1.000 Kilometer Mengejar #WonderfulEclipse


“Brakkk!” Suara bantingan pintu di kamar sebelah membuat saya mengelus dada. Terdengar tangisan kencang dari kamar sebelah.  “Pokoknya Ibu sudah janji! Kalau berjanji harus ditepati!” Teriakan Azka terdengar kencang diiringi isak tangis, menembus tebalnya daun pintu. 

gerhana matahari total palembang wonderful eclipse

Saya menghela nafas panjang. Ayahnya hanya diam saja sambil meneruskan membaca artikel safety dari perangkat LG G3-nya. Aisya mengendap-endap mendekati saya dan bertanya perlahan, “Memangnya kenapa ngga jadi pergi ke Palembang, Bu?” Mata beningnya penuh penasaran, menuntut penjelasan atas keputusan mendadak saya yang membatalkan kepergian ke Palembang. Sebelumnya saya menjanjikan jalan-jalan ke Palembang sekaligus melihat fenomena langka gerhana matahari total.  Hati saya bergelut antara keinginan memegang janji kepada anak-anak serta ketakutan saya melintasi Jalan Lintas Timur Sumatera.

gerhana matahari total palembang wonderful eclipse Sampai sore tadi saya masih mantap untuk melintasi jarak 1.000 kilometer, pulang pergi Cilegon – Palembang melalui jalur darat esok hari, sampai saat malam hari saya mendapat informasi dari teman mengenai rawannya Jalan Lintas Timur Sumatera. Dia mewanti-wanti supaya saya hati-hati karena baru beberapa waktu lalu salah seorang temannya mengalami kejadian ditodong sekelompok pengendara motor di Jalintim Sumatera. Informasi ini membuat saya berpikir ulang, apalagi saya membawa dua anak perempuan kecil. Amit-amit kalau sampai terjadi apa-apa.

“Bagaimana Yah? Jadi ngga kita ke Palembang?” Saya mencari persetujuan suami saya untuk mencari alternaf lain libur kejepit 5 hari ini. “Kenapa memang kalau ke Palembang? Kalau selalu takut, ya kita ngga pernah berangkat-berangkat,” jawabnya kalem. Iya juga sih, tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi di depan kita. Saya pun menghela nafas panjang kembali. Jujur, hati saya masih was-was. Saya beranjak melihat ke kamar Azka. Anak itu sudah tertidur lelap dalam tangisnya. Bekas air mata masih menempel di pipi mungilnya. Ya sudahlah, Bismillah, saya niatkan besok jadi berangkat ke Palembang, walaupun ketar-ketir apalagi setelah membaca berita polisi menangkap kawanan bersenjata yang meresahkan warga di suatu daerah di Lintas Timur.  

***

gerhana matahari total palembang wonderful eclipse

gerhana matahari total palembang wonderful eclipse Perjalanan melintasi Jalan Lintas Timur Sumatera ternyata tidak semenyeramkan bayangan saya. Sepanjang perjalanan dihiasi keanekaragaman budaya Indonesia. Di Pasir Putih Lampung, saya beruntung dapat ikut menyaksikan perayaan Melasti, salah satu upacara adat Hindu yang dilaksanakan menjelang Hari Raya Nyepi yang pada tahun ini bertepatan dengan kejadian gerhana matahari. Rumah-rumah traditional juga ornamen-ornamen khas Bali turut menghiasi perjalanan kami menuju bumi Sriwijaya. Belum lagi pemandangan alam perkebunan sawit, pertanian, perkebunan singkong dan lainnya yang super indah memanjakan mata saya. Pun ketika melewati perkampungan yang masih berupa rumah sangat sederhana dengan warna putih yang sama, membuat saya merenungi kehidupan yang telah saya lalui. Malu rasanya telah banyak mengeluh.

gerhana matahari total palembang wonderful eclipse Si Hitam terus melaju kencang melewati perbatasan Lampung dan Sumatera Selatan. Di beberapa titik jarak antar perkampungan satu dan lainnya cukup jauh dan relatif lebih sepi, wajar jika perjalanan malam tidak dianjurkan. Tak terasa 10 jam telah berlalu semenjak kami meninggalkan Bandar Lampung. Dengan panduan Google Maps dan Waze, kami melewati ikon kebanggaan kota Palembang – Jembatan Ampera – saat kami berusaha menemukan hotel tempat kami akan menginap. Dari jauh, 2 rangka besi berwarna merah yang menjulang tinggi telah terlihat. “Wah, itu Jembatan Ampera-nya!” Saya berseru takjub sedikit norak. “Mana? Mana?” Tanya Azka dan Aisya berbarengan. “Itu! Tanggal 9 Maret nanti jembatannya akan ditutup untuk festival gerhana matahari total,” tunjuk saya dengan hebohnya, sambil sedikit menjelaskan. “Ooooh,” keduanya memonyongkan bibirnya bersamaan membentuk bulatan penuh.

gerhana matahari total palembang wonderful eclipse Hotel tempat kami menginap, Graha Sriwijaya, terletak sangat dekat dengan ikon-ikon wisata kota Palembang seperti Benteng Kuto Besak, Masjid Sultan Mahmud Badaruddin I, Monumen Amanat Penderitaan Rakyat, Museum Sultan Mahmud Badaruddin II dan juga Jembatan Ampera. Pokoknya within walking distance, alias dalam jangkauan jalan kaki untuk mendatangi tempat-tempat ini dari Graha Sriwijaya. Tapi, malam ini saya urungkan niat mengunjunginya dan lebih memilih menghabiskan malam bersantai sambil menikmati makan malam di pinggiran Sungai Musi dengan latar belakang Jembatan Ampera yang genit mengedap-ngedipkan cahaya lampu berwarna-warni. Pilihan tepat memilih River Side Resto. Selain suasana malam yang romantis, makanannya pun langsung membuat lidah merindukannya lagi meski suapan di mulut belum berakhir. Di seberang sungai tampak Kampung Kapitan, yang konon merupakan jejak peradaban Tionghoa di Palembang. Bentuk atap putihnya yang unik membuat hati ingin menyeberangi Musi saat itu juga.

gerhana matahari total palembang wonderful eclipse Di depan Benteng Kuto Besak pun ramai dengan mobil gowes yang sekujur body dipenuhi hiasan lampu berwarna-warni. Palembang bersinar meriah di malam hari. Kesan pertama, am I really in Indonesia not Malacca?  Palembang sungguh menggoda. Sayang badan yang lelah akibat perjalanan 500 kilometer pertama mengurungkan niat saya mengeksplorasi area sepanjang Kuto Besak dan Jembatan Ampera. Kami memutuskan kembali ke hotel, sekaligus memperpanjang waktu tinggal kami di Graha Sriwijaya.

“Maaf Bu, permintaan untuk memperpanjang sampai besok tidak bisa kami penuhi. Besok kamar kita sudah full booked,” jelas front officer Graha Sriwijaya, “tidak ada kamar tersisa.” 

gerhana matahari total palembang wonderful eclipse What? Saya kaget setengah mati. Aduh, kenapa saya bodoh sekali hanya memesan kamar satu hari. Besok semua orang berbondong-bodong ingin menyaksikan peristiwa langka itu. Satu masalah terlewati, masalah lain kini menghadang, karena setelah searching melalui Traveloka pun, kami tidak bisa menemukan hotel terdekat yang masih kosong. Ayahnya anak-anak sudah senewen tingkat tinggi, kok bisa sih booking hanya satu hari padahal tahun event puncaknya besok, mungkin begitu yang terlintas dipikirannya.

“Ya, paling pahit-pahitnya tidur di Mobil di parkiran Masjid Agung Palembang,” jawabku atas kekalutannya, sambil terus berusaha mencari yang penting dapat kamar.

***

gerhana matahari total palembang wonderful eclipse

Permasalahan hotel belum selesai. Hotel yang letaknya agak jauh dari Jembatan Ampera dengan harga yang fantastis pun ludes, laris manis. Gila! Pusing kepala barbie, dimana mau cari hotel untuk menginap besok. Dan, disaat frustasi melanda ..., bingo! Akhirnya, Saya berhasil mendapatkan satu-satunya kamar hotel yang tersisa di sekitar Palembang Indah Mall. Yuhuu! Ngga jadi bermalam di parkiran masjid! Siap bocan nih, bobo cantik. Besok pagi-pagi sekali petualangan menjelajah Palembang, sehari sebelum GMT akan dimulai dengan menjemput mentari pagi.

Menyaksikan matahari terbit dengan latar belakang Jembatan Ampera adalah salah satu keinginan saya datang ke Palembang selain tentunya melihat GMT. Selesai sholat subuh, kami pun bergegas keluar hotel. Ayahnya anak-anak malah mengeluarkan sepeda lipatnya dan jalan sendiri, meninggalkan kami yang berjalan kaki.

gerhana matahari total palembang wonderful eclipse Sesampainya di plaza pinggiran Sungai Musi di depan Benteng Kuto Besak, saya menyadari bahwa spot di sisi ini sangat bagus untuk mengabadikan Jembatan Ampera melalui jepretan kamera. Tidak hanya kami yang tertarik menyaksikan matahari terbit satu hari menjelang GMT. Matahari yang sama yang akan bersinggungan dengan bulan pada jam dan detik yang sama esok hari.

Sunrise di ufuk timur mulai naik sekitar pukul 6 pagi. Subhanallah, Maha Suci Allah, ini adalah sunrise terindah yang pernah saya saksikan. Dengan latar belakang Jembatan Ampera yang menyatukan Palembang Ulu dan Ilir, matahari pagi dari bawah jembatan seolah menyapa: Assalamualaikum Indonesia! Selamat pagi! Semburat jingga mewarnai langit Sriwijaya, ditambah guratan putih sisa jejak pesawat di atas langit memberikan nuansa pagi yang hangat. Air sungaipun berkilauan tertimpa cahayanya yang hangat. Ah, sayangnya kamera handphone saya tidak secanggih mata ciptaan-Nya yang bisa menangkap setiap detail warna dan tekstur dengan sempurna. 

Fenomena gerhana matahari total tidak hanya menjadi magnet bagi wisatawan, tetapi juga telah menjadi daya tarik tersendiri bagi warga Palembang. 

gerhana matahari total palembang wonderful eclipse "Baru kali ini saya datang pagi-pagi ke Jembatan Ampera," seorang laki-laki di samping saya mengeluarkan suara setelah dari tadi sibuk mengabadikan moment terbitnya matahari 24 jam sebelum GMT, "padahal saya orang Palembang," sambungnya lagi. Tidak hanya Jembatan Ampera yang bisa mempertemukan Ulu dan Ilir, momen GMT pun mempertemukan berbagai bangsa di tempat yang sama. Bahasa-bahasa asing berseliweran di kanan kiri saya. Ada yang saya kenal, ada pula yang saya sama sekali tidak mengerti. Tetapi satu yang pasti saya tahu, mereka berada di Indonesia demi tujuan yang sama, menyaksikan pesona GMT.

Tidak kalah pentingnya, momen gerhana matahari total pun dapat meningkatkan penghasilan warga. Di plaza depan Kuto Besak, berjejer perahu-perahu yang siap menawarkan jasanya menuju Pulau Kemaro, delta kecil Sungai Musi yang juga telah menjadi the most wanted destination jika kita mengunjungi Palembang. "Ke Pulo Jodoh, Bu?" Saya terperanjat, tiba-tiba seorang bapak berperawakan gempal menyapa dari samping saya dan menawarkan jasa menuju Pulau Jodoh.

gerhana matahari total palembang wonderful eclipse


gerhana matahari total palembang wonderful eclipse “Pulau Jodoh?” Tanya saya sedikit kebingungan. “Pulo Kemaro,” bapak tersebut meralat ucapan sebelumnya. Ternyata Pulau Jodoh adalah sebutan lain untuk Pulau Kemaro, yang konon katanya di tengah pulau terdapat pohon cinta yang dapat menyatukan dua hati.

Untuk mencapai Pulau Kemaro ada dua cara. Pertama melalui perahu/getek dari bawah Jembatan Ampera, dan yang kedua menyeberang dekat pabrik pupuk Sriwijaya. Menemukan getek di dekat jembatan tidaklah sulit. Naik getek Bu? Kalimat pendek seperti itu nyaris terdengar sepanjang perjalanan dari Kuto Besak menuju Pasar Ilir dimana terdapat terminal integrasi, angkutan darat dan angkutan laut.

gerhana matahari total palembang wonderful eclipse "Berapa sewa perahu ke pulau?" Tanya saya penasaran. "200 Bu," jawab pria gempal itu. Suatu harga yang lumayan mahal untuk menyeberang ke Pulau Kemaro yang pada hari biasa berkisar Rp 100.000/kapal. Setelah bernegosiasi, sepakat di harga Rp 150.000, saya pikir tidak apalah, sekali dalam puluhan tahun mendulang rejeki dan berkah melalui momen gerhana matahari. 

Suara mesin menderu, perahu pun melaju membelah Sungai Musi, menuju Pulau Kemaro. Menurut legenda yang beredar di kalangan masyarakat, pulau ini timbul sebagai wujud cinta kasih putri raja Palembang dengan seorang pangeran dari negeri Cina. Walaupun awalnya kisah cinta mereka ditentang pihak kerajaan, akhirnya mereka bisa bersatu. Tak akan lari jodoh dikejar, begitulah peribahasa yang cocok. Apapun rintangannya, jika memang sudah berjodoh pasti akan bersatu juga. Seperti halnya matahari dan bulan, walaupun terpisah jarak yang sangat jauh, pada waktu yang tepat mereka akan saling menyapa. Terlihat dari bumi sebagai gerhana matahari ataupun gerhana bulan.

gerhana matahari total palembang wonderful eclipse Legenda sang putri Palembang dan pangeran negeri Cina harus berakhir tragis, tapi cerita Sungai Musi tidak pernah berakhir. Sangat menarik mengamati denyut kehidupan sepanjang sungai. Pengalaman yang tidak pernah saya lihat sebelumnya. Anak-anak pun menunjukan ekspresi ketertarikan melihat "SPBU-SPBU" terapung, juga melihat hilir mudik perahu warga Ulu yang beraktivitas di daerah Ilir. Bagi anak-anak, pemandangan ini tiada dalam pelajaran sekolah. Tak ada henti pertanyaan-pertanyaan mereka lontarkan. "Rumah mereka di atas sungai Bu?" Tanya Aisya. "Bagaimana mereka pergi ke mall atau pasar?" Azka pun tak mau kalah bertanya. "Rumah penduduknya unik ya Bu," komentar Azka. Rumah-rumah terapung menjadi pemandangan yang luar biasa bagi perjalanan kami. Masyarakat Palembang juga terdiri dari berbagai macam etnis yang hidup saling berdampingan.

gerhana matahari total palembang wonderful eclipse Sungai terpanjang di Sumatera dengan panjang 750 kilometer membelah Palembang menjadi dua bagian. Duduk di ujung perahu sambil menikmati pemandangan sekitar dan merasakan hembusan angin menerpa wajah, saya serasa terbawa suasana zaman Sriwijaya dimana sarana transportasi utama adalah aliran Sungai Musi ini. Terbayang betapa sibuknya arus lalu lintas sungai pada zaman keemasan Sriwijaya. Ratusan kapal hilir mudik memasuki ibukota Sriwijaya baik lokal maupun internasional, dikarenakan perannya sebagai jalur perdagangan dunia.

Tiba-tiba lamunan saya buyar. Kapal sedikit oleng, tubuh kami terhempas ke kanan dan ke kiri. Tidak lama motor kapal pun mati. Kami masih berada di tengah-tengah Sungai Musi. Sedangkan Jembatan Ampera pun belum tampak sama sekali.  

gerhana matahari total palembang wonderful eclipse


gerhana matahari total palembang wonderful eclipse Pemilik perahu yang mengemudikan perahu yang kami sewa terlihat mencoba memompa air dari dalam perahu. Ternyata air sungai yang masuk ke dalam perahu yang membuat motor ngambek tidak mau hidup. Motor pun akhirnya berderu kembali, dan kapal meluncur mendekati Jembatan Ampera. Perjalanan kami dengan getek berakhir di depan Benteng Kuto Besak, sisa-sisa peninggalan Kesultanan Palembang yang masih berdiri sebagai pengingat perjuangan Palembang mengusir kaum penjajah dari bumi Sriwijaya.

Semangat Sultan Mahmud Badaruddin selalu bergelora di dada orang Palembang. Pertempuran 5 hari 5 malam pun menjadi penerus perlawanan sultan terhadap hegemoni asing. Jejak kisah para pahlawan tanah Sumatera Selatan ini terpatri di Monumen Perjuangan Rakyat Sumatera Selatan (Monumpera). Kisah semangat juang dan tekad para pahlawan bangsa, termasuk pesan-pesan yang mereka sampaikan membuat bulu kuduk berdiri. Salah satu pesannya adalah,
: “right or wrong my country, lebih-lebih kalau kita tahu, negara kita dalam keadaan bobrok, maka justru saat itu pula kita wajib memperbaikinya”. Tanggung jawab mempertahankan kedaulatan negara ada di tangan kita bersama, seperti halnya kata Panglima Besar Sudirman: korban sudah cukup banyak, sekali merdeka tetap merdeka.

Malam semakin larut, tetapi plaza Kuto Besak dan area sekitar Jembatan Ampera malah semakin ramai dan penuh sesak dengan lautan manusia yang ingin menghabiskan malam menikmati kerlipan Jembatan Ampera beberapa jam menuju gerhana matahari total. Kendaraan bermotor pun sulit bergerak, terjebak ditengah euforia masyarakat menyambut gerhana matahari total. Sudah banyak stasiun TV yang standby untuk reportase langsung besok. Aparat pun telah mulai disiagakan.

Pusat keramaian tidak hanya berada di pinggiran Sungai Musi, tetapi juga diseberang Monumpera, tepatnya di Masjid Sultan Mahmud Badaruddin I yang menampung jemaah takbligh akbar.

gerhana matahari total palembang wonderful eclipse “Bu, kata ibu guru, kalau gerhana kita harus sholat gerhana,” kata Aisya tiba-tiba. “Hmmm...,” saya hanya bergumam panjang. Tiba-tiba saya diliputi perasaan galau antara berlari ke Jembatan Ampera atau memilih duduk bersimpuh sholat khusuf dan mendengarkan khutbah gerhana. Waktunya sangat berdekatan. Imam biasanya membaca surat panjang pada sholat gerhana, belum lagi kalau khutbahnya panjang. Tak sadar saya pun menghitung kancing. Galau berat! Nonton gerhana..., sholat khusuf..., nonton gerhana..., sholat khusuf..., nonton gerhana...

gerhana matahari total palembang wonderful eclipse


Saya tidak ingat kejadian gerhana matahari pada tahun 1983. Usia saya waktu itu sekitar 6 tahun. Yang saya ingat adalah bersembunyi di bawah ranjang besi bertingkat, tapi entah karena gerhana matahari atau karena ketakutan hampir ketabrak mobil.

gerhana matahari total palembang wonderful eclipse Banyak mitos yang berkembang di kalangan masyarakat, baik itu lokal maupun internasional. Sebut saja di Jawa, gerhana matahari dikaitkan dengan cerita Batara Kala (buta/raksasa) yang memakan matahari, karena dendamnya kepada Batara Surya. Legenda yang sama pun beredar di tempat lain, hanya saja yang memakan atau mengerjar matahari bukanlah raksasa melainkan binatang seperti naga (China), serigala (Viking), katak besar (Vietnam), beruang (Amerika), anjing (Korea), meskipun ada juga yang berbeda seperti di Afrika yang meyakini bahwa gerhana terjadi karena matahari dan bulan bertengkar, dan pada saat gerhana itulah waktu mereka menyelesaikan pertengkarannya.

Satu kesamaan yang diamati dari cerita-cerita legenda ini adalah ketika dunia tiba-tiba gelap gulita karena gerhana, masyarakat beranggapan sesuatu yang buruk akan terjadi, entah itu bencana, paceklik ataupun wabah penyakit. Oleh karena itu penduduk akan membuat bunyi-bunyian nyaring supaya gerhana cepat berlalu. Kaum wanita dan anak-anak di sebagian tempat malah diharuskan bersembunyi di bawah ranjang.

gerhana matahari total palembang wonderful eclipse Gerhana matahari sebetulnya terakhir melewati Indonesia adalah tahun 1995. Dan Indonesia dilintasi kembali gerhana matahari pada 9 Maret 2016 lalu. Masyarakat sangat antusias menyaksikan fenomena gerhana matahari total ini, dan berbondong-bondong menuju 12 daerah yang dinyatakan dilintasi GMT. Pemerintah sendiri menargetkan kunjungan 100.000 wisatawan mancanegara dan 5,1 juta wisatawan lokal.

Sholat gerhana di Masjid Sultan Mahmud Badaruddin dimulai pukul o6.20, dan ketika khubah selesai, Jembatan Ampera pun sudah penuh sesak. Berlari ke arah sana pun sudah tidak keburu dan pasti akan membutuhkan perjuangan menembus lautan manusia. Cuacapun berawan, sehingga agak menggangu pengamatan. BMKG sebelumnya telah memprediksi bahwa GMT Palembang akan terhalang awan 50%. Aisya malah bernyanyi-nyanyi riang, mengganti lirik Rain, Rain Go Away dengan Clould, Cloud Go Away.

Yang tidak kebagian ke Jembatan Ampera akhirnya memenuhi area depan air mancur masjid, sebagian lagi menaiki jembatan penyeberangan di samping masjid.

gerhana matahari total palembang wonderful eclipse Sekitar pukul 07.12 pagi, langitpun seketika berubah gelap.  Terdengar tepukan tangan membahana dan terlantun takbir menyaksikan keajaiban alam ini. Dari bawah matahari sama sekali tidak terlihat, saya berlari ke arah jembatan penyeberangan bersama Aisya. Di sana pun tiada kutemukan jejak mentari dan bulan. Yang ada hanya atmosfir yang dingin dan kelam.

“Allahu Akbar,” seorang ibu berkerudung tiada hentinya mengucapkan kalimat takbir di samping kami. Dengan mata tertutup kacamata gerhana, dan kedua tangan sibuk mengabadikan momen gerhana, si ibu terus menerus berbicara, “Subhanallah, gerhana matahari total di Palembang. Jam 7 pagi terlihat seperti petang.” Kota Palembang pun berselimut kegelapan.

Gerhana berlangsung dengan cepat. Langit yang kelam seketika bersinar terang ketika bulan perlahan meninggalkan mentari. Perubahan yang sangat cepat dari gelap menuju terang, sungguh menggetarkan hati. Subhanallah, Maha Besar Allah yang telah menjalankan mentari dan bulan pada tempat peredarannya masing-masing.

gerhana matahari total palembang wonderful eclipse Habis gelap terbitlah terang. 1 menit 52 detik, itulah durasi waktu gerhana matahari total di Palembang. 2 menit yang saya tunggu dan kejar, sampai harus menempuh perjalanan 1.000 kilometer. Walaupun sedikit kecewa tidak melihat bentuk gerhana matahari total secara sempurna, setidaknya mengalami perubahan alam dari gelap ke terang dapat mengurangi perasaan kecewa. Setidaknya Azka melihat sedikit penampakan matahari yang tertutup bulan, karena dia dan ayahnya keburu melihat gerhana matahari total dari dekat air mancur masjid.

gerhana matahari total palembang wonderful eclipse


Pengejaran #wonderfuleclipse berakhir di sini, dan kami pun harus menempuh perjalanan 500 kilometer kedua. Banyak hal yang kuperoleh dalam perjalanan 1.000 kilometer mengejar #wonderfuleclipse dan saya tidak kapok pergi ke bumi Sriwijaya.

1.      Melihat beragam kehidupan dan budaya yang berbeda sepanjang 1.000 kilometer, membuat saya semakin meyakini bahwa Indonesia itu indah dan kaya. Pantas saja Ibu Sud menciptakan lagu Tanah Airku sebagai wujud kerinduannya akan keindahan alam Indonesia. Walaupun banyak negeri kujalani. Yang Masyus permai dikata orang. Tetapi kampung dan rumahku. Disanalah kurasa senang.
2.      Wisata edukasi buat kedua putriku. Selain mengenalkan kepada mereka mengenai keanekaragaman budaya, toleransi, juga sejarah bangsa; momen gerhana matahari total juga menjadi media pembelajaran mereka untuk mengenal fenomena alam, termasuk mengagungkan pencipta-Nya. Pepatah bilang seeing is believing!
3.      Melatih kesabaran, karena perjalanan 1.000 kilometer ditambah ketidaktahuan mengenai jalur yang harus dilalui, seringkali menimbulkan emosi. Belum lagi ditambah anak-anak yang mulai mengeluh kepanasan dan lelah, menguras tenaga.
4.      Buat saya, perjalanan 1.000 kilometer ini sekaligus ajang refleksi diri pergulatan batin, antara memenuhi kewajiban saya kepada-Nya, ataukah memenuhi keinginan saya.
5.      Perjalanan 1.000 kilometer mengejar #wonderfuleclipse juga mengajarkan saya untuk tidak menggampangkan janji kepada anak-anak. Mereka punya daya ingat yang kuat, dan janji harus ditepati.
6.      Terakhir..., perjalanan ini mengajarkan saya kalimat: better to see something once, than to hear about it a thousand times.

Ke Sriwijaya saya kan kembali, menuntaskan janji mengunjungi tempat-tempat yang belum sempat saya datangi. Membawa ibunda mengunjungi bumi Balaputradewa. Semoga kelak terus bisa mengajak anak-anak menjelajah negeri, menyaksikan pesona Indonesia.

38 komentar:

  1. Wah,,,, kalau mbak lewat Jl. Lintas Timur, berarti lewat kota kelahiran saya mbak di Mesuji,,, :-) itu di bagian jalan raya mbak, masih mending agak aman,,, belum masuk kedalam perkampungan. Kalau masuk kedalam pastilah spot jantung mbak selalu was was di todong lah, di begal lah, dll.... tapi lama - kelamaan Lampung akan aman kok mbak, soalnya banyak para pembegal dan penodong ketangkap.... sip deh mbak, cerita petualangan 1000 Km terselesaikan :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu dia yang bikin sport jantung. Mana sehari sebelumnya teman ngasih tahu bahwa temannya sampai dicegat 3x, padahal jarak ke kantor polisi cuma 200 meter. Sekali cegat 300-500rb katanya. Oh, Anis kelahiran Mesuji? Lewat sini saya tertarik banyak perkebunan singkong bagus2, trus ada perumahan yang dari kayu putih semua berjauhan. Itu desa transmigrasi atau apa yak?

      Hapus
    2. Bukan mbak, bukan kayu putih,, itu papan di labur semua (ala cat gitu),,, Dulu itu daerah Transmigrasi mbak,,,

      Hapus
    3. Pemandangan disitu keren. Perkebunan singkong berbukit bukit gituh. Cakep banget. Btw emang daerah Mesuji masih agak rawan yak? Yang saya perhatiin sih kantor polisi lumayan berdekatan dibanding daerah lain. Mesuji juga ada 2 ya, yg masuk ke Lampung sama yang masuk ke Sumsel. Asli keren2 pemandangan alamnya.

      Hapus
    4. Bener banget mbak, ada 2 Kabupaten Mesuji,,,, satu masuk Lampung dan satunya lagi masuk Sumsel. Rata - rata daerah Lampung Rawan mbak,,, tapi dari sekian kabupaten di Lampung yang bisa di bilang paling nyaman ya daerah Mesuji. Kantor Polresnya berada di Jl. Raya Lintas Timur... Lucunya ya mbak, saya masuk ke Sumsel itu lebih dekat daripada ke Kota Bandar Lampung,,, hahaha,,, Duh jadi nyesel kemarin nggak pulang ke Lampung dan lihat Solar eclipse di Palembang, padahal dekat lho dibandingkan dari Jogja, hehehe, eh malah ngelantur kemana - mana :-)

      Hapus
  2. wahh, Mbak Levina menyaksikan GMTnya secara langsung, pasti terharu banget yah Mbak, saya saja yang menyaksikan GMT lewat TV tetap merasa terharu dan mata saya berkaca-kaca..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihi..iya Mbak Ira. Sebenernya sih memang dari jauh hari sebelumnya pengen ke Palembang, eh pas kebetulan ada event ini, trus pas kebetulan lagi ada libur kejepit. Duh, kalau ngga libur kejepit mah agak berat juga cutinya. Habis jatah cuti soalnya. Hehe.

      Hapus
  3. Saat - saat yang menyenangkan mba yah,,, banyak cerita untuk mengisi hari bersama keluarga, apalagi ada kesempatan untuk melihat GMT secara langsung, kalau di jatim katanya hanya masuk sekitar 70% saja mba, saya hanya nonton di tv saja soalnya. Hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yang bikin seneng sih sebetulnya melihat anak-anak yang takjub dan penasaran kenapa gerhana matahari terjadi. Melihat wajah-wajah takjub dan penasaran mereka rasanya lelah perjalanan darat nyetir nonstop (ayahnya sih yang nyetir hehe), terbayarkan kata ayahnya. Wah dari Jatim ya..., Jatim banyak wisata bagusnya juga katanya ya...pengen ke sana juga, terutama ke Trowulan.

      Hapus
  4. Selamat datang di kota pempek ya mbak. Sudsh hirup cuka pas sampe? Hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sayangnya belum ke eksplor semua. Waktunya terbatas. Pempek yg didorong pun nyoba. Cuko dihirup ya wkwkwk.

      Hapus
  5. Ahh saat yang bakal tak terlupakan bersama keluarga. Apalagi pas moment gerhana matahari. Duuh so sweet deh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha...bener mbak. ngga terlupakan..anak2 malah pengen nambah libur (bolos) sampai jumat nya katanya. xixi.

      Hapus
  6. Keren, muantappp sudah berkunjung ke blog ini asik artikelnya.

    BalasHapus
  7. Asyik bener jalan-jalannya, ke Sumatera lewat jalur darat, banyak pengalamannya...

    BalasHapus
  8. Huwaaaa kmrn sempet liat langsung dong ya mba gerhana mataharinya? Ak aja liat live di tv sampe berkaca2. Gimana klo liat langsung.. Pasti indah banget

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihi...pedih kalau diingat mah. mataharinya tertutup awan...ngga bisa merangsek ke Ampera, terpaksa puas menyaksikan dari depan halaman mesjid agung Palembang. Naik ke jembatan penyeberangan sebagai ganti Jembatan Ampera..yg penting jembatan. Eh, pas mau puncak2nya, Aisya kelaperan pengen empek2, nongkrongin pempek deh. Tapi pas momen menjadi gelap trus dalam sekejap terang lagi...amazing banget sih. Beda dengan mendung kemudian terang. Apalagi ditengah lautan manusia yang melantunkan kalimat2 Tayyibah, juga tepuk tangan yang gemuruh. Merinding siiih...

      Hapus
  9. di Palembang gak kalah ramenya dengan Ternate, disana padat ya yang menyaksikan GMT

    BalasHapus
    Balasan
    1. Rame juga Mak Palembang. Jembatan Ampera aja sampai penuh sesak. Betul2 uji kekuatan beban tuh. Palembang memang asyik Mak didatangi, belum aja nih pegi ke arah Pagar Alam, dan Kabupaten OKu Selatan, katanya sih cakep2 pemandangan alamnya. Keren, ada pegunungan dempo dengan tehnya, air terjun, danau ranau, dll. Bikin mata blink blink blink...

      Ternate katanya penampakan GMT y sempurna ya Mak. Temenku ada yg ngejar ke Balikpapan, disana juga katanya mah bulat sempurna.

      Hapus
  10. Seru juga perjalanan 1000 km-nya untuk melihat suasana GMT di Palembang. Apalagi pergi bareng keluarga, pastinya banyak cerita untuk dikenang nantinya.
    Kapan-kapan kalau mbak Levina dan keluarga mampir di Lampung kabari ya. Siapa tau bisa bertemu dan berbincang2 sambil nikmati kopi Lampung :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waaah..Mas Yopie dari Lampung? Masih banyak area Lampung yang ingin saya jelajahi. Pantai Barat ke atas sampai ke Danau Ranau. Saya sering ke Lampung dulu pas mertua masih ada, masih ada keluarga juga di sana, di Way Halim. Insya Allah kalau ke Lampung lagi kabar kabari...

      Hapus
  11. Perjalanan menuju momen langka yang mengesankan. Apalagi bagi anak-anak ini akan berkesan sepanjang hayat.
    salam

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul. Mereka terkesan, malah saya sendiri ngga sangka mereka baca2 tentang gerhana. Pas kmrn malam gerhana bulan penumbra mereka langsung aja nerangin kalo gerhana bulan itu cahaya matahari ke bulan terhalang bumi, dll. Saya sampe bengong sesaat.

      Hapus
  12. pgn ke palembang, tapi ga prnh jadi dari dulu.. -__-. tapi memang sih mbak, jln darat lintas sumatra udh trkenal rawan.. itu juga yg bikin aku tiap mudik ke medan lbh milih pesawat daripada naik mobil. dianjurkan sih konvoy rame2 ato pas malam mnding nginep di mana.. tp jujurnya sih ttp pgn ke palembang naik mobil dr jkt :).. kulinernya itu lohhhh, ;). enak2 kayaknya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. seru lewat perjalanan darat. ada teman juga nyaraninnya seperti itu. dia suruh saya naik pesawat, soalnya temannya dia ada yg kena cegat juga. kebayang dong sepanjang perjalanan deg deg plas, alias doki doki suru kalo bahasa jepangnya mah kali yak.
      Tapi pemandangannya asyik banget byk pesawahan dan perkebunan, juga perkampungan Bali.

      Hapus
  13. wah perjalanannya seru ya :D keren banget bisa cerita sampai detail :D
    btw hana baru tahu ada pulau jodoh..
    Makasih infonya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Katanya pulau kemaro disebut juga pulau jodoh, gara gara ada pohon jodoh. konon klo nulisin namanya disitu sama pasangannya kt y sih langgeng. Entah juga bener ngga nya. Ada yg bilang hy buat naik wisatawan kalau pohon jodoh itu...

      Hapus
  14. Ceritanya enak, renyah dan nikmat....rasanya pengen nyicip trus, tpi keburu abis......
    Teringat Palembang tringat someone yang telah dulu dilamar orang...
    Hahahha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih.
      Waaah, jadi tempat ini mengingatkan luka masa lalu ya Mas...
      Semoga mendapat pengganti yang lebih baik yaa...dan jangan kapok datang ke tempat ini. Karena saya pun suka saat pertama kali datang ke sini.

      Hapus
  15. Soal memberi janji ke anak2, jadi ingat ponakan yang selalu menagih janji "Ayo mama Pika, mana katanya mo buatin kue bolu?" ke tantenya (sepupu saya). Hihihihi....anak2 ternyata ya.
    Btw salam kenal mba, tulisannya bagus. Selamat ya ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal Mbak...
      Iya, anak2 punya ingatan tajam juga ternyata. Kadang saya nya mah sudah lupa, tapi mereka masih inget apa yang saya omongin padahal misalnya dah lama.

      Thank you Mbak...

      Hapus
  16. Wow keren banget pengalaman jalan2nya. Jadi ngiri hehehe

    BalasHapus
  17. wah ini momen yg bikin ngiri anyak orang ya. Bersyukur yang bisa melihat secara langsung

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak, setelah perang bathin terlebih dahulu di awal keberangkatan. Tapi jalan-jalan di Palembang memang ngga bikin nyesel Mbak. Walaupun harus menempuh perjalanan yang cukup melelahkan.

      Hapus
  18. Selamaaaaaaat yah mbaaak.
    Artikelnyaaa jawaraaaa :)
    ini kampung kelahiranku Palembaaang ^^.

    BalasHapus

Terima kasih telah berkomentar. Silahkan tinggalkan jejak, ya.

Follow my media social for any update of articles
Twitter: @mandalagiri_ID
Instagram: mandalagiri_ID

 

Ads

Followers

Ads

Warung Blogger

Hijab Blogger

Kumpulan Emak Blogger

Ads

IDCorner

ID Corners

Fun Blogging

Fun Blogging

Blogger Perempuan Network

Blogger Perempuan