tergantung peran yang dibawakannya.”
Saya mengangguk-angguk. “kenapa malah dianggap begitu ya, kesannya?”
“Tari Topeng itu adalah tarian rakyat, Na. Jadi, mirip dengan pengamen atau topeng monyet. Rombongan penari topeng ini berkeliling kampung, terus begitu selesai penari berkeliling sambil mengasongkan topengnya sebagai wadah untuk uang pemberian dari penonton. Rombongan ini berpindah dari satu tempat ke tempat lain membawakan lelakon cerita.”
Tari Topeng Indramayu, terus maju ke kancah internasional, diteruskan oleh Aerly Rasinah.
“Wah, seru juga ternyata. Tapi, mungkin saya mengerti kenapa Tari Topeng ini pernah dilarang,” kata saya sok tahu. “Sepertinya gerakan Tari Topeng, termasuk jenis topengnya mempunyai filosofi tertentu yang menggambarkan perilaku para raja atau pemimpin.”
Bisa jadi kan? Tarian Topeng ini merupakan lelakon yang dibawakan oleh rombongan penari keliling pada zaman dahulu. Jadi cerita-cerita di seputaran kerajaan atau pusat pemerintahan bisa cepat tersebar melalui jenis lelakon separti ini. Semacam spionase di masa lampau? Ah, itu hanya pikiran liar saya saja. Please, abaikan.
“Topengku, Jiwaku . . .” (Mimi Rasinah, Maestro Tari Topeng)
Topeng yang digunakan bentuk dan warnanya berbeda-beda. Masing-masing mewakili karakter atau watak tokoh yang dimainkan. Misalkan, penari Topeng Klana menggunakan topeng dan kostum yang didominasi warna merah. Merah ini melambangkan hasrat, nafsu dan keinginan pada jiwa manusia. Tarian Topeng Klana menggambarkan orang yang serakah, penuh dengan amarah dan angkara murka, yang diperjelas dengan visualisasi gerakan langkah kaki yang menghentak dan lengan selalu terbuka dengan jari yang mengepal.
Bagian akhir dimana penari berkeliling untuk meminta uang, konon katanya merupakan simbol raja kaya raya yang selalu saja tidak merasa cukup dengan apa yang telah dimilikinya, sehingga harus terus menerus merampas harta rakyat kecil.
Membaca mengenai perjalanan Tari Topeng, perasaan bangga ikut menyeruak di relung kalbu. Ternyata tarian asal Indramayu ini sudah melanglang dunia. Di bawah pimpinan Mimi Rasinah sang maestro, Tari Topeng pernah meninggalkan jejak di dunia internasional, seperti di Jepang, Inggris, Perancis bahkan sampai ke Benua Amerika. Ya, walaupun sang maestro kini telah tiada, tetapi Tari Topeng terus menjadi kesenian khas Indramayu yang menawan hati yang kini dilanjutkan oleh cucunya, Aerly Rasinah yang selalu teringat dengan ucapan Mimi Rasinah, “Topengku, jiwaku. Sesungguhnya ia tengah mengajarkan kita untuk mencintai sesuatu dengan ketulusan dan tanpa pernah berhenti.”
Mimi Rasinah, semangatnya untuk terus menari hingga akhir hayat, menginspirasi.
Nah, begitu cerita mengenai ragam budaya yang ada Indramayu. Oya, tanggal 7 Oktober nanti, Kota Budaya ini berulang tahun lho. Selamat Ulang Tahun Indramayu! Semoga seni dan budaya Indramayu ini tetap eksis dan melanglang benua. Tidak lupa, selamat ulang tahun ke-3 juga untuk Komunitas Blogger Indramayu! Semoga tetap semangat mengangkat seputar Indramayu. Semoga bisa eksplor Indramayu, dan merasakan enaknya kue Koci yang tersohor. Aamiin


***
Artikel ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Indramayu Kota Budaya
Dalam rangka memperingati hari jadi Kota Indramayu ke-489, pada tanggal 7 Oktober dan milad ke-3 Komunitas Blogger Indramayu, pada tanggal 28 Oktober. 

82 komentar:

  1. tari topeng ini keren banget menurutku, indah dan entah kenapa berasa magis juga :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya yak..kesannya magis gitu. Dulu saya juga berpikiran seperti itu. Makanya suka agak takut kalau mau lihat. Tapi kalau udah lihat gemulainya penari, suka penasaran .. kok bisa sih narinya bagus kayak gitu. Dulu di sekolah ada pelajaran seni tari, iih, gerakan kepala aja ga bisa-bisa saya mah..xixixi.

      Hapus
  2. Mbak Levana, membaca post ini saya langsung jatuh cinta pada Indramayu. Unik banget tradisi yang tumbuh di atasnya ya. Suatu saat saya harus berkunjung ke tempat ini :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak Evi. Selain Tari Topeng juga ternyata ada banyak budaya lainnya di Indramayu. Saya penasaran dengan upacara Nadran. Gadis-gadisnya cantik menggunakan mahkota dari bunga-bunga. Colorful banget. Duh, pengen punya kesempatan liputan acara Nadran ini.

      Hapus
  3. Indramayu patut di acungi jempol dalam memelihara peninggalan leluhur. Keren

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul. Ternyata banyak ya, yang ada di sini. Mungkin karena Indramayu ini merupakan pertemuan berbagai kebudayaan yak. Zaman dulunya pelabuhan Indramayu pernah jadi pelabuhan terkenal juga. Bahkan ada cerita armada Jepang bertempur disekitar sini melawan Belanda.

      Hapus
  4. “Saya Akan Berhenti Menari Kalau Sudah Mati.”
    Semangat seperti ini yang harus dimiliki oleh generasi muda untuk melestarikan budaya bangsa yang adiluhung. Jangan hanya demo ketika budaya kita diakui negara lain.
    Terima kasih reportasenya yang memikat
    Salam hangat dari Jombang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya merinding Pak Dhe, dengan ucapan sang maestro Tari Topeng ini. Bahkan salut saat melihat videonya, di usia senja masih bisa menari dengan gemulai.

      Betul juga ya Pak Dhe, demo melulu ketika dicomot orang. Padahal ngga aneh juga sih, jika negara-negara lain punya kebudayaan yang mirip-mirip. Lah, kan kita bercampur baur yak. Ngga heran kalau ada influencenya. Tapi kayaknya kita juga salah, baru sadar setelah diakui orang .. ya Pak Dhe. Makasih sudah mengingatkan untuk selalu punya semangat melestarikan nilai-nilai budaya bangsa.

      Hapus
  5. Kalau saya sudah tidak kaget mbak kalau tari topeng ini bakal menjadi mendunia karena tariannya yang khas dan suasanannya juga beda dari tarian yang lainnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya paling suka saat si penari mengibaskan ronce panjang di kedua belah sisi kiri kanan kepalanya itu lho. Kesannya gaya yak.

      Hapus
  6. Bener ga sih kalo penari topeng ini jaman dulunya kerasukan gitu Suka serem makanya kalo liat tari topeng. Yang menjadi idola dari indramayu adalah mangga indramayu hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mangga-nya memang spesial yak. Kayaknya itu memang ikon Indramayu yang paling melekat.

      Yang kesurupan itu mungkin yang Sintren kali Mbak. Penari Sintren dipercaya dalam keadaan trance saat menari. Dikurung di kurungan ayam dalam keadaan terikat, tahu-tahu bisa keluar dengan kostum lengkap dan menari.

      Hapus
  7. Mantap ya, bisa mendunia. Bangga jadi warga Indonesia.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saat baca bahwa Tari Topeng ini sudah melanglang dunia, jadi ikutan bangga sebagai anak bangsa. Padahal kalau dipikir perjuangan Mimi dan cucunya Aerly pasti penuh jatuh bangun ya untuk melestarikan dan mengenalkan
      tari topeng. Kita cuma tahu akhirnya aja yak..

      Hapus
  8. Tari Topeng ini sudah jadi ikon kota Idramayu ya, mbak?. Banyak jenis tarian Topeng tapi yang paling sering diingat ya yang dari Indramayu ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya betul ... Tari Topeng ini ada di beberapa tempat. Masing-masing punya keunikan sendiri. Umumnya berkembang di sekitar Indramayu, Cirebon, Brebes.

      Hapus
  9. Bener juga, saya kalau lewat indramayu gak pernah paham dengan bahasanya, akhirnya memutuskan pakai bahasa indonesia aja tanpa logat apa-apa, biar gak kebingungan :D. Tapi, kalau tari topeng, ini tarian yang punya daya magis berbeda. Gerakannya juga punya pesan yang gak bisa langsung saya tangkap. Seandainya saya paham, apa makna yang tersampaikan melalui setiap gerak gerik penarinya, pasti semakin mendayu-dayu menikmati penampilan tarian topeng.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha.
      Iya, ada temen yang orang Jawa pun kebingungan ... ini bahasanya apa logatnya apa ... campuran katanya. Kebetulan mertuanya dari Indramayu

      Tapi di situlah letak keunikannya yak.

      Hapus
  10. keren... aku gak pernah ke ndramayu...

    semoga menang lombanya ya..

    BalasHapus
  11. setiap kali lihat penari topeng, kok aku inget didik ninik towok ya.. itu loh penari topeng legendaris yang badannya luwes banget dan bisa memperagakan seakan-akan kepalanya bisa menghadap ke belakang gitu.. dia kalo udah nari topeng kayak beneran punya banyak wajah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cowok tapi lentur banget ya Mbak tubuhnya. Kalau orang dah bakat dari sananya mah kayanya buat nari gambang banget ya Mbak ... Didik Nini Thowok ini juga keren ya tari kreasinya..

      Hapus
  12. Aku penasaran sama budaya-budaya indramayu yang ada mistis-mistisnya den mba, seru aja lihatnya. Semoga dikasih kesempatan ke Indramayu nantinya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, asyik kali yak kalau bisa jelajah budaya Indramayu dari ujung ke ujung. Euuh, ngarep banget saya. Kalau yang mistis mah model Sintren itu kali yak... Saya paling tertarik selain Tari Topeng adalah Budaya Nadrannya. Colorful banget ...

      Hapus
  13. Suka dg semangatnya penari senior yg bilang kematianlah yg hanya membuat dia berhenti menari. Anyway good luck mba :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semangatnya itu yang membuat saya merinding. Menjadi cambuk buat saya untuk selalu melakukan yang terbaik dalam aktivitas saya. Walaupun kadang lelah dan bosan mendera.

      Terima kasih, Mbak ...

      Hapus
  14. Bangga jadi Indonesia. :D Tarian lokal emang jauh lebih indah. Semoga para generasi mudah mau melestarikannya. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak, baru sadar bahwa tarian-tarian ini berharga yak. Saya pernah lihat di acara ajang pencarian bakat, ada anak, kalau ga salah namanya Sandrina yang menarikan tarian-tarian tradisional termasuk tari topeng ini. Salut melihat generasi-generasi seperti ini.

      Hapus
  15. Ternyata untuk satu daerah saja terdapat bermacam bahasa ya. Dulu waktu kecil takut kalo liat tari topeng, hihihi.. Mungkin karena nggak ngerti dengan filosofinya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya takut mah sama topeng merah. Topeng Rahwana yak ... hahaha. Tapi kalau topeng yang putih mah kesannya kemayu.

      Hapus
  16. kalau aku Mangga, mangga indramayu katanya enak. heheee, yup Patrol dan kesenian Indramayu memang menjadi salah satu sejarah yang dipelajari ya,Mba

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mangganya itu yak yang bikin ga tahan. Merahnya khas, ngga ada yang nyamain. Xixixi. Udah jadi brandingnya Indramayu tuh ... haha.

      Hapus
  17. Semoga Indramayu semakin maju dengan seni dan budayanya :)

    BalasHapus
  18. waaa indramayu kaya banget sama seni dan budaya nya
    buat topeng gitu rumit yaa hihii *karena ku gx bisa
    sukses buat kontesnya mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya juga ga bisa Mbak, bikin topengnya. Iya yak, jadi pengen juga nih tahu cara pembuatan topengnya. Selama ini saya belum pernah datang langsung menyaksikan pembuatan topeng. Wah, nambah bucket list nih ... Pengen ngeliput Nadran, pengen ngeliput pembuatan topeng ... dll.

      Hapus
  19. kayanya saya br lewat aja ke indramayu... ternyata budayanya menarik bgt ya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak ... cuma sekarang sejak ada tol Cipali agak susah ya. Harus nyengajain keluar gerbang tol.

      Hapus
  20. saya rada2 serem sih kalau liat topeng kayak gitu, kecuali kalau dilepas. Lama juga ya, berabad-abad. Naman2nya itu membuat saya penasaran

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya serem sama topeng yang merah Mbak..xixi. Tapi suka juga sih, karena kan masih-masing topeng sebetulnya mungkin menggambarkan karakter yang ada pada diri kita. Marah, hasrat yang menggebu, ambisi, dll.

      Hapus
  21. maksudnya tari topeng sempat dilarang karena ada yg berasa kesindir?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ngga tau sih Mbak, dulu kabarnya sempat dilarang, alasannya sih karena gerakannya yang memancing syahwat katanya. Haha, kalau yang kesindir, itu sih hanya opini pribadi Mbak ...

      Hapus
  22. mantap dah artikelnya, semoga indramayu bisa menjadi kota termaju di indonesia yah..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semua daerah punya potensi seni, budaya dan sejarah masing-masing sih. Justru menurut saya itu yang menjadi daya tarik Indonesia, dan masing-masing daerah harus terus menggali potensinya.

      Hapus
  23. aaaaiiihhh kecee bangeeettt nih review mbaee

    BalasHapus
  24. aku dulu masih kecil pernah tari topeng gitu :")
    duluuuuuuuuuuu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iiih keren Mbak ... Saya mah kalau nari yang gerakannya biasa banget baru bisa. Kalau yang susah-susah, apalagi gerakan kepala, ampun deh, nyerah.

      Hapus
  25. suka sama tari topeng ini, soalnya jadi nebak2 siapa yang nari, btw aku pernah setahunan di Jatibarang :D waktu nemenin suami dinas

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nebak-nebak ya Mbak, siapa di balin topeng...
      Saya suka pas nempelin topengnya sama lepasin topengnya. Kalau ga salah dulu suka pakai kain mirip saputangan, terus kayak orang lagi ngadep cermin berdandan gitu yak...

      Banyak keliling daerah ya Mbak. Wah, pasti banyak tahu tentang seni budaya di banyak daerah juga ya Mbak..

      Hapus
  26. Waah mba Lev orang kuningan? Tetanggaan atuh sy Cirebon tp bertetangga desa sm kuningan n majalengka. Mimi Rasinah mah legend bangeet nih
    Tari Topenf harus dilestarikan sbg wisata pesisir utara nih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya dari kecil saya besar di Kuningan, Mbak. Oh, Mbak Ophi dari Cirebon? Deketan dong kita yak...

      Hapus
  27. Saya tau tari Topeng dari Betawi Mba, Ohh..ternyata di Indramayu ada juga

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tari Topeng berkembang di kebudayaan Sunda juga sih kalau yang menurut saya baca. Terutama di daerah Cirebon, Indramayu, Jatibarang, Losari ...

      Hapus
  28. Mba juga dari Kuningan??? Saya juga dari Kuningan, dan dulu selalu ngelewatin Indramayu kalo lewat jalur Pantura, tapi sekarang sudah pada lewat tol Cipali

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya...saya besar di Kuningan dari kecil ...
      Betul sejak ada Cipali jarang lewat Indramayu yak. Padahal lewat jalur pantura lama banyak makanan khasnya yak..

      Cuma memang banyak bus dan truk yak.

      Hapus
  29. wih hebat ya kota Indramayu bun, bs mengangkat budaya topeng ini smpe ke dunia. indonesia bangga pastinya.
    ulasan bunda selalu lengkap, bs menarik hati dewan juri nih. semoga menang ya bun^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setiap daerah pasti punya ke khas-an masing-masing yang bisa diangkat jadi potensi daerah. Contohnya Indramayu ini. Brandnya yg udah melekat sih Mangga Gincu, cuma ternyata di Indramayu juga ternyata banyak potensi seni budaya, bahkan ada juga sejarah ya. Jadi penasaran untuk tahu lebih lanjut.

      Hapus
  30. Ibu Mimi, sangat akrab ditelingaku. Sering masuk televisi. Topengku Jiwakau, itulah hebatnya seorang seniman dan budayawan. Tidak mudah luntur semangatnya. Indramayu, patrol..taiap tahun aku melewati.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semangatnya itu ya Mas Djangkaru Bumi yang bikin merinding. Lah, saya kadang baru mentok dikit udah patah arang. Xixi. Patut dijadikan contoh untuk selalu bersemangat dalam mengerjakan sesuatu.

      Hapus
  31. Jadi inget masa SMU saya mba, ikut sanggar tari dan belajar tari topeng ini :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah asyiknya bisa belajar nari di sanggar. Saya cuma di sekolah saja pas pelajaran seni. Tapi itu pun tiap pelajaran ini, saya suka mules dan stress ... susah banget gerakan kepala itu loh yg geser kanan kiri tp lehernya tetep goyang.

      Hapus
  32. Belum ke Indramayu hehe, maklum kalo saya mau jalan ke Pulau Jawa berat bener ongkosnya dari Kalimantan. Cuman saya kalo liat topeng rada2 ngeri2 takut sih hehehe...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah dari Kalimantan ya Mas. Iya yak, kalau dari sana lumayan ongkosnya ... xixi.

      Hapus
  33. Maaf baru bisa mampir, saya pakai disqus jadi kalau komen di blog saya gak ada url blognya, jadi susah mau komen balik, hehe...

    Warna topeng juga memiliki arti tersendiri ya, menggambarkan karakter.. tambah pengetahuan...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mas ... tiap topeng menggambarkan karakter. Kalau dipelajari lebih dalam ternyata banyak filosofi hidupnya yak. Saya juga baru ngeh ...

      Hapus
  34. Kerenn ya Tari topeng bisa mendunia.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak, bangga juga yak seni budaya Indonesia bisa diterima di dunia internasional ...

      Hapus
  35. Mimi Rasinah penari topeng yg fenomenal, pantas dijadikan Tokoh Nasional.
    Inget banget dong ama mangga gedong gincu yg maniiiiss.
    Pernah juga wisata seruuu ke Tegal Gubug .. masih eksis enggak ya?

    mmm teringat : Indramayu, Jatibarang, Jatiwangi, Plered, Cirebon ...

    Kereennn liputannya mbak Levina ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, Tegal Gubug mah, yang tak terlupakan Mbak, buat saya. Wkwkwk.
      Pernah kejadian di daerah itu .. jadi pasti teringat selalu ...

      Tengkyuu Mbak..

      Hapus
  36. Kalo denger indramayu, yang keingetan adalah mangga! Hihihiii. Ternyata banyak juga ya potensi budaya di indramayu yang keren.. Semoga suat hari bisa eksplore indramayu aaah. Makasi infonya maaak, good luck ya blogcompnyaaaaa♥

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak. Saya juga awalnya taunya Gedong Gincu doang. Itu emang ikon nya yak.

      Hapus
  37. Saya belum pernah ke Indramayu tapi udah pernah lihat tari topeng di TV dulu waktu masih kecil. Tari topeng tuh paling suka bagian akhirnya ya mbak karena sang penari akan membuka topengnya dan memperlihatkan wajahnya :)

    Salut pada penari topeng karena bisa memakai topeng sampai tarian berakhir padahalkan sulit tuh ya..

    Setiap kebudayaan harus dilestarikan dan diwariskan supaya tidak punah terutama tari topeng ini karena unik :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya suka berpikir gimana pakainya. Kirain awalnya diikat ke belakang gitu yak. Tapi kalau ngga salah dia pakenya di gigit gitu yak, supaya tetep nempel di muka. Emang jadinya penuh tantangannya yak kalau kayak gitu.

      Hapus
  38. Jadi pengen belajar juga deh mbak tarian topeng ini biar bisa memperlihatkan kepada ibu saya, ahi hi hi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha...saya mah cukup lihat saja lah. Ngga bisa gerakan kepalanya itu lho. Nyerah saya..

      Hapus






























  39. Wah, asesori di kepala sangat unik dan keren, ya. Salah seorang keponakan bunda tinggal di Indramayu, siapa tau kala berkunjung bisa diajak ke pertunjukan tari topeng ini.



    BalasHapus
    Balasan
    1. Yang mana Bun yang keren? Yang Nadran, hiasan bunga di rambutnya? Ya Bun keren banget yak. Saya tertarik...semoga bisa meliput acara Nadran kelak.

      Hapus
  40. Inget indramayu, jadi inget mangga indramayu. Di Indramayu ada nadran kaya d cirebon yaa mba?

    BalasHapus
  41. Foto terakhir ituuu.. saya merinding.. Eksotis banget ^^

    BalasHapus
  42. Mb lev aku klo liat tari topeng inget novel ronggeng dukuh paruk, kebanyakan sekarang yg masih menguasai ilmunya udah pada sepuh tapi....
    Perlu banget dibudayakan soalnya menarik...
    Tapi kadang ada perasaan magis gitu aku mb klo liat pementasan tari ini

    BalasHapus
  43. waaaahh...selamat ya mba, nice info

    BalasHapus

Terima kasih telah berkomentar. Silahkan tinggalkan jejak, ya.

Follow my media social for any update of articles
Twitter: @mandalagiri_ID
Instagram: mandalagiri_ID

 

Ads

Followers

Ads

Warung Blogger

Hijab Blogger

Kumpulan Emak Blogger

Ads

IDCorner

ID Corners

Fun Blogging

Fun Blogging

Blogger Perempuan Network

Blogger Perempuan